LANTUNAN surat An-Naba begitu merdu didengar. 40 ayat dibacakan dengan rapi oleh anak-anak yang usianya belum genap lima tahun. Mereka adalah anak didik yang selama ini belajar di RBBI. Lokasinya di Jalan Akasia. Milik Ipda Meldawati. Berdiri sejak 18 September 2018.
Disusul kemudian selawatan diiringi rebana. Ditampilkan para pengajar, yang oleh anak didik biasa disapa ustaz. Tidak ada latihan sebelumnya. Tampil dadakan karena diberitahu pada malam sebelum kegiatan. Namun itu tak memengaruhi penampilan. Mereka terlihat begitu kompak.
Pembawa acara mengawali peresmian Raudhatul Athfal (RA) Tahfidz Al-Fakhira. Didirikan oleh Ipda Meldawati di Jalan Meranti. Bangunan berukuran 6×6. Berdinding papan. Didirikan di atas tanah yang terletak di belakang rumah orang tuanya. Sebelumnya berupa rawa dan bergambut. Untuk penimbunannya, tanah yang diperlukan sebanyak 20 truk.
Acara peresmian Kamis pagi (10/2) itu dihadiri Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalteng Drs KH Chairudin Halim, Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Kalteng H Supiani, Pembina Tilawati Kalteng Ustaz Saiful Qomar, dan Ustaz Junaidi selaku instruktur Tilawati Kota Palangka Raya, serta perwakilan orang tua anak didik.
“Dengan apa yang sudah saya dan pengajar jalani selama ini, kami beranikan mendirikan RA ini dengan membawa visi dan misi membentuk karakter anak sejak usia dini untuk mencintai Allah dan rasul serta mencetak generasi Rabbani dan Qur’ani,” ucap Melda -sapaan sehari-hari- seraya menyebut pendaftaran dibuka mulai 11 Februari.
Dalam momen itu, para tamu undangan berkesempatan melihat isi ruangan yang akan menjadi tempat belajar mengajar. Sembari menyantap hidangan, mereka menatap layar yang menampilkan video pendek perjalanan RBBI.
Pernak-pernik nuansa Islami mendominasi. Mulai dari abjad Arab, nama malaikat, dan panduan salat serta wudu. Lalu ada lemari terbuka yang belum terisi penuh buku bacaan. Hanya ada sebagian. Salah satunya buku dongeng. Huruf-huruf yang ada di punggung 10 buku yang tersusun itu terangkai menjadi kata “Ada Allah di Rumah Kami”. Ya, itulah nama judul buku dongeng itu.
“Kami tidak menginginkan anak didik hanya pintar baca Al-Qur’an, kami juga mengutamakan adab dan akhlak. Oleh karena itu, kami juga mendekatkan anak dengan buku-buku ini,” ujar polwan yang juga menjabat Panit 2 Subdit 3 Ditresnarkoba Polda Kalteng ini.
Perempuan berusia 35 tahun itu mengisahkan kembali perjalanan RBBI. Di RBBI, proses belajar memakai metode ummi. Identik dengan sabar, tabah, lembut. Metode ummi dalam belajar Al-Qur’an mengusung tiga prinsip. Mudah, menyenangkan, dan menyentuh hati. Tujuannya agar kelak anak-anak bisa menjadi generasi yang beriman, cerdas, dan berakhlak mulia.
“Mengajarkan anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an ibarat mengukir di atas batu. Namun jika apa yang diajarkan itu sudah masuk, maka akan sulit hilang,” kata perwira SIP angkatan 50 atau Wira Satya Adhipradana ini.
“Dahulu (tahun 2019, red) pas Mas Agus ke sini, ada anak yang masih pakai pampers kalau belajar ngaji, sekarang sudah hampir hafal 2 juz Al-Qur’an,” tambah perempuan lulusan Fakultas Hukum Universitas Palangka Raya.
Pada awal berdiri, lanjut suami dari Bripka Rais Mahajir ini, RBBI hanya memiliki 10 murid. Setahun kemudian, sudah ada 60 anak didik dengan usia 3-5 tahun. Saat ini RBBI punya 103 anak didik. “Dari awal berdiri sampai sekarang, kami tetap tidak memungut biaya bagi anak-anak yatim piatu, dan tidak memaksa untuk membayar bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu,” ungkap sulung dari empat bersaudara, pasangan H Muhammad dan Hj Norliana ini.
Selain rumah pribadinya yang dipakai untuk kegiatan belajar mengajar, rumah orang tuanya juga dipakai. Melda dibantu 12 tenaga pendidik yang berstatus mahasiswa IAIN Palangka Raya. Tiap hari rumahnya dipenuhi anak-anak. Yang laki-laki memakai peci, sedangkan kerudung bagi yang putri. Senin-Jumat dibagi menjadi dua sesi. Pukul 13.00-15.00 WIB dan pukul 15.00-17.00 WIB.
“Program terbaru kami ada kelas tahfiz weekend gratis tiap Sabtu dan Minggu yang diikuti 15 murid,” ujar Melda yang juga pernah menjadi atlet pencak silat.
“Dalam benak saya pribadi dan suami, dan orang tua yang mendukung saya selama ini, kami bersama pengajar bertekad melahirkan hafiz dan hafizah melalui RBBI dan RA Tahfidz Al-Fakhira ini,” tambah Melda.
Sementara itu, Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Kalteng H Supiani sangat mengapresiasi keberadaan RA Tahfidz Al-Fakhira. Diharapkan bisa menjadi wadah mencetak generasi muda Islam di Palangka Raya yang mencintai Al-Qur’an.
Supiani menilai Melda sebagai sosok yang luar biasa. Ia sudah melihat langsung sepak terjangnya sejak awal mendirikan RBBI. Pengorbanan waktu. Menyediakan rumahnya dan rumah orang tua sebagai tempat bagi anak-anak belajar Al-Qur’an. Bahkan dahulu sampai ke bagian dapur dipakai anak-anak sebagai tempat belajar Al-Qur’an.
“Luar biasa. Tekad ibu Melda dan suami begitu kuat. Semoga bibit-bibit muda pencinta Al-Qur’an bisa mengharumkan nama Palangka Raya dan Kalteng pada umumnya,” katanya. (ram/ce/ko)