Sabtu, Juli 12, 2025
23.6 C
Palangkaraya

Inilah Perkembangan Program Makan Bergizi Gratis di Palangka Raya

PALANGKA RAYA- berjalan sekitar enam bulan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah pusat masih berlangsung dengan lancar di Kota Palangka Raya. Salah satunya di SDN 6 Palangka yang berada di Jalan Tjilik Riwut, Jumat (13/6/2025).  

Pagi itu, suasana di SDN 6 Palangka tampak ramai namun tertib. Anak-anak antre mengambil makanan yang dibagikan di tiap kelas. Di salah satu kelas, Hafis, murid kelas 5, tampak duduk bersama teman-temannya dalam formasi melingkar. Mereka memulai makan dengan doa bersama sebelum menyantap menu hari itu.

 

“Hari ini (Jumat) makanannya enak, ada ayam, tahu goreng, sayur jagung sama sawi, buahnya semangka. Kadang nasinya kebanyakan, kadang juga sedikit. Beberapa hari kemarin juga sempat dapat susu, tapi hari ini gak ada,” ujar Hafis sambil tersenyum.

 

Ia mengaku tetap bersemangat mengikuti kegiatan meski pagi itu baru saja diadakan pesta kelas menyambut libur. Baginya makan bersama teman-teman lebih menyenangkan, mengingat besok sudah tidak bertemu dikarenakan libur sekolah.

 

“Tadi kita ada pesta kelas kita makan-makan bersama juga, tapi aku tetap makan ini (sambil menunjukkan kota makan MBG) karena besok udah libur jadi kita gak bisa makan bareng selama libur,” tambahnya.

 

Sementara Kepala Sekolah SDN 6 Palangka, Bayer, menyampaikan bahwa pelaksanaan program MBG di sekolahnya sejauh ini berjalan baik dan mendapat sambutan positif dari para siswa maupun guru. Ia mengatakan bahwa pada hari ini menjadi hari terakhir pelaksanaan program ini, sebelum memasuki masa libur sekolah.

 

“Program MBG ini berjalan dengan baik, dan hari ini kebetulan adalah hari terakhir sekolah karena, Senin, 16 Juni, kita sudah mulai libur. Kita libur sampai 7 Juli, dan selama masa libur ini tentu saja tidak ada pembagian makanan, karena tidak ada aktivitas belajar mengajar di sekolah, meski guru masih masuk karena ada penerimaan murid dan pembagian rapot di tanggal 20 juni,” ujar Bayer saat ditemui di sela kegiatan pembagian makanan bergizi pagi tadi.

 

Menurutnya, pihak sekolah telah mengirim surat resmi kepada Dinas Pendidikan untuk menolak pengiriman makanan selama masa libur guna mencegah pemborosan. Meski demikian, ia mengapresiasi komunikasi yang tetap terbuka antara sekolah, dinas, dan penyedia logistik.

Baca Juga :  Palangka Raya Bangun SD Bertaraf Internasional Rp10,9 Miliar, Ini Lokasinya

 

“Memang sempat ada informasi bahwa selama libur tetap akan dikirim makanan. Tapi kami meminta agar itu ditiadakan, karena sayang juga takut mubazir karena kan anak-anak libur, Kami juga sudah koordinasi dengan pihak SPPG (penyedia makanannya), dan mengirimkan surat, bahasa surat penolakan ke Dinas Pendidikan Kota, cuman itu suruh untuk meminta tidak di kirimkan makan selama libur sekolah,” jelas Bayer.

 

Lebih lanjut, Bayer menekankan pentingnya fleksibilitas dan nilai-nilai kebersamaan dalam pelaksanaan program ini. Ia mencontohkan ketika memasuki masa Ramadan lalu, pihak sekolah meminta penyesuaian menu agar lebih toleran terhadap siswa Muslim yang sedang berpuasa.

 

“Selama puasa kemarin, sekitar 60 sampai 70 persen siswa kami Muslim. Kami minta agar menunya disesuaikan, misalnya berupa makanan ringan seperti kurma atau kue yang bisa dibawa pulang untuk berbuka. Karena tidak mungkin ada anak yang makan sementara teman-temannya sedang puasa tidak makan, Ini soal mengajarkan kebersamaan dan toleransi sejak dini,” ungkapnya.

 

Bayer juga mengakui bahwa pada awal pelaksanaan, masih ada tantangan seperti makanan yang tersisa, terutama sayur-mayur yang kurang diminati para murid kelas kecil (Kelas 1 dan 2). Namun, dengan pendekatan edukatif dan pembiasaan, kini anak-anak mulai menyukai menu sayur.

 

“Dulu memang sayur banyak tersisa, terutama anak-anak kelas kecil, tapi kami terus beri pengertian bahwa sayur itu sehat. Alhamdulillah, sekarang sudah mulai terbiasa dan makanannya habis. Kami para guru juga sesekali ikut makan untuk memastikan kualitas dan kecukupan porsi makanan,” katanya.

 

Program Makan Bergizi Gratis di SDN 6 Palangka tidak hanya menjadi upaya pemenuhan gizi, tetapi juga menjadi media pendidikan karakter, kebersamaan, dan budaya hidup sehat bagi para murid sekolah dasar.

 

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, Jayani mengatakan bahwa  program ini telah menjangkau sekitar 14 ribu penerima manfaat.

Angka ini mencakup peserta didik jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta ibu hamil dan menyusui. Ia mengatakan bahwa saat ini sudah ada 4 dapur SPPG yang beroperasi.

 

“Kalau tidak salah, data terakhir yang kami terima, sudah ada empat SPPG yang beroperasi. Pertama itu Bukit Kenanga, lalu dua di wilayah Jekan Raya, kemudian satu lagi di Penengan Asie,” kata Jayani.

Baca Juga :  BBPOM Periksa Takjil Penyebab Keracunan Massal

 

Setiap satu unit SPPG memiliki kapasitas penyediaan makanan bagi sekitar 3.500 penerima manfaat. Jika dikalikan empat SPPG, berarti sekitar 14 ribu penerima manfaat program MBG sejauh ini.

 

“Kita belum bisa merinci berapa sekolah yang terlibat karena data tersebut masih dalam proses pendataan kami, perlu diketahui juga bahwa belum semua sekolah langsung mendapatkan program ini karena pelaksanaannya bertahap,” ujarnya.

 

Jayani menjelaskan bahwa SPPG baru bisa diakui beroperasi secara resmi setelah mendapatkan izin dari Badan Pangan Nasional serta melalui koordinasi regional, dalam hal ini SPPG Kalimantan Tengah. Proses administrasi dan izin inilah yang membuat pendataan dinamis dan belum sepenuhnya tuntas.

 

“Jadi memang setelah mereka mendapat izin operasional dan mulai beroperasi, baru kami bisa mengetahui secara pasti. Karena itu, kami juga belum sempat memperbarui data secara lengkap,sekolah mana saja yang sudah masuk dalam penerima manfaat ini,” tambahnya.

 

Meskipun program berjalan cukup baik, Jayani mengakui masih ada sejumlah tantangan teknis yang dihadapi di lapangan, terutama terkait menu dan suhu makanan saat diterima oleh sekolah.

 

“Masalah yang masih kami terima dari laporan sekolah itu seputar menu dan suhu makanan itu terjadi pada jenjang paud atau Tk lalu sd bisanya kelas 1 atau 2, tapi selain itu, relatif tidak ada kendala besar. Kami terus berkoordinasi agar program ini makin baik ke depan,” jelasnya.

 

Lebih jauh, Jayani menekankan pentingnya peran guru dalam mendampingi serta memberikan edukasi kepada siswa agar memahami pentingnya asupan makanan sehat, termasuk sayur-mayur yang kadang kurang disukai anak-anak.

 

“Kami juga meminta guru-guru di sekolah untuk terus memberi pemahaman kepada anak-anak mengenai pentingnya mengonsumsi semua jenis makanan yang disediakan oleh SPPG, termasuk sayur. Ini bagian dari pembentukan pola makan sehat sejak dini,” ujar Jayani.

 

Saat ini, Pemerintah Kota Palangka Raya masih terus berupaya menambah jumlah SPPG agar layanan MBG bisa menjangkau lebih banyak sekolah dan kelompok penerima manfaat. (mut/ala)

PALANGKA RAYA- berjalan sekitar enam bulan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah pusat masih berlangsung dengan lancar di Kota Palangka Raya. Salah satunya di SDN 6 Palangka yang berada di Jalan Tjilik Riwut, Jumat (13/6/2025).  

Pagi itu, suasana di SDN 6 Palangka tampak ramai namun tertib. Anak-anak antre mengambil makanan yang dibagikan di tiap kelas. Di salah satu kelas, Hafis, murid kelas 5, tampak duduk bersama teman-temannya dalam formasi melingkar. Mereka memulai makan dengan doa bersama sebelum menyantap menu hari itu.

 

“Hari ini (Jumat) makanannya enak, ada ayam, tahu goreng, sayur jagung sama sawi, buahnya semangka. Kadang nasinya kebanyakan, kadang juga sedikit. Beberapa hari kemarin juga sempat dapat susu, tapi hari ini gak ada,” ujar Hafis sambil tersenyum.

 

Ia mengaku tetap bersemangat mengikuti kegiatan meski pagi itu baru saja diadakan pesta kelas menyambut libur. Baginya makan bersama teman-teman lebih menyenangkan, mengingat besok sudah tidak bertemu dikarenakan libur sekolah.

 

“Tadi kita ada pesta kelas kita makan-makan bersama juga, tapi aku tetap makan ini (sambil menunjukkan kota makan MBG) karena besok udah libur jadi kita gak bisa makan bareng selama libur,” tambahnya.

 

Sementara Kepala Sekolah SDN 6 Palangka, Bayer, menyampaikan bahwa pelaksanaan program MBG di sekolahnya sejauh ini berjalan baik dan mendapat sambutan positif dari para siswa maupun guru. Ia mengatakan bahwa pada hari ini menjadi hari terakhir pelaksanaan program ini, sebelum memasuki masa libur sekolah.

 

“Program MBG ini berjalan dengan baik, dan hari ini kebetulan adalah hari terakhir sekolah karena, Senin, 16 Juni, kita sudah mulai libur. Kita libur sampai 7 Juli, dan selama masa libur ini tentu saja tidak ada pembagian makanan, karena tidak ada aktivitas belajar mengajar di sekolah, meski guru masih masuk karena ada penerimaan murid dan pembagian rapot di tanggal 20 juni,” ujar Bayer saat ditemui di sela kegiatan pembagian makanan bergizi pagi tadi.

 

Menurutnya, pihak sekolah telah mengirim surat resmi kepada Dinas Pendidikan untuk menolak pengiriman makanan selama masa libur guna mencegah pemborosan. Meski demikian, ia mengapresiasi komunikasi yang tetap terbuka antara sekolah, dinas, dan penyedia logistik.

Baca Juga :  Palangka Raya Bangun SD Bertaraf Internasional Rp10,9 Miliar, Ini Lokasinya

 

“Memang sempat ada informasi bahwa selama libur tetap akan dikirim makanan. Tapi kami meminta agar itu ditiadakan, karena sayang juga takut mubazir karena kan anak-anak libur, Kami juga sudah koordinasi dengan pihak SPPG (penyedia makanannya), dan mengirimkan surat, bahasa surat penolakan ke Dinas Pendidikan Kota, cuman itu suruh untuk meminta tidak di kirimkan makan selama libur sekolah,” jelas Bayer.

 

Lebih lanjut, Bayer menekankan pentingnya fleksibilitas dan nilai-nilai kebersamaan dalam pelaksanaan program ini. Ia mencontohkan ketika memasuki masa Ramadan lalu, pihak sekolah meminta penyesuaian menu agar lebih toleran terhadap siswa Muslim yang sedang berpuasa.

 

“Selama puasa kemarin, sekitar 60 sampai 70 persen siswa kami Muslim. Kami minta agar menunya disesuaikan, misalnya berupa makanan ringan seperti kurma atau kue yang bisa dibawa pulang untuk berbuka. Karena tidak mungkin ada anak yang makan sementara teman-temannya sedang puasa tidak makan, Ini soal mengajarkan kebersamaan dan toleransi sejak dini,” ungkapnya.

 

Bayer juga mengakui bahwa pada awal pelaksanaan, masih ada tantangan seperti makanan yang tersisa, terutama sayur-mayur yang kurang diminati para murid kelas kecil (Kelas 1 dan 2). Namun, dengan pendekatan edukatif dan pembiasaan, kini anak-anak mulai menyukai menu sayur.

 

“Dulu memang sayur banyak tersisa, terutama anak-anak kelas kecil, tapi kami terus beri pengertian bahwa sayur itu sehat. Alhamdulillah, sekarang sudah mulai terbiasa dan makanannya habis. Kami para guru juga sesekali ikut makan untuk memastikan kualitas dan kecukupan porsi makanan,” katanya.

 

Program Makan Bergizi Gratis di SDN 6 Palangka tidak hanya menjadi upaya pemenuhan gizi, tetapi juga menjadi media pendidikan karakter, kebersamaan, dan budaya hidup sehat bagi para murid sekolah dasar.

 

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, Jayani mengatakan bahwa  program ini telah menjangkau sekitar 14 ribu penerima manfaat.

Angka ini mencakup peserta didik jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta ibu hamil dan menyusui. Ia mengatakan bahwa saat ini sudah ada 4 dapur SPPG yang beroperasi.

 

“Kalau tidak salah, data terakhir yang kami terima, sudah ada empat SPPG yang beroperasi. Pertama itu Bukit Kenanga, lalu dua di wilayah Jekan Raya, kemudian satu lagi di Penengan Asie,” kata Jayani.

Baca Juga :  BBPOM Periksa Takjil Penyebab Keracunan Massal

 

Setiap satu unit SPPG memiliki kapasitas penyediaan makanan bagi sekitar 3.500 penerima manfaat. Jika dikalikan empat SPPG, berarti sekitar 14 ribu penerima manfaat program MBG sejauh ini.

 

“Kita belum bisa merinci berapa sekolah yang terlibat karena data tersebut masih dalam proses pendataan kami, perlu diketahui juga bahwa belum semua sekolah langsung mendapatkan program ini karena pelaksanaannya bertahap,” ujarnya.

 

Jayani menjelaskan bahwa SPPG baru bisa diakui beroperasi secara resmi setelah mendapatkan izin dari Badan Pangan Nasional serta melalui koordinasi regional, dalam hal ini SPPG Kalimantan Tengah. Proses administrasi dan izin inilah yang membuat pendataan dinamis dan belum sepenuhnya tuntas.

 

“Jadi memang setelah mereka mendapat izin operasional dan mulai beroperasi, baru kami bisa mengetahui secara pasti. Karena itu, kami juga belum sempat memperbarui data secara lengkap,sekolah mana saja yang sudah masuk dalam penerima manfaat ini,” tambahnya.

 

Meskipun program berjalan cukup baik, Jayani mengakui masih ada sejumlah tantangan teknis yang dihadapi di lapangan, terutama terkait menu dan suhu makanan saat diterima oleh sekolah.

 

“Masalah yang masih kami terima dari laporan sekolah itu seputar menu dan suhu makanan itu terjadi pada jenjang paud atau Tk lalu sd bisanya kelas 1 atau 2, tapi selain itu, relatif tidak ada kendala besar. Kami terus berkoordinasi agar program ini makin baik ke depan,” jelasnya.

 

Lebih jauh, Jayani menekankan pentingnya peran guru dalam mendampingi serta memberikan edukasi kepada siswa agar memahami pentingnya asupan makanan sehat, termasuk sayur-mayur yang kadang kurang disukai anak-anak.

 

“Kami juga meminta guru-guru di sekolah untuk terus memberi pemahaman kepada anak-anak mengenai pentingnya mengonsumsi semua jenis makanan yang disediakan oleh SPPG, termasuk sayur. Ini bagian dari pembentukan pola makan sehat sejak dini,” ujar Jayani.

 

Saat ini, Pemerintah Kota Palangka Raya masih terus berupaya menambah jumlah SPPG agar layanan MBG bisa menjangkau lebih banyak sekolah dan kelompok penerima manfaat. (mut/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/