PALANGKA RAYA-Kalteng masuk kategori provinsi di Indonesia dengan tingkat inflasi tertinggi. Inflasi yang berdampak pada kenaikan kebutuhan pokok dapat menurunkan daya beli masyarakat, karena harga-harga barang melambung tinggi. Karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng bersama stakeholders terkait terus bersinergi untuk mengendalikan laju inflasi.
Salah satu langkah strategis mengendalikan inflasiyakni dengan mengadakan pasar murah dan pasar penyeimbang. Tujuannya agar daya beli masyarakat meningkat kembali. Pemprov menyediakan pasar murah, dengan menyiapkan paketan sembako murah dan pasar penyeimbang yang menyediakan kebutuhan pokok dengan harga relatif lebih murah dari harga pasaran. Pasar murah dan pasar penyeimbang ini dilaksanakan di kompleks pasar penyeimbang, Jalan AIS Nasution, Minggu (18/9).
Pasar murah dan pasar penyeimbang juga dilaksanakan di daerah-daerah. Acara pembukaan pasar murah dan pasar penyeimbang ini juga dihadiri kepala daerah tiap kabupaten/kota se-Kalteng secara virtual, sekaligus mendengarkan arahan gubernur terkait pengendalian inflasi.
Gubernur mengatakan, tidak ada satu kota pun di Kalteng yang tidak mengalami inflasi. Dapat terlihat dari dua daerah yang menjadi sampel untuk mengecek tingkat inflasi Kalteng, yakni Kota Palangka Raya dan Kabupaten Kotawaringin Timur.
“Sampel diambil di Kota Palangka Raya dan Sampit, karena ada satu kepala dinas salah satu kota katanya tidak ada inflasi, berarti kan arahan bupatinya, tidak kena inflasi, ini kan bohong,” ucapnya.
“Saya kan selalu membaca kekuatan ekonomi Kalteng, khususnya ketahanan pangan, perekonomiannya seperti apa, komoditas mereka apa, terus berapa yang dianggarkan dari dinas pertaniannya,” tambahnya.
Sugianto menyebut perlu ada alokasi dana minimal 10 persen untuk ketahanan pangan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
“Jadi ada alokasi untuk anggaran ketahanan pangan, di dana APBN sudah ada, kalau bisa di APBD adakan juga untuk ketahanan pangan, paling tidak 10 persen, supaya bupati/wali kota bisa sejalan,” katanya.
Gubernur juga mengimbau bupati/wali kota se-Kalteng untuk bersinergi demi mengendalikan inflasi, sehingga harga barang-barang kebutuhan pokok segera bisa dikendalikan.“Mari kita bersinergi untuk menangani inflasi, apa yang diperintahkan Bapak Presiden mari kita laksanakan, karena perintah itu untuk kemaslahatan kita bersama,” tuturnya.
Gubernur memang menginginkan agar pasar murah dan pasar penyeimbang dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota, karena Kalteng termasuk salah satu provinsi dengan inflasi tertinggi. “Dari total 37 provinsi, kita berada di nomor ketiga, memang perekonomian kita di peringkat satu, tapi inflasi juga tinggi loh,” ucapnya.
Menyadari bahwa inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menurun, Sugianto mengimbau agar pemerintah daerah kabupaten/kota mencari solusi untuk mengembalikan daya beli masyarakat. “Semestinya tidak disuruh pun pasar murah dan pasar penyeimbang ini tetap diadakan oleh pemda kabupaten/kota, karena inflasi ini pasti terjadi tiap tahun,” tuturnya.
Menutup sambutannya, gubernur mengimbau agar kepala daerah memperkuat sinergi dan koordinasi antarinstansi agar inflasi di Kalteng dapat ditekan.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalteng sekaligus Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) H Nuryakin menyampaikan, pasar murah dan pasar penyeimbang merupakan upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok di pasaran serta mengendalikan inflasi di daerah.
“Sekaligus membantu masyarakat yang berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tuturnya.
Sebagaimana namanya yakni pasar murah dan pasar penyeimbang, stan dibagi menjadi dua. Pasar murah menyediakan kebutuhan pokok yang terpaket dalam satu wadah, terdiri dari beras 5 kilogram, gula pasir 1 kilogram, dan minyak goreng 1 liter. Sementara, di pasar penyeimbang tersedia kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat yang dijual dengan harga yang lebih murah dari harga pasaran, karena pasar penyeimbang ini ditangani badan usaha milik daerah (BUMD).
Sekda mengatakan bahwa pemprov sudah menyiapkan 30.000 paket sembako yang akan disalurkan ke seluruh kabupaten/kota. ”Dengan harga jual 50 ribu per paket,” sebutnya.
Nuryakin mengaku pihaknya telah mensubsidi sehingga harga paket lebih murah. “Subsidi sekitar 58 ribu rupiah atau 53,7 persen,” bebernya.
Dikatakannya pula, terhadap dua daerah yang menjadi sorotan pemprov, yakni Kota Palangka Raya dan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), pihaknya melalui pasar murah dan pasar penyeimbang telah menyalurkan 3.000 paket sembako murah untuk masyarakat Kota Palangka Raya dan 5.000 paket untuk masyarakat Kabupaten Kotim.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Aster Bonawaty selaku penanggung jawab pasar murah dan pasar penyeimbang mengatakan, pasar ini dilaksanakan serentak untuk mengendalikan inflasi daerah se-Kalteng. Setiap daerah melaksanakan kegiatan serupa. “Kecuali Barito Utara, absen,” tuturnya.
Pasar murah dan pasar penyeimbang dilakukan untuk mengendalikan dan menstabilkan harga di pasaran.
“Kalau harga sudah terkendali dan stabil, berhenti dulu. Namun kalau harga naik lagi, kami adakan lagi pasar penyeimbang khusus untuk barang yang menunjukkan kenaikan harga, misalnya elpiji,” jelasnya. Hari itu, pasar murah dan pasar penyeimbang begitu ramai. Masyarakat berbondong-bondong memadati lokasi kegiatan, karena di sanalah mereka bisa membeli barang kebutuhan pokok dengan harga yang lebih murah.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Provinsi Kalteng Misnawati mengatakan, masyarakat sangat antusias membeli paket sembako yang dijual di pasar murah. Animo masyarakat yang begitu tinggi menyebabkan paket sembako murah habis sebelum pukul 12.00 WIB. Dikatakannya, keberadaan pasar murah ini merupakan upaya dinas provinsi terkait, khususnya Disdagperin untuk mengantisipasi agar masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah tetap bisa membeli kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.
“Karena harga di pasaran lebih mahal, makanya masyarakat khususnya yang berpenghasilan ke bawah berbondong-bondong ke pasar murah ini untuk membeli sembako menggunakan kupon yang mereka beli seharga 50 ribu rupiah,” jelas Misnawati selaku penanggung jawab pasar murah.
Salah satu pengunjung pasar murah, Norhidayah menyebut bahwa keberadaan pasar murah sangat membantu. Pasalnya, harga bahan kebutuhan pokok yang naik beberapa bulan terakhir, membuat para ibu rumah tangga kesulitan.
“Karena harga pada naik,” tuturnya.
“Adanya pasar murah ini sangat memudahkan saya, karena harganya jauh lebih murah daripada beli di pasar,” tambahnya.
Berpindah ke pasar penyeimbang, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kalteng Irpan Rianto sekaligus penanggung jawab pasar penyeimbang mengatakan, melalui pasar penyeimbang ini diharapkan masyarakat dimudahkan dalam memenuhi kebutuhan pokok karena selisih harga dengan harga pasaran. Pasar penyeimbang ini terdiri atas 10 stan pedagang. Semuanya berasal dari instansi pemerintah. Di antaranya Dinas Ketahanan Pangan, Perum Bulog Kanwil Kalteng, dan DTPHP.
“Di sini kita menjual barang kebutuhan pokok sesuai harga petani, jadi biaya distribusi terpangkas,” ungkapnya.
Ia mengatakan, pasar penyeimbang akan dilaksanakan selama satu minggu, terhitung mulai hari ini hingga seminggu ke depan, di lokasi yang sama. “Seperti ini tiap hari, akan dikelola langsung oleh Disperindag untuk penjualan barang-barang,” ucapnya sambil menunjuk barang-barang yang dipajang.
Maya Saraswati, anggota Perum Bulog Kanwil Kalteng yang menjadi salah satu pedagang di pasar penyeimbang mengatakan, pihaknya menjual barang dengan harga lebih murah dari harga pasaran dan hanya mengambil sedikit keuntungan. “Sudah kami kalkulasikan harganya, walaupun sedikit, tapi karena untuk perusahaan, kami jual di bawah harga pasar,” ucapnya.
Salah satu pembeli, Idah mengaku membeli banyak barang kebutuhan pokok di pasar penyeimbang. “Beras habis 75 ribu, ikan habis 15 ribu, gula 13 ribu, minyak goreng beberapa liter,” ucapnya.
Menurutnya keberadaan pasar penyeimbang ini sangat membantu masyarakat, karena harga jual lebih rendah dari harga pasaran, khususnya beras. “Perbandingannya enggak terlalu jauh, paling seribu dua ribu, tapi kalau untuk beras memang jauh bedanya,” tuturnya. (*dan/ce/ala)