PALANGKA RAYA-Jumlah penduduk yang mengalami kemiskinan ekstrem di Bumi Tambun Bungai mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan Kemiskinan Ekstrem BPS Tahun 2022, persentase penduduk yang mengalami kemiskinan ekstrem di Kalteng meningkat 0,55 persen. Hal ini disinyalir terjadi dipicu oleh laju inflasi atas berbagai kebutuhan pokok.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Eko Marsono menjelaskan kemiskinan ekstrem merupakan bagian dari kategori ekonomi masyarakat yang berada di dalam garis kemiskinan dengan ciri umum berupa keluarga yang tidak tercukupi dengan baik sandang, pangan, dan, papannya.
“Kalau di Kalteng kategori miskin itu yang pendapatannya Rp500 ribu per bulan per orang, kalau berada di bawah itu dia miskin. Di antara mereka yang miskin itu, ada yang paling miskin, itu namanya miskin ekstrem dengan pendapatan kurang lebih sekitar Rp300 ribu per bulan per orang,” jelas Eko kepada Kalteng Pos, Kamis (16/3).
Eko mengatakan penyebab meningkatnya kemiskinan ekstrem di Kalteng, selain karena kemiskinan struktural yang diturunkan dari keluarga, juga dipicu oleh inflasi yang terjadi. Dikatakannya, secara total warga miskin di Kalteng menurun, namun warga miskin ekstrem justru mengalami peningkatan.
“Hal ini dipicu oleh inflasi yang agak tinggi, sedikit saja harga bahan pokok naik, maka penduduk miskin akan meningkat.
Kalau harga bahan pokok naik sedikit saja, sementara pendapatan masyarakat tadi belum juga naik, maka garis kemiskinan pun akan naik,” jelasnya.
Kondisi kemiskinan ekstrem dan upaya-upaya penanggulangan yang mesti dilakukan oleh pemerintah dibahas dalam roadshow Percepatan Penurunan Stunting dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem di Kabupaten/Kota Se-Kalimantan Tengah bersama Kementrian Koordinator (Kemenko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Republik Indonesia (RI) yang dihadiri langaing olrh Menko PMK RI Muhadjir Effendi dan diikuti oleh Sekda Kalteng H Nuryakin beserta jajaran perangkat daerah lingkup provinsi Kalteng dan para kepala daerah se-Kalteng.
Dalam arahannya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Republik Indonesia (RI) Muhadjir Effendy membeberkan tabulasi kemiskinan ekstrem dan penurunan stunting tahun 2021 dan 2022 di Kalteng.
Pada tabulasi data yang dipaparkan oleh Menko PMK tersebut, terdapat data kemiskinan ekstrem per kabupaten atau kota plus perbandingannya antara tahun 2021 dan tahun 2022. Pada data tersebut terlihat bahwa kemiskinan ekstrim di Kalteng mengalami peningkatan sebesar 0,55 persen, dengan rincian pada tahun 2021 sebesar 0,60 persen dan tahun 2022 sebesar 1,15 persen.
“Kabupaten Seruyan merupakan daerah dengan timgkat kemiskinan ekstrem tertinggi di Kalteng, yakni sebesar 1,98 persen,” beber Muhadjir.
Menutup arahan, Menko PMK mendukung dan mendorong pemerintah daerah agar dapat berupaya menurunkan kemiskinan ekstrim di Kalteng ini sehingga pemerataan kesejahteraan dapat tercapai.
“Pada intinya kita harus mengusahakan agar tercapai kesejahteraan yang merata di masyarakat, salah satunya dengan berupaya maksimal melakukan pengentasan kemiskinan ekstrem ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kalteng H Nuryakin mengakui kemiskinan ekstrim di Kalteng mengalami peningkatan. Yang mana pada tahun 2021 penduduk yang berada di bawah kemiskinan ekstrim terdapat 0,60 persen yang kemudian pada tahun 2022 menjadi 1,15 persen.
Untuk menanggulangi kemiskinan ekstrim ini, Sekda menyebut pihaknya telah membuat target sasaran penanganan atas penduduk yang mengalami kemiskinan ekstrim tersebut. Disebutkannya, terdapat 565.000 jiwa dan 135.398 keluarga di Kalteng yang akan menjadi target sasaran pengentasan kemiskinan ekstrim.
“Sesuai dengan arahan dari Pak Menko, kami akan bersinergi bersama dengan stakeholder terkait untuk menurunkan kemiskinan ekstrem di Kalteng,” pungkas Sekda di sela-sela berjalannya rapat. (dan/ram)