Kreasi dan inovasi generasi milenial tak pernah mati. Ketatnya persaingan industri di negeri ini tak menyurutkan semangat kaum muda untuk menciptakan hal-hal baru sesuai dengan tuntunan zaman. Seperti yang dilakukan Nina Friskila. Ia berhasil mengolah produk motif Dayak menjadi sebuah suvenir menarik.
PATHUR RAHMAN, Palangka Raya
IDE cemberlang langsung dieksekusi oleh Nina Friskila. Dia berhasil mengimplementasikan budaya dan etnik Dayak melalui benda-benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya adalah tumbler dan mug. Melalui tangan manisnya, “disulap” menjadi produk yang berkualitas tinggi.
Berkat kepiawaian Nina Friskila dalam mendesain pelbagai motif khas Dayak pada sebuah benda, tumbler dan mug kreasinya menjadi produk unik dan elegan. Kini ia memiliki usaha Mivedi Art yang bergerak di bidang suvenir khas Dayak.
Nina mengakui bahwa ide membuat tumbler dan mug unik bermotif khas Dayak muncul dari saran dan permintaan konsumen. Karena dengan adanya motif tersebut, bisa menjadi sebuah identitas bahwa tumbler tersebut dibuat oleh orang asli Kalteng. Selain itu, dengan adanya motif tersebut, orang akan mudah mengenalnya sebagai suvenir khas Dayak.
“Awal saya memproduksi tumbler adalah untuk mengajak masyarakat mengurangi penggunaan botol kemasan plastik, sedangkan tambahan motif Dayak adalah untuk mengenalkan pada kaum milenial bahwa ini loh motif kebanggan kita,” ucap Nina saat berbincang dengan Kalteng Pos, Sabtu (5/6).
Lebih lanjut wanita kelahiran Kota Palangka Raya tahun 2002 silam menyampaikan, untuk memproduksi sejumlah tumbler memerlukan waktu setidaknya tiga hari pengerjaan. Bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pengolahannya. Ia hanya mengirimkan desain khas Dayak buatannya kepada pihak ketiga yang memproduksi tumbler tersebut.
Berbeda dengan mug dan tote bag khas Dayak yang dijualnya. Pengerjaannya bisa dilakukan dalam sehari, karena ia sendiri yang memproduksinya.
“Saya belum punya alat kustom tumbler-nya mas, karena itu dalam proses produksinya masih melibatkan pihak ketiga yang sudah bermitra dengan saya,” tuturnya.
Tumbler dijual dengan harga Rp100 ribu per buahnya. Sedangkan untuk mug dipatok seharga Rp35 ribu rupiah per buahnya. Untuk tote bag khas Dayak, harganya Rp50 ribu per buah.
Modal awal yang dikeluarkan Nina adalah sebesar Rp700 ribu, yang digunakan untuk membeli alat pres dan kostum mug. Ia memulai usaha dengan menjual mug bermotif khas Dayak.
Seiring meningkatnya permintaan pasar, ia pun mengembangkan usahanya dengan memproduksi tote bag dan tumbler bermotif khas Dayak. Modal awal produksi tumbler adalah Rp300 ribu.
“Maaf kalau untuk harga modal satuan produknya baik tumbler, mug, maupun tote bag khas Dayak saya tidak bisa bocorkan berapa modal satuannya, karena itu merupakan rahasia usaha saya,” ungkapnya.
Nina mengakui bahwa ia belajar secara autodidak mendesain dan membuat motif khas Dayak karena merupakan hobinya.
Mengenai pemasaran produk, mahasiswi semester dua jurusan Business Information Technology ini mengatakan masih mengandalkan sosial media, yaitu melalui akun Instagram @mivedi art.
Ia menyebut bahwa sejauh ini metode pemasarana seperti itu cukup efektif. Belum lama ini ia mendapat pesanan dari Bank Kalteng cabang Sukamara sebanyak 30 buah yang digunakan untuk suvenir diklat.
Juga pernah mendapat pesanan dari Kota Bogor untuk 200 buah tumbler yang digunakan sebagai suvenir wisuda salah satu universitas. Untuk pembelian tumbler dalam jumlah banyak (minimal 30 buah), maka akan mendapat potongan harga Rp95 ribu per buahnya.
“Sejauh ini saya belum mendapat bantuan UMKM dari pemerintah provinsi maupun pemerintah kota, selama ini mengandalkan upaya sendiri,” tuturnya.
Nina berpesan kepada generasi milenial Kota Cantik agar tetap berkreasi dan berinovasi meski di tengah pandemi. “Awalnya iseng-iseng desain produk dan bikin mug dengan motif khas Dayak dengan tujuan membantu perekonomian orang tua di tengah pandemi, eh tak disangka dapat respons positif dari masyarakat sehingga bisa berkembang seperti sekarang ini,” pungkasnya. (*/ce/ala)