Site icon KaltengPos

Panen Perdana Tahun Ini, Rencana Undang Presiden

PERCONTOHAN NASIONAL: Gubernur H Sugianto Sabran bersama Anggota DPR RI H Agustiar Sabran serta jajaran Pemprov Kalteng dan Pemkab Sukamara ketika berada di kawasan tambak udang vaname.

PALANGKA RAYA-Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran menginisiasi pengembangan tambak udang vaname atau shrimp estate. Gubernur berkomitmen untuk konsisten bergerak cepat melakukan terobosan-terobosan inovatif dalam upaya pemulihan ekonomi Kalteng di tengah pandemi Covid-19.

Pada tahap pertama, pengembangan shrimp estate berlokasi di Kabupaten Sukamara, tepatnya di Desa Sei Raja, Kecamatan Jelai. Tahun 2023 nanti shrimp estate akan dibangun di Kabupaten Seruyan dan Kotawaringin Timur. Selanjutnya pada 2024 dibangun di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Pulang Pisau.

“Potensi kelautan dan perikanan Kalteng luar biasa, tapi potensi yang begitu besar itu tidak akan ada artinya bila tidak ada aksi untuk menggerakkan dan mengelolanya dengan serius, potensi itu akan statis dan pada akhirnya terkubur bersama harapan. Untuk mengembangkan gagasan atas potensi kekayaan sumber daya alam, harus berangkat dari niat yang tulus, yaitu untuk kesejahteraan rakyat,” kata Sugianto.

Dipilihnya Sukamara sebagai lokasi shrimp estate tahap pertama sangatlah logis. Mengingat eksisting tambak sebesar 832 hektare, dengan lokasi perencanaan shrimp estate mencapai 1.999 hektare. Pembangunan shrimp estate tahap pertama seluas 40,17 hektare yang ingin dikembangkan Pemprov Kalteng, sehingga dapat terintegrasi dengan wisata dan industri perikanan. Dengan kelengkapan fasilitas yang dibangun antara lain hatchery, cold storage, pabrik pakan, laboratorium kesling, dan laboratorium nutrisi pakan.

Gubernur memastikan bahwa pembangunan shrimp estate dapat menjadi model nasional yang memberikan dampak tumbuhnya pelaku usaha tambak udang vaname di Kalteng, sehingga dapat mendorong pemulihan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, sekaligus penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

“Kita harus bangun kawasan shrimp estate yang terintegrasi dengan industri perikanan, sehingga segala kebutuhan pengelolaan ada di satu kawasan. Setelah itu dikembangkan menjadi kawasan wisata eduksi. Secara tidak langsung kita membangun pusat pembelajaran pengelolaan shrimp estate di Kalteng ini. Saya yakin ini akan menjadi model nasional,” bebernya.

Tahun ini Pemperov Kalteng akan menggelontorkan dana sekitar Rp85 miliar untuk pembangunan shrimp estate tahap pertama. Termasuk untuk membangun jaringan listrik saluran utama tegangan menengah (SUTM) sepanjang 4 kilomter, serta jaringan listrik dalam kawasan tambak berkolaborasi dengan PLN. Untuk menunjang pengembangan tambak udang vaname, pemprov juga akan melakukan peningkatan infrastruktur jalan Sukamara-Lunci-Jelai dengan anggaran sekitar Rp80 miliar.

“Insyaallah pembangunan akan dimulai bulan April tahun ini, saat ini tim teknis sedang melakukan sejumlah persiapan di lapangan,” bebernya.

Shrimp estate ini nantinya dikembangkan menjadi kawasan yang terintegrasi dengan wisata dan industri, mulai dari hulu sampai ke hilirnya. Karena itu aspek pendukung baik primer maupun sekunder harus benar-benar diperhatikan secara cermat. 

“Saya yakin program shrimp estate ini bukan hanya menjadi daya ungkit perekonomian, tapi akan menjadi salah satu sumber kekuatan ekonomi baru bagi wilayah pesisir Kalteng yang dimulai dari Kabupaten Sukamara dan menjadi triger daerah lain,” ucapnya.

Dalam mengawal pembangunan, pendampingan teknis, dan pengelolaan usaha klaster tambak udang vaname, pemprov akan menggandeng para pihak expert dan profesional. Antara lain melibatkan tim ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM), PT. Central Proteina Prima. Tbk Sidoarjo, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, serta konsultan yang berpengalaman.

“Pengelolaan tambak yang ada di kawasan shrimp estate, saya pastikan akan melibatkan masyarakat lokal melalui BUMDes, kelompok pembudi daya ikan, koperasi-koperasi, dan kelompok usaha milenial, sehingga masyarakat akan mendapat nilai tambah ekonomis dari program ini, karena sokoguru perekonomian itu terletak pada pemberdayaan masyarakat,” katanya.

Gubernur menargetkan tahun ini sudah ada panen perdana shrimp estate. Akan mengundang Presiden Joko Widodo untuk peresmian sekaligus panen perdana. Pihaknya berharap program shrimp estate ini akan didukung secara maksimal oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan serta kementerian terkait lainnya.

Gubernur optimis panen perdana tahun ini oleh Presiden Joko Widodo akan menjadi starting point dan merupakan momentum strategis pembangunan shrimp estate tahap selanjutnya, yakni di Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Kotawaringin Timur pada 2023 mendatang.

“Keberhasilan pembangunan shrimp estate ini tidak hanya agar Kalteng dapat bersaing di industri perikanan nasional, tetapi juga dapat berkontribusi dan bersaing untuk merebut pasar global, serta dapat berkontribusi memenuhi kebutuhan pangan ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur,” tuturnya.

Untuk percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan, saat ini pemprov gencar memfasilitasi dan membina UKM ekspor produk kelautan dan perikanan khususnya ikan lokal seperti seluang, ikan hias botia, betutu, dan tapah yang sangat digemari negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Jepang.

Selain pengembangan shrimp estate, Kalteng juga fokus mengembangkan kawasan food estate. Pembangunan food estate di Kalteng yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian dan pemprov telah dimulai 2020 lalu. Dijalankan secara bertahap berkaitan dengan kesesuaian dan kesiapan lahan, petani, dan infrastruktur tata air di lokasi yang akan dikembangkan. Penetapan Kalteng sebagai lokasi pengembangan program food estate ini melalui proses panjang dan merupakan ide visioner Gubernur H Sugianto Sabran.

Gubernur mengatakan bahwa program strategis nasional  food estate ini akan memberi multiefek ke semua sektor. Baik untuk peningkatan kesejahteraan petani maupun penyerapan tenaga kerja lokal.

“Pada akhirnya menjadi daya ungkit perekonomian di Kalteng. Peluang ini harus ditangkap dan dijalankan secara serius dan fokus, dengan melibatkan stakeholders terkait dan pemberdayaan masyarakat lokal,” katanya kepada media, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut diungkapkannya, program food estate ini sudah melalui pertimbangan matang dari segala aspek. Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang tak tahu kapan berakhir, food estate diharapkan menjadi jawaban bahkan strategi pemerintah dalam mengantisipasi krisis pangan yang mungkin saja terjadi.

Dengan ditetapkannya ibu kota negara baru di Kalimantan Timur, Kalteng yang beririsan langsung dengan IKN harus mempersiapkan diri dengan baik. Terlebih Kalteng berada di posisi poros. Wilayah food estate merupakan rawa pasang surut dan lebak. Artinya air cukup tersedia sepanjang tahun. Namun tetap memerlukan infrastruktur dan penataan air, agar sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan dibudidayakan.

Karena itu pengembangan food estate dilakukan secara bertahap dan terukur, agar dicapai hasil yang secara langsung dapat dirasakan oleh petani dan masyarakat, dengan tujuan produksi utuk memperkuat ketahanan pangan. Kegiatan yang dilaksanakan di kawasan food estate di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau berupa intensifikasi lahan.

Intensifikasi lahan merupakan kegiatan pengembangan budi daya pada lahan pertanian eksisting petani. Pemerintah memberikan bantuan untuk pengolahan tanah dan sarana produksi berupa benih, pupuk, pembenah tanah, dan pestisida yang sesuai rekomendasi.

Kegiatan intensifikasi yang dimulai tahun 2020 dan dilanjutkan tahun 2021, telah dilaksanakan pada lahan denga luas lebih dari 42.000 hektare. Produksi pada lokasi pengembangan tahun 2020 pada luasan lebih dari 29.000 hektar mencapai 114.611 ton GKG. Sedangkan dari lokasi pengembangan tahun 2021 pada luasan lebih dari 13.000 hektare, produksinya mencapai 47.589 ton GKG.

Hasil produksi gabah kering giling dari lokasi intensifikasi lahan tahun 2020 dan 2021, ada kenaikan jika dibandingkan dengan produksi sebelum adanya intensifikasi lahan food estate. Kenaikan produksi itu mencapai 15,3 persen untuk produksi tahun 2020 dan 11,5 persen untuk produksi tahun 2021. Pencapaian lainnya adalah peningkatan indeks pertanaman pada lokasi-lokasi tertentu yang meningkat sekitar 37 persen.

Pada 2022, lokasi yang dikembangkan dan memasuki musim panen saat ini yakni di Kecamatan Bataguh dengan luas sawah 3.677 hektare. Pada beberapa lahan sawah sedang panen. Di antaranya di Desa Terusan Mulya, Terusan Karya, dan Terusan Makmur. Lokasi yang telah dipanen seluas 420 hektare yang ditanami varietas padi hibrida. Hasilnya mencapai 7 ton per hektare. Lahan persawahan di Desa Warna Sari, Kecamatan Tamban Catur juga mulai memasuki masa panen pada bulan Maret ini.

Lokasi lain yang panen yakni lahan yang dikelola Poktan Sri Makmur, Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, pada hamparan seluas 84 hektare yang ditanami padi inbrida varietas Inpari 32 dan Inpari 33, dengan hasil produksi sekitar 7,8 ton per hektare. Di Desa Gadabung, Kecamatan Pandih Batu juga sudah mulai dipanen. 

“Kita bicara fakta, bukan asumsi. Ada pihak yang meragukan keberhasilan food estate, bahkan meragukan keseriusam pemerintah provinsi menanganai food estate. Jangan melempar retorika. Kami turun ke lapangan memantau setiap saat, bukan membaca laporan di belakang meja,” ucap Sugianto.

Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Kalteng Riza Rahmadi menyebut, saat ini pihaknya sedang menyiapkan penangkaran benih padi inbrida di Kabupaten Pulang Pisau seluas 113 hektare dan Kabupaten Kapuas 308 hektare, yang terdiri dari benih Inpara 3, Inpari 33, Inpari 32, Inpari 36, Inpari 37 Inpari 42, dan Inpari 1R nutri zink.

Total benih yang dapat dihasilkan mencapai 1.100 ton. Jumlah itu diyakini dapat memenuhi kebutuhan benih untuk musim tanam April-September 2022, sehingga dapat menjadikan Kalteng mandiri benih padi inbrida. Lokasi penangkaran benih ini pada lahan petani yang mendapatkan program food estate tahun 2020-2021.

“Pengembangan food estate Kalteng melalui kegiatan intensifikasi lahan memiliki fokus pada peningkatan produktivitas lahan, indeks pertanaman, dan produktivitas hasil,” ucapnya.

Dengan dasar pelaksanaan kegiatan pada lahan petani, maka petani menjadi subjek dari pembangunan pengembangan food estate. Tentu saja menjadi kelompok yang mendapatkan manfaat langsung dari program ini.

Ia menambahkan, petani merupakan subjek program, bukan objek. Petanilah yang mendapatkan manfaat besar dari program food estate.

“Karena memang itu konsep Bapak Gubernur sedari awal, mulai melangkah dari peningkatan kesejahteraan petani. Jika kesejahteraan petani meningkat, otomatis akan mampu menumbuhkan produktivitas, dan pada akhirnya program ini akan berkontribusi menyejahterakan masyarakat Kalimantan Tengah” tutur Riza.

Dikatakannya bahwa program food estate ini juga diarahkan pada kegiatan multikomoditas, dengan tujuan menghasilkan ragam produk pertanian selain padi. Tentu akan lebih mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian, serta meningkatkan pendapatan petani dari penjualan produk-produk tersebut.

Multikomoditas yang telah dikembangkan meliputi budi daya tanaman hortikultura (buah dan sayuran) seluas lebih dari 450 hektare, ternak itik 55 ribu ekor, dan kelapa genjah lebih dari 140 ribu batang pohon. Peternakan itik yang dikembangkan kelompok tani, dari 500 ekor itik mampu menghasilkan telur dengan rata-rata 8.573 butir telur per bulan. Selanjutnya dijual oleh petani dalam bentuk telur segar maupun telur asin.

Dengan makin produktifnya lahan pertanian, meningkatnya produksi padi secara gradual, dan hasil produk pertanian multikomoditas, maka dampak program food estate untuk masyarakat Kalteng makin nyata, terutama untuk kesejahteraan petani, serta menunjang peningkatan ketahanan pangan wilayah, yang pada gilirannya akan menciptakan kedaulatan pangan nasional. (abw/ce/ala/ko)

Exit mobile version