Site icon KaltengPos

Efektif untuk Proses Belajar Mengajar

KREATIF: Anggota komunitas Borneo Art Play menampilkan teater objek berjudul Himba di UPT Taman Budaya Kalteng, Senin (31/7).

Art Director Borneo Art Play Abdul Khafidz Khafidz menyebut teater objek dapat merekatkan hubungan orang tua dengan anak-anak. Saat kecil, sebagian anak tak jarang merasakan pengalaman bermain bersama orang tua masing-masing, seperti membuat benda-benda mati menjadi mainan yang menarik.

 

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

 

SEPERTI zaman dahulu sebelum ada ponsel dan internet, kita sering diajak orang tua main-main, seperti cangkul jadi apa, timun jadi apa, remot jadi apa, sebenarnya itu bentuk paling sederhana dari teater objek,” tutur Abdul Khafidz kepada wartawan di sela-sela workshop teater bertajuk Mengenal Teater Objek dan Pertunjukan Teater untuk Anak di UPT Taman Budaya Kalteng, Senin (31/7).

Ia juga mengajak para guru di sekolah agar dapat mengadopsi metode pembelajaran menggunakan teater objek sebagai sarana edukasi.

“Saya yakin teater objek merupakan media penyampai pesan yang kuat dan mudah diterima anak-anak,” ujar Khafidz.

Bersama dengan komunitas Borneo Art Play, ayah anak dua itu berkomitmen untuk getol membumikan teater objek kepada anak-anak. Memasyarakatkan teater objek dilakukan dengan terjun ke sekolah-sekolah. Juga mengajarkan kepada siapa pun yang ingin belajar dan mengenal ilmu tentang teater objek.

“Gerakan kami tidak berhenti di sini, kami akan keliling ke sekolah-sekolah, atau melayani siapa pun yang membutuhkan workshop tentang teater objek,” tandas pria dengan rambut bersemir putih itu.

Ada satu guru di Kota Palangka Raya yang menerapkan metode pembelajaran menggunakan teater objek. Namanya Kurnia Sari, tenaga pengajar di TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan. Tiap kali mengajar, Sari selalu membawa boneka bernama Cika. Sembari mendongeng, wanita kelahiran 1995 itu menggunakan boneka tersebut sebagai tokoh utama.

Boneka Cika menjadi sahabat baik anak-anak TK setempat. Mereka dapat belajar melalui dongeng-dongeng yang menyimpan pesan-pesan moral itu. Adanya boneka juga membuat proses belajar mengajar jadi lebih dinamis dan menarik.

“Pembelajaran dengan menggunakan boneka membuat prosesnya lebih menyenangkan, suasana lebih riang gembira, sehingga anak-anak lebih antusias dan aktif mengikuti pembelajaran,” ungkap Kurnia Sari kepada Kalteng Pos, Selasa (1/8).

Terciptanya suasana belajar yang riang gembira membuat proses pembelajaran jadi lebih bersahabat bagi anak-anak. Mereka juga lebih mudah memahami materi yang disampaikan.

“Boneka itu juga merupakan alat peraga belajar, dapat membantu dalam mempermudah materi yang ingin disampaikan oleh pendidik, sehingga pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan bagi anak-anak,” sambung wanita yang sudah mengabdi di TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan sejak 2019 lalu.

Belajar menggunakan prinsip teater objek menyimpan seribu manfaat bagi anak-anak. Dengan pembelajaran menggunakan metode teater objek, lanjut Sari, anak-anak bisa berimajinasi melalui cerita yang disampaikan. Metode belajar ini juga efektif merangsang perkembangan sosial dan emosional anak.

“Dari segi sosial emosional, anak-anak seakan bisa merasakan langsung kejadian dalam dongeng yang diceritakan. Sesuai jalan cerita, anak-anak bisa merasakan bagian-bagian kisah yang membuat mereka senang, sedih, marah, kecewa, maupun ekspresi lainnya,” kata wanita yang mendapatkan penghargaan Guru TK Inspiratif Tingkat Nasional tahun 2022.

Tak hanya perkembangan sosial dan emosional anak, pembelajaran dengan metode ini juga mempermudah perkembangan bahasa anak-anak. Mereka dapat menyampaikan atau menceritakan ulang cerita yang didengarkan sebelumnya.

“Ini sangat bermanfaat untuk melatih perkembangan bahasa mereka, seperti menambah kosa kata dan diksi. Mereka juga mendapat pesan cinta nilai karakter dari cerita yang disampaikan. Jadi, metode belajar ini lebih kuat dalam menyampaikan pesan, karena melekat dalam benak anak-anak,” jelas wanita yang meraih Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Kalteng 2022 ini.

Dalam prosesnya, anak-anak menikmati alur cerita yang dimainkan guru tanpa merasa digurui. Dari skenario panggung sandiwara boneka tersebut, selalu ada pesan moral yang disampaikan. Pembelajaran menggunakan metode ini membuat anak-anak bisa berimajinasi.

“Saat mendengarkan dongeng, anak-anak dilatih untuk berimajinasi tentang tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, juga suasana dalam cerita, daya imajinasi yang tinggi itu dapat menjadi bekal yang baik bagi mereka dalam meningkatkan kreativitas,” ujarnya.

Wanita jebolan Pendidikan Guru (PG) Pada Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Lambung Mangkurat itu mengaku terinspirasi dari metode pengajaran bercerita. Kemudian ia mulai membuat konsep boneka bercerita di depan anak-anak sebagai penunjang proses belajar mengajar. Karena menurutnya, kreativitas yang tinggi sangat dibutuhkan agar bisa mempermudah pemahaman anak-anak TK.

“Kami sebagai guru TK juga dituntut berpikir kreatif agar bisa menyampaikan pembelajaran dengan cara menyenangkan tanpa mengabaikan tujuan pembelajaran. Menurut saya metode ini sangat efektif, karena pembelajaran makin maju, menarik, dan menyenangkan sesuai yang dibutuhkan anak didik. Jadilah guru yang menyenangkan. Datang ditunggu, pulang dirindu,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Exit mobile version