Upacara Ngaben Massal di Desa Batu Nindan
KUALA KAPUAS-Semenjak pagi, ratusan umat Hindu Bali di Desa Batu Nindan, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas berkumpul di Balai Banjar Merte Sari. Kemudian mereka berjalan menuju kuburan lokasi pembakaran yang berjarak sekitar 300 meter.
Pada upacara ngaben tahun ini, umat Hindu mengadakan ritual untuk 22 sawe atau tulang dan 43 ngelungah atau tulang anak yang meninggal sebelum tanggal gigi. Dalam kepercayaan Hindu, ngaben merupakan ritual wajib untuk kesempurnaan.
22 tulang yang sudah melalui proses penyucian itu dibungkus menggunakan kain putih, lalu dinaikkan ke wadah yang berornamen seperti pura. Wadah tersebut dipikul puluhan orang selama perarakan menuju lokasi pelaksanaan ngaben.
Dalam perjalan menuju kuburan, ada tiga kali titik lokasi yang dilakukan ritual berputar berlawanan arah jarum jam sebanyak tiga kali. Ritual ini sebagai simbol mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta ke tempatnya masing-masing. Titik pertama adalah di lokasi awal berkumpul. Selanjutnya di pertigaan menuju kuburan. Terakhir di area kuburan sebagai simbol perpisahan.
Sesampai di lokasi pelaksanaan ngaben, tulang-tulang diturunkan dan dimasukkan ke dalam tempat atau wadah berbentuk binatang. Kemudian diperciki air yang sudah diberi mantra, lalu dibakar dengan diiringi gamelan Bali.
Setelah semuanya sudah terbakar, pihak keluarga memilah dan mengambil tulang-tulang, lalu dihaluskan. Kemudian dimasukkan ke kelapa gading dan dibungkus menggunakan kain putih, lalu dilarutkan atau dititipkan ke air mengalir.
Wakil ketua panitia upacara ngaben, Wayan Arke menyampaikan, ngaben adalah momen bahagia. Bagi pihak keluarga, upacara ini merupakan kewajiban. Karena itu, upacara ini selalu disambut dengan sukacita. Mereka percaya bahwa isak tangis justru hanya menghambat perjalanan pengembalian roh kepada Sang Pencipta.
Prosesi ngaben dipimpin Ida Pedanda Gede Putra Bhawa Arsana bersama Ida Pedanda Manik Arsani. Peserta tak hanya dari wilayah Basarang, tapi juga dari Banjarmasin, Batulicin, dan beberapa kota lain. Ngaben di Desa Batu Nindan dilaksanakan lima tahun sekali. Undangan upacara ngaben ini sudah disebar enam bulan sebelumnya. Setiap sawe besar yang didaftarkan oleh keturunannya atau keluarganya dengan biaya murah. “Demi kesejahteraan umat kami, dilaksanakan upacara ngaben massal, karena biayanya lebih murah dan lebih efisien,” ujarnya, Senin (18/7).
Wayan juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah serta aparat kepolisian yang turut berkontribusi melancarkan pelaksanaan upacara ngaben kali ini. Umat Hindu di Kalteng umumnya dan Kapuas khususnya, sangat menjunjung tinggi toleransi. Selama ini umat Hindu pun merasakan indahnya kerukunanan hidup di tengah keberagaman agama di Bumi Tambun Bungai.
“Kami (umat Hindu, red) begitu merasakan keindahan kerukunan hidup antarumat beragama di Kalteng ini,” tambahnya.
Di tempat yang sama, Anggota DPRD Kapuas Yeti Indriana yang turut menyaksikan upacara ngaben mengaku bangga dengan tradisi umat Hindu Bali di tanah perantauan. Inilah wujud keindahan di tengah keberagaman agama.
Yeti mengaku pertama kali menyaksikan upacara ngaben massal yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali. Dalam setiap prosesnya, begitu kental nilai gotong royong dan kebersamaan. “Semoga upacara ngaben massal ini menjadi momentum untuk membangun semangat kerukunan, persatuan, dan kebersamaan di tengah kehidupan bermasyarakat,” ucapnya. (irj/ce/ram/ko)