DENGAN maraknya kasus penyakit gagal ginjal akut misterius yang menyerang sejumlah anak di Indonesia, para tua diminta untuk tidak panic. Namun harus tetap waspada menghadapi penyakit yang satu ini. Para orang tua diimbau untuk mengenali gejala-gejalanya. Salah satunya, kencing anak berkurang atau sama sekali tidak kencing.
Menurut dokter spesialis anak RSUD dr Doris Sylvanus dr Made Yuliarni SpA, ada sejumlah gejala yang harus dikenali orang tua terkait gagal ginjal misterius ini. Gejala umumnya, anak mengalami demam, batuk pilek, mual, muntah, diare, sakit perut, dan kencing berkurang atau sama sekali tidak kencing.
“Salah satu gejala yang harus diperhatikan adalah kencing, bagaimana kencing anak, apakah kencingnya berkurang, atau sama sekali tidak kencing, harus benar-benar diperhatikan,” ujar dr Made Yuliarni.
Jika anak mengalami deman, batuk pilek, muntah, dan diare, tentu akan mengalami kekurangan cairan. Menurut dr Made, sebelum dibawa ke dokter, sang anak harus diberi cairan. Selanjutnya awasi kencing. Apabila berkurang atau sama sekali tidak kencing dalam sehari, segeralah membawa sang anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaanoleh tenaga medis.
“Kami sudah menyatukan pendapat, bahwa seperti itu gejala yang dialami oleh teman-teman yang ada kasus gagal ginjal misterius ini, sehingga kami harus waspada, kami akan tanya dahulu, bagaimana kencingnya, apakah masih banyak, kalau kurang akan segera dilakukan pemeriksaan,” tutur dr Made saat ditemui di RSUD dr Doris Sylvanus.
Made yang juga merupakan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalteng memberikan patokan untuk orang tua soal kencing anak. Menurutnya, dalam kondisi normal, dalam sehari anak-anak biasanya 4-6 kali kencing dalam jumlah banyak. Jika sudah berkurang dari jumlah itu atau sama sekali tidak kencing dalam sehari, maka patut diwaspadai.
“Jika kencing berkurang atau tidak kencing sama sekali dari pagi sampai siang misalnya, harus waspada, sebaiknya segera bawa ke petugas kesehatan walaupun tidak ada keluhan yang lain,” ujar Made.
Perihal larangan sementara dari Kemenkes soal pemberian obat sirup pada anak yang sakit, menurut Made itu merupakan langkah antisipasi pemerintah. Diambil kebijakan untuk sementara waktu tidak menggunakan obat-obat jenis sirup sampai keluarnya hasil penelitian. Sebab, di luar negeri ditemukan sejumlah obat sirup yang diduga mengandung zat yang bisa menyebabkan gangguan ginjal pada anak-anak.
Karena itu dr Made mengimbau para orang tua untuk tidak panik, tapi meningkatkan kewaspadaan. Jika anak mengalami panas, maka bisa jadi bukan sakit, melainkan karena kekurangan cairan. “Beri minum dahulu, beri kompres, jika masih tetap panas, baru dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diperiksa petugas medis, jangan sembarangan memberi obat untuk anak-anak,” tegasnya. (sma/ce/ala)