PALANGKA RAYA – Gubernur H Sugianto Sabran telah mengistruksikan kepada pemerintah kabupaten/kota se-Kalteng agar menekan inflasi di daerah masing-masing. Sebagai tindak lanjut, akan dilaksanakan gelar pasar murah dan pasar penyeimbang secara serentak pada 11 September nanti.
Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Kalteng Misnawati mengatakan, beberapa daerah sudah melaksanakan instruksi tersebut, seperti di Kabupaten Barito Selatan (Barsel) dan Barito Timur (Bartim), saat kunjungan kerja (kunker) gubernur beberapa waktu lalu. Selain itu, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) juga sudah melaksanakan pasar penyeimbang pada Selasa (6/9).
“Beberapa kabupaten sudah melaksanakan pasar murah, sedangkan kabupaten/kota lain yang belum akan dilaksanakan secara serentak pada Minggu, 11 September,” katanya saat dibincangi melalui sambungan telepon, Rabu siang (7/9).
Diungkapkan Misnawati, perihal teknis pelaksanaan masih akan dimatangkan dalam rapat lanjutan. Pihaknya juga akan membentuk tim dan menyebar ke seluruh wilayah Kalteng. Pada pasar murah yang akan dilaksanakan serentak 11 September nanti, akan disediakan stok oleh Bulog, karena untuk pasar murah dilaksanakan oleh dinas perdagangan bersama Bulog, sedangkan pasar penyeimbang dilaksanakan oleh dinas TPHP, dinas ketahanan pangan, dan dinas kelautan dan perikanan.
“Untuk pasar murah, stok disediakan oleh Bulog, bagi daerah yang tidak ada kantor Bulog, koordinasikan dengan provinsi,” ungkapnya.
Ia menyebut, satu paket terdiri dari lima kilogram beras, satu kilo-gram gula, satu liter minyak goreng, dan empat bungkus mi instan atau satu kaleng susu. Harga satu paket ini seharusnya Rp100 ribu. Namun pemerintah memberikan subsidi sebesar 50 persen,sehingga dijual seharga Rp50 ribu.
“Nantinya masyarakat beli kupon seharga Rp50 ribu, itu untuk mendapatkan satu paket yang di dalamnya ada beras, gula, minyak, dan mi instan atau susu,” sebutnya.
Lebih lanjut dikatakannya, ada kemungkinan isi paket berbeda di tiap daerah, karena di beberapa daerah, harga beras lebih tinggi. Jadi, ada kemungkinan dalam satu paket seharga Rp50 ribu tanpa mi instan atau susu, atau hanya berisi beras, gula, dan minyak goreng.
“Teknisnya, sasaran penerima kupon diserahkan ke masing-masing dinas perdagangan di kabupaten/kota, karena mereka yang lebih memahami sasaran, yang pasti di wilayah yang terdapat kelompok masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah,” tuturnya.
Dikatakannya bahwa operasi pasar murah ini disambut antusias oleh masyarakat. Hal itu berdasarkan yang terjadi di Barsel, Bartim, dan Kotim.
Sementara itu, harga beberapa komoditas di pasar sudah mulai turun. Namun ada juga yang masih tinggi. Cabai rawit turun dari kisaran Rp100 hingga Rp200 ribu menjadi Rp80 ribu. Harga bawang merah sudah berada di kisaran Rp34 ribu.
“Yang masih mahal adalah cabai merah besar yakni Rp100 ribu, karena memang stoknya kosong berdasarkan pantauan di Pasar Besar dan Pasar Kahayan,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalteng Riza Rahmadi mengatakan, sejauh ini tidak ada kenaikan yang signifikan pada harga kebutuhan bahan pokok setelah keluarnya kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM. “Beras premium maupun medium di pasaran menunjukkan kenaikan, tapi tidak signifikan,” ucapnya.
Menurut Riza, meski tidak ada kenaikan harga yang signifikan, tapi ada beberapa bahan pokok yang menunjukkan kenaikan, penurunan, bahkan stabil harganya di pasaran.
Ia mengakui bahwa biaya pendistribusian sangat memengaruhi harga pasaran. Untuk menyiasati ini, pihaknya membuat program Gelar Pangan Murah sebagai upaya memangkas biaya distribusi bahan pokok. Program ini dijalankan di tiap kabupaten/kota dengan menjajakan langsung pangan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai upaya memangkas biaya distribusi, sehingga masyarakat dapat langsung membeli dengan harga murah tanpa terbebani dengan biaya distribusi.
Salah satu pedagang Pasar Besar Palangka Raya, Abdul Wahab menjelaskan, sejauh ini harga bawang merah dan putih masih terbilang standar. Namun yang dijual pedagang itu merupakan stok lama sebelum adanya kenaikan harga BBM. Saat ini bawang merah dijual Rp35 ribu per kilo dan bawang putih Rp30 ribu per kilo.
Wahab menambahkan, di tempat pengambilan bawang merah dan bawang putih sudah mengalami kenaikan harga dengan kisaran Rp3 ribu. Selain itu, ongkos pengantaran juga naik dari Rp 990 ribu menjadi Rp1,2 juta.
“Mungkin kalau saya ambil barang lagi, ada kemungkinan harga bawang merah dan putih akan naik, karena pengambilan harga baru dan ongkos baru,” ucapnya.
Berbeda dengan pedagang telur, Abrar. Menurutnya, harga telur memang sudah naik sejak lama. Saat ini telur dijual dengan kisarana harga Rp61 ribu, Rp58 ribu, dan Rp56 ribu, tergantung ukuran telur tiap tabak.
“Kalau mengenai dampak kenaikan BBM sih belum ada, karena harga telur memang sudah mahal sejak awal, jadi belum ada kenaikan dan penurunan,” ucap Abrar.
Harga ayam potong di pasaran masih terbilang stabil. Sedangkan untuk harga cabai, mama Aziz menyebut bahwa harga cabai mengalami kenaikan. Kini dijual Rp65 ribu per kilo. Padahal harga normalnnya Rp50 ribu per kilo.
“Kalau cabai sedang naik nih mas, kisaran Rp65 ribu per kilo, kalau harga normalnya Rp50 ribu,” bebernya. (abw/*dan/*irj/ce/ala/KOL)