Menjadi peternak kambing bukanlah cita-cita bagi Kang Giya, seorang peternak di Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Apalagi masih kental anggapan warga kampung di wilayahnya, bahwa menjadi peternak tidak bisa menjamin kesuksesan masa depan.
PRASETYO BUDIANTO, Kuala Pembuang
SEIRING berjalannya waktu, pria kelahiran Kota Palangka Raya, 8 Januari 1984 ini dapat membuktikan bahwa beternak kambing mampu memberikan keuntungan besar. Apalagi bisnis ini tidak membutuhkan skill dan modal besar bagi seorang Giya yang hanya lulusan SMA.
Sama seperti anggapan orang, awalnya Giya melihat peternak adalah pekerjaan yang remeh. Namun setelah ditekuni, barulah disadarinya bahwa beternak kambing berpotensi memberi keuntungan yang luar biasa.
Saat penulis berkunjung ke peternakanya di Jalan Raya Pematang Kambat, RT 9/RW 2, Desa Pematang Panjang, Kecamatan Seruyan Hilir Timur, Kabupaten Seruyan, Giya begitu gembira bercerita tentang pekerjaan yang saat ini ditekuninya.
Yang menarik, pria jomlo ini mengaku bahwa terjun ke dunia bisnis peternakan ternyata bukanlah cita-citanya, tapi karena keterpaksaan.
Kala itu, dirinya harus menggantikan tugas kakak kandungnya bernama Jaya untuk merawat kambing peliharaan. Pasalnya, saat itu sang kakak beserta anak dan istri harus dirawat di rumah sakit karena menderita demam berdarah. Maka, mau tidak mau, Giya harus memberi makan dan minum kambing peliharaan kakaknya.
Setelah kakaknya keluar dari rumah sakit, Giya pun mendapat tawaran untuk sama-sama memelihara kambing dengan sistem bagi hasil. Karena telanjur nyaman dan sudah melihat potensi ke depan, Giya pun menerima tawaran tersebut. Singkat cerita, Giya resmi jadi peternak kambing di salah satu kabupaten di Bumi Tambun Bungai, Kalimantan Tengah.
Melihat potensi yang cukup besar tersebut, Giya selalu mengajak siapa pun yang berkunjung ke rumahnya untuk ikut menekuni bisnis peternakan. Karena menurutnya, bisnis ternak memiliki potensi keuntungan yang besar. Bahkan sektor pasar dari bisnis ini sudah begitu luas. Apalagi bisnis kuliner saat ini begitu menjamur. Tentu menjadikan bisnis ternak ikut berkembang signifikan.
Giya mencontohkan potensi peternakan kambing di kabupaten tempat tinggalnya, Kabupaten Seruyan. “Di Seruyan ini, permintaan pasar cukup besar. Bahkan masih sangat kekurangan daging kambing. Belum lagi kalau ada permintaan dari kabupaten tetangga seperti Kabupaten Kotawaringin Timur,” ungkapnya.
“Pokoknya kambing merupakan salah satu hewan ternak yang dapat memberikan keuntungan besar. Apalagi kalau menjelang perayaan Iduladha, kebutuhan akan daging kambing sangat tinggi, dan harganya juga pasti naik,” tambahnya.
Dia mencontohkan. Pada hari-hari biasa, harga pasaran kambing dewasa sekitar RpRp3.000.000 – Rp3.500.000 per ekor. Namun pada hari besar umat Islam, harga kambing dewasa bisa mencapai Rp5.500.000 sampai Rp8.000.000 per ekor.
“Selisih tersebut begitu banyak bukan, itu hanya untuk 1 ekor kambing, lalu kalau kita punya 100 kambing, susah ngitung duitnya,” ucap Giya sambil tertawa kecil.
Meski demikian, pria humoris ini juga mengingatkan bahwa beternak kambing membutuhkan kesabaran, keuletan, dan ketelatenan. Namun jika bisnis ini dijalankan dengan serius, maka keuntungan yang didapatkan akan berlipat ganda.
“Coba aja sampean terjun ke dunia peternakan kambing, pasti nanti akan candu, mengingat keuntungan yang bisa didapatkan begitu berlimpah,” katanya.
Dia menceritakan, awal mula dirinya beternak kambing pada 2015 lalu. Namun pada tahun pertama, dia menderita kerugian hampir Rp40 juta. Pasalnya, dari 25 kambing yang dipelihara, hanya tersisa 7 ekor, itu pun sakit-sakitan. Selebihnya mati karena penyakit. “Kena penyakit kudis menular atau skabies”, tambahnya.
Beruntung pada 2016 Giya bertemu dengan seorang dokter hewan yang juga merupakan penyuluh peternakan. Giya menceritakan permasalahannya. Dokter penyuluh itu bersedia membantu mengobati ketujuh kambingnya. Setelah tiga kali diberi suntikan, sembuh.
“Sangat beruntung bisa ketemu penyuluh yang juga dokter hewan bernama Pak Eko. Akhirnya kambing-kambing saya itu sehat lagi dan beranak pinak hingga sekarang,” ungkapnya.
Ditanya soal jenis kambing yang dilihara, Giya memilih kambing jenis peranakan Etawa, yaitu kambing hasil silangan antara kambing Etawa dan kambing lokal. “Jenis kambing peranakan Etawa jauh lebih disarankan, karena jenis kambing ini tahan banting dan mudah beradaptasi dengan lingkungan,” ucapnya.
Dikatakan Giya, untuk memulai ternak kambing, yang harus disiapkan adalah kandang. Kalau hanya memiliki sedikit modal, bisa dibuat seadanya, seperti pada peternakan kambing tradisional yang memiliki kandang dengan desain sederhana.
“Dahulu kandang ini sangat sederhana, hanya bermodal paku. Untuk kayu, kami gunakan kayu bulat yang banyak tumbuh liar di hutan. Kemudian untuk atapnya cukup menggunakan daun dan kain spanduk bekas,” tutur Giya.
“Alhamdulillah sekarang kami sudah bisa bangun kandang yang layak dan lebih modern. Kayunya sudah menggunakan kayu ulin dengan atap seng. Tidak besar sih. Lebarnya 16 meter, panjang 35 meter, dan tinggi lantai dari tanah sekitar 1,3 meter. Meski tidak besar ukurnanya, tapi untuk membuatnya kami habiskan dana Rp250 juta,” bebernya.
Untuk pakan ternak, Giya tidak terlalu repot mencarinya. Karena rerumputan atau tanaman hijau seperti daun-daunan sangat melimpah di sekitar rumah. Ini juga menjadi satu alasan kenapa dia memilih beternak di Kabupaten Seruyan. ” Di sini banyak perkebunan, jadi rumput juga sangat melimpah,” sebutnya.
Lebih lanjut dikatakannya, perhitungan yang cermat dalam menjalankan sebuah bisnis sangatlah dibutuhkan agar menghindari kerugian yang besar. Begitupun dalam berbisnis ternak kambing.
“Harus tahu kapan kambing kawin. Ini penting agar kambing bisa terus beranak pinak. Minimal dalam setahun kambing harus beranak dua kali,” tuturnya.
Covid-19 Ganggu Bisnis Kambing
Ketika pandemi Covid-19 melanda awal tahun 2020, sangat memengaruhi bisnih ternak kambing. Adanya pembatasan kegiatan masyarakat, termasuk jam buka warung makan, membuat pembelian kambing menurun.
Biasanya setiap ada acara, seperti kawinan, tasmiahan, dan acara keagamaan, masyarakat menyembelih kambing. “Namun karena ada pembatasan, banyak sekali kambing kami yang tak terjual. Padahal sudah melewati umur jual. Sempat oleng dikit,” kelakarnya.
Beruntung pengetatan kegiatan yang mengumpulkan orang banyak tak berlangsung lama, meski belum sepenuhnya diberi kebebasan. Minimal masyarakat sudah boleh menggelar acara, meski secara terbatas.
Hingga saat ini, kambing yang dipelihara Giya berjumlah seratus ekor lebih, menyesuaikan besar kandang. Karena jumlah permintaan kambing cukup besar, Giya pun mencoba merangkul peternak-peternak di kabupaten tersebut. Membentuk sebuah komunitas yang diberi nama Komunitas Ternak Kambing Antang Batamaet.
Saat ini anggota komunitas itu sudah mencapai 500 peternak yang tersebar di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Seruyan Hilir dan Kecamatan Seruyan Hilir Timur. Antusiasme peternak masuk dalam komunitas itu sangat tinggi. Sekitar 60 persen anggota merupakan peternak pemula. Syarat masuk komunitas sangat mudah, yaitu harus sudah memiliki kambing peliharaan.
Melalui komunitas ini, banyak hal positif yang bisa didapatkan. Termasuk soal pengetahuan beternak kambing. Mulai dari cara beternak yang benar hingga soal kesehatan kambing. Giya berharap dengan adanya komunitas tersebut, akan ada perhatian dari pemerintah daerah. Pasalnya, selama ini belum pernah ada bantuan dari pihak pemerintah kabupaten setempat.
“Kakak sebagai ketua komunitas ini, saya sebagai penyuluh. Jadi kalau ada kambing milik salah satu anggota komunitas sedang sakit, saya sebagai dokter gadungan langsung meluncur ke tempat mereka untuk menyuntik kambing yang sakit tersebut, ha..ha..ha. Dan itu gratis, tanpa biaya. Saya juga ajari mereka bagaimana memberi penanganan pertama saat kambing sakit. Karena kalau sampai mati, tentu akan sangat rugi,” tambahnya.
Di akhir cerita, Giya mengutarakan harapannya. Ia ingin masyarakat Kalimantan Tengah, khususnya di Kabupaten Seruyan, mulai belajar beternak kambing, karena potensi peternakan cukup besar dikembangkan.
Ia juga berharap agar pemerintah bisa memberikan perhatian lebih bagi para peternak. Karena menurut Giya, masyarakat sangat butuh dukungaan dari pemerintah dalam mengatasi kesulitan hidup selama masa pandemi seperti saat ini.
Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Seruyan Albidinnor mengatakan, potensi peternakan di wilayah Seruyan cukup besar dan menjanjikan. Bahkan pemerintah daerah setempat terus melakukan pembinaan kepada peternak, baik peternak kambing maupun peternak sapi.
“Untuk peternakan, yang saat ini sudah eksis adalah peternakan sapi. Selain masyarakat, ternak sapi juga dikembangkan oleh sejumlah perusahaan kepala sawit yang ada di wilayah Seruyan dengan sistem integrasi sawit-sapi,” ucapnya kepada Kalteng Pos, Kamis (3/6).
Dengan adanya integrasi sawit-sapi tersebut, keterbatasan pakan ternak dapat dipenuhi dari pengelolaan limbah sawit dengan memanfaatkan pelepah sawit. Sebaliknya limbah sapi (kotoran) dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman sawit.
Sedangkan untuk ternak kambing di Seruyan, menurut Albidin belum begitu eksis seperti sapi. Sebab peternakan kambing sangat rentan akan serangan penyakit.
“Tahun ini kami mencoba melakukan pembinaan kepada kelompok peternak kambing. Jenis kambing yang kami coba kembangkan adalah jenis kambing Etawa. Karena selain menghasilkan daging, juga menghasilkan susu kambing,” pungkasnya.
Potensi bisnis peternakan ternyata juga menarik perhatian Ketua PW NU Provinsi Kalteng HM Wahyudie F Dirun. Dirinya mengaku cukup tertarik dengan bisnis ini. Menurutnya, bisnis peternakan berpotensi dikembangkan di wilayah Kalteng.
“Kalau ini (peternakan, red) dikembangkan, saya yakin potensinya cukup besar. Dan tentunya ekonomi kerakyatan akan tumbuh berkembang di Kalteng,” ucapnya saat berkunjung ke peternakan milik Giya pada awal Juni lalu.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kalteng Faridawaty Darland Atjeh berharap pemerintah daerah bisa memberikan perhatian lebih pada sektor pertanian dan peternakan. Dia pun sangat setuju jika peternakan dikembangkan di wilayah Kalteng ini.
“Saya melihat bahwa potensi peternakan cukup bagus dikembangkan di Kalteng. Lahan yang luas dan melimpahnya makanan juga menjadi kemudahan dalam bisnis peternakan. Karena itu saya sangat berharap agar sektor peternakan mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah,” tuturnya. (*/ce/ala)