SELAMA 11 hari berada di Arab Saudi untuk melaksanakan ziarah dan ibadah umrah. Jemaah asal Kalimantan Tengah (Kalteng) yang berangkat menggunakan jasa agen travel umrah PT Raihan Alya Tour wajib menjalani karantina. Sejak kedatangan pada 24 Februari, jemaah tidak boleh keluar hotel. Turun sampai ke lobi hotel pun tidak dianjurkan. Kami baru bisa leluasa beribadah ke masjid, ziarah, hingga menapak tilas tempat-tempat bersejarah di Kota Madinah dan Makkah setelah menjalani dua kali PCR di Madinah, kemudian sekali lagi di Kota Makkah.
Swab PCR di Kota Makkah dilaksanakan setelah menjalani ibadah umrah pertama. Jumat (4/3) sore waktu Arab Saudi, 165 jemaah ikut swab PCR di lorong Anjum Hotel, tepatnya di lantai 18. Jemaah membentuk dua barisan. Kemudian satu per satu diambil sampel air liur dari mulut. Ratusan jemaah dilayani oleh dua tenaga kesehatan (nakes) saja. Selesai pengambilan sampel yang dilakukan melalui mulut tersebut, jemaah kembali ke kamar masing-masing untuk mandi, lalu bertolak ke Masjidilharam untuk melaksanakan salat Magrib berjemaah.
Meski sudah menjalani karantina di Kota Madinah serta PCR, selama di Kota Makkah dan Madinah kami tetap menjaga jarak ketika menjalani salat, baik itu salat lima waktu maupun ketika salat Jumat yang selalu padat. Baik berada di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Sejak PCR pada Jumat petang (4/3), meski rombongan kami tidak mengenakan id card, tetap dibolehkan masuk ke Masjidilharam. Ketika itu saf salat khususnya di halaman luar Masjidilharam hanya terlihat beberapa yang menjaga jarak. Sebagian tampak tanpa jarak.
Di pintu masuk utama menuju Masjidilharam juga tidak ada wadah untuk mencuci tangan maupun pengecekan suhu seperti yang ada di fasilitas ibadah maupun tempat pelayanan publik di Indonesia. Hanya terlihat ada satu petugas di pintu masuk utama ketika salat Magrib tiba. Sebagian berpencar di halaman mengatur jemaah untuk menjalani ibadah. Berbeda dengan hotel yang kami tempati.
Di lantai Masjidilharam, terlihat ada tanda telapak kaki bermotif hijau. Tanda tersebut sebagai tanda jarak antarjemaah. Memang tidak semua jemaah berdiri di tanda tersebut. Namun untuk penggunaan masker tetap diwajibkan. Petugas akan menegur jemaah yang menurunkan masker ke dagu atau bahkan tidak mengenakan masker sama sekali. Beberapa jemaah tetap diminta menunjukkan aplikasi Tawakalna, aplikasi Pedulilindungi milik Arab Saudi.
“Tawakalna, Tawakalna,” pinta petugas yang berjaga di depan pintu masuk Masjidilharam kepada beberapa jemaah yang tidak memakai gelang khusus seperti yang kami kenakan sejak berada di Kota Madinah.
Aplikasi Tawakkalna (Covid-19 KSA) yang diluncurkan Arab Saudi pada 11 Mei 2020 tersebut merupakan perangkat digital untuk memantau pergerakan orang dan status kesehatan selama berada di Arab Saudi. Mirip dengan aplikasi PeduliLindungi milik Indonesia. Meski selama kami dikarantina dan berada di Arab Saudi, belum diwajibkan mengenakan aplikasi tersebut, tapi setelah aturan pembatasan Covid-19 dicabut, Kerajaan Arab Saudi tetap menerapkan prosedur memverifikasi kesehatan dalam aplikasi Tawakalna.
Beberapa jam setelah atau dini hari waktu Arab Saudi, kerajaan telah mengumumkan mencabut semua pembatasan mengenai Covid-19. Jadi aturan memakai masker di luar ruangan, wajib karantina, dan jarak jarak sudah dicabut. Kebijakan Kerajaan Arab Saudi ini menjadi kabar bahagia bagi umat muslim dunia. Karena masuk ke tempat kiblat muslim dunia tidak diwajibkan lagi karantina maupun swab PCR.
“Alhamdulillah ya bapak ibu jemaah, Minggu (6/3) dini hari pemerintah Arab Saudi sudah mencabut pembatasan Covid-19. Jadi tidak ada lagi jaga jarak di dalam masjid dan tidak ada lagi karantina bagi jemaah dari luar Arab Saudi. Ini menjadi kabar bagus bagi muslim Indonesia,” ungkap mutawif Yasir Habibi sesaat setelah bus kami bertolak menuju Jeddah untuk pulang ke Indonesia pada Minggu (6/3).
Yasir Habibi mendoakan semoga makin banyak lagi jemaah umrah dari Kalteng khususnya dan Indonesia pada umumnya bisa berangkat beribadah ke Tanah Suci. Karena dengan dicabutnya pembatasan tersebut, otomatis akan mengurangi dari segi biaya.
“Semoga bapak ibu bisa berangkat lagi bersama PT Raihan Alya Tour. Dengan dicabutnya pembatasan Covid-19 di Arab Saudi, maka waktu kita berada di Arab Saudi bisa lebih lama lagi, karena tidak perlu karantina,” ujar pria kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini.
Selama 11 hari di Arab Saudi, Yasir Habibi bersama mutawif Mohammad Bakir dan Hodiri Mulayah Martono telah menemani jemaah PT Raihan Alya Tour. Mereka mendampingi sejak kami menginjakan kaki di Bandara Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz, Kota Madinah hingga bertolak menuju Jeddah.
“Saya mewakili rekan-rekan mutawif memohon maaf jika selama mendampingi bapak ibu jemaah ada salah perkataan dan perbuatan. Semoga kita bisa bertemu lagi, baik itu saat umrah maupun haji. Kami siap melayani bapak ibu jemaah PT Raihan Alya Tour,” ucap Yasir Habibi.
Setelah membawa 165 jemaah umrah, pada bulan ini PT Raihan Alya Tour juga akan memberangkatkan ratusan jemaah umrah ke Tanah Suci. “Insyaallah rombongan yang berangkat nanti jumlahnya di atas 100 jemaah. Berangkatnya pada 24 Maret mendatang, dan akan menemui awal bulan Ramadan di Kota Makkah,” ucap owner PT Raihan Alya Tour Ustaz HM Al-Ghifari. (ce/ram/ko)