Site icon KaltengPos

TerDayak, Situs Penerjemah Bahasa Dayak Mirip Google Translate

MERAWAT BAHASA DAERAH: Tim TerDayak Yuna Yulianti (kiri), Quratul Ain (dua dari kanan), dan Ervina (kanan) foto bersama Pj Sekda Kota Palangka Raya Achmad Zaini, beberapa waktu lalu.

Melihat Kreativitas Anak Muda Kalteng Melestarikan Bahasa Daerah 

TerDayak merupakan layanan terjemahan bahasa Dayak yang dikembangkan oleh Narai Coder, komunitas nonprofit yang berfokus pada pengembangan minat dan bakat teknologi informasi (TI) di Kalimantan Tengah (Kalteng).  

NOVIA NADYA CLAUDIA, Palangka Raya

DI tengah pesatnya perkembangan teknologi, pelestarian bahasa daerah sering kali diabaikan. Namun, di Provinsi Kalimantan Tengah, muncul inisiatif inspiratif yang menggabungkan teknologi dan tradisi untuk melestarikan bahasa Dayak dan dinamakan TerDayak, yang dapat diakses melalui website terdayak.com.

Narai Coder sendiri dibentuk sebagai wadah bagi para pegiat dan pembelajar TI di Bumi Tambun Bungai, dengan tujuan memperluas wawasan dan kemampuan para anggotanya dalam dunia digital.

Founder Narai Coder, Quratul Ain, mengungkapkan bahwa komunitas ini tidak membatasi latar belakang atau usia. Artinya terbuka bagi semua yang ingin belajar dan berbagi pengetahuan tentang teknologi, meski anggota komunitas saat ini didominasi anak-anak muda yang memiliki ide, gagasan, serta kreativitas tanpa batas.

Ia bercerita, ide awal pembuatan TerDayak muncul pada 2021 lalu, ketika sejumlah anggota komunitas Narai Coder menyadari bahwa sangat sedikit di antara mereka yang memahami bahasa Dayak, meskipun tinggal di tanah Kalimantan Tengah. Dalam perbincangan santai, muncul celetukan untuk membuat alat terjemahan bahasa Dayak, yang kemudian terealisasi dan terus berkembang hingga saat ini.

Tantangan terbesar yang dihadapi tim TerDayak adalah mengumpulkan data bahasa Dayak. Data yang ada sangat terbatas dan tidak mudah diakses. Karena itu, tim harus melakukan input data secara manual dari kamus-kamus bahasa Dayak yang sudah ada. Meski demikian, semangat para anggota komunitas tidak surut. Mereka bekerja keras untuk mengembangkan layanan ini, menjadikannya sebagai sebuah social company, dengan tujuan utama melestarikan bahasa Dayak.

Meskipun TerDayak masih dalam tahap pengembangan atau dalam tahap prototipe, dengan kurang dari seribu kosakata dalam databasenya, aplikasi ini sudah menunjukkan potensi besar. TerDayak bahkan dilengkapi dengan fitur terjemahan suara, mirip Google translate, dan menjadikannya sebagai layanan terjemahan berbasis online pertama di Kalimantan Tengah.

Lebih lanjut Quratul Ain mengatakan, tim TerDayak terdiri dari lima orang, dipimpin Richie Daniel sebagai founder sekaligus pemilik ide pembuatan TerDayak, dan Yuna Yuliati sebagai leader yang bertanggung jawab atas kemitraan dan promosi.

Kendati menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan dana dan data, semangat mereka tidak pernah padam. Dukungan dari Narai Coder, Jagoan Hosting, dan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah sangat membantu mereka untuk terus maju.

Kisah sukses TerDayak tidak hanya berhenti di situ. Mereka berhasil meraih posisi runner-up dalam kompetisi Pitching Startup. Baru-baru ini mereka terpilih mewakili Kalimantan Tengah dalam lomba Pemuda Pelopor tingkat nasional. Penghargaan itu membuktikan bahwa TerDayak bukan sekadar proyek digital biasa, tetapi juga sebuah solusi inovatif untuk melestarikan bahasa dan budaya Dayak.

“Ke depannya, TerDayak diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai alat terjemahan, tetapi juga sebagai platform yang lebih luas untuk mendokumentasikan dan mempromosikan cerita rakyat serta warisan budaya Dayak lainnya. Kami juga berharap TerDayak dapat terus berinovasi dan menjadi solusi nyata untuk pelestarian bahasa Dayak di era digital dewasa ini,” ucap Quratul Ain, Senin (12/8/2024).

Dengan visi yang jelas dan dedikasi yang kuat, TerDayak dan Narai Coder menjadi bukti bahwa teknologi bisa menjadi alat yang efektif untuk melestarikan warisan budaya. Di masa mendatang, diharapkan inisiatif-inisiatif serupa akan terus muncul dari generasi muda yang ada di Kalteng, untuk menjaga agar bahasa dan budaya lokal tetap hidup dan relevan di tengah derasnya arus globalisasi. (*/ce/ala)

Exit mobile version