JAKARTA-Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri betul-betul menunjukkan pengaruh dan kuasanya dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDIP yang digelar di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, kemarin (21/6).
Dia meminta para kader tidak melakukan manuver politik. Tapi, di sisi lain, Mega (sapaan Megawati) memberikan sinyal mengusung calon presiden (capres) perempuan pada Pemilu 2024 mendatang.
Dalam pembukaan rakernas yang dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin (21/6), Mega melontarkan pertanyaan kepada para kader: kenapa mereka masuk PDIP? Menurut dia, apakah karena melihat partainya sekarang dalam posisi mapan karena memiliki elektabilitas tinggi?
Mereka berpikir, lanjut Megawati, dengan masuk PDIP, mereka bisa berada di zona nyaman. ”Maka, saya akan selalu mengatakan, orang itu mundur dari PDI Perjuangan, tidak ada gunanya,” ucap Mega. Dia menegaskan bahwa partainya didirikan untuk mengorganisasi kekuatan rakyat dan maju bersama untuk Indonesia Raya. Jika ada yang tidak setuju, dia mempersilakan mereka mundur.
Presiden kelima RI itu meminta para kader tidak terlena dengan hasil survei elektabilitas. Menurut Mega, kader tidak boleh terlalu berpegang pada hasil survei. Sebab, yang utama adalah gerak di tengah-tengah rakyat. Itulah yang menjadi inti utama partai politik.
Megawati juga meminta semua kader taat dalam menjalankan instruksi partai. Jika dia memberikan perintah, harus dijalankan, kemudian dilaporkan. Itu berlaku bagi semua kader. ”Kalau saya bilang instruksi jalankan, jalankan. Laporan, laporan. Itu sudah mulai dilupakan,” tegasnya.
Mega juga menyoroti manuver-manuver politik yang dilakukan menjelang Pemilu 2024. Dengan lantang dia meminta kader partainya tidak melakukan manuver politik untuk menjadi capres. Bagi kader yang melakukan manuver politik, Mega mempersilakan keluar dari PDIP. Dia menegaskan, di dalam PDIP tidak ada yang bermain dua kaki atau tiga kaki. ”Kalian siapa yang berbuat manuver, manuver, keluar!” tegas Megawati dengan suara lantang, disambut tepuk tangan peserta rakernas.
Sebagai ketua umum, Mega mengaku memiliki hak prerogatif untuk menentukan siapa yang akan menjadi capres dari PDIP. Jadi, mereka yang masih melakukan manuver politik lebih baik segera keluar dari PDIP. ”Ingat lho, lebih baik keluar deh, lebih baik keluar deh, daripada saya pecati lho kamu,” ucapnya disambut gemuruh tepuk tangan.
Selain melarang kader bermanuver politik, Megawati meminta kadernya tidak mengumbar pernyataan terkait koalisi. Dia terus mengikuti perkembangan koalisi-koalisi yang dilakukan sejumlah partai. Menurut Mega, Indonesia menganut sistem presidensial, bukan parlementer. Dalam sistem presidensial, lanjut dia, tidak dikenal istilah koalisi. Yang ada hanya kerja sama. Dia mengajak semua pihak kembali ke sistem ketatanegaraan yang benar. ”Kalau di PDI Perjuangan masih ada yang ngomong urusan koalisi-koalisi, out! Berarti nggak ngerti sistem ketatanegaraan kita,” cetusnya.
Megawati juga menyinggung kesetaraan perempuan dan laki-laki. Menurut dia, masih banyak kaum perempuan yang tidak diberi kesempatan dalam berbagai bidang. Padahal, Indonesia sudah merdeka, berdaulat, bebas, dan aktif.
Menurut Mega, walaupun dirinya perempuan, dirinya pernah menjadi anggota DPR, wakil presiden, bahkan sampai menjadi presiden. Artinya, kaum perempuan bisa menjadi seperti dirinya. Karena itu, dia meminta agar jangan membeda-bedakan perempuan dan laki-laki. Bahkan, ajaran Islam tidak membedakan-bedakan antara perempuan dan laki-laki dalam berperan di berbagai bidang.
Jika ada kader PDIP yang tidak sepakat dengan pemikiran itu dan masih membeda-bedakan antara perempuan dan laki-laki, Megawati mempersilakan mereka keluar dari partai. ”Kalau tidak sejajar dengan kaum perempuan, out! Nah gitu wae,” katanya.
Pernyataan Megawati terkait kesetaraan perempuan dan laki-laki itu seolah menjadi sinyal bahwa PDIP ingin mengusung capres perempuan. Puan Maharani, anak Megawati, merupakan calon yang digadang-gadang untuk diusung menjadi capres. Namun, yang menjadi persoalan, elektabilitasnya masih rendah.
Puan sendiri mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada pembicaraan siapa yang akan diusung sebagai capres. Sesuai amanat kongres, ketua umum yang mempunyai hak prerogatif untuk menentukan capres dari PDIP. Terkait peluang kerja sama dengan partai lain, Puan menyatakan bahwa pihaknya sudah melakukan komunikasi politik dengan partai lain. Apalagi di DPR, partainya selalu melakukan komunikasi dengan partai lain.
Soal peluang PDIP berkoalisi dengan Gerindra dan PKB, Puan menegaskan, peluang kerja sama itu mungkin saja terjadi. ”Ketua umum sudah mengatakan bahwa membangun Indonesia tidak bisa sendirian, harus gotong royong,” tuturnya saat ditemui seusai pembukaan rakernas kemarin.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, terkait capres dan cawapres, Ketua Umum Megawati masih melakukan pertimbangan dan pengkajian. Megawati juga akan melakukan kontemplasi dalam menentukan nama capres-cawapres. Dalam momen yang tepat, Megawati akan menyampaikan calon yang akan diusung.
Penentuan capres-cawapres itu, lanjut Hasto, bisa disampaikan dalam tiga bulan atau lima bulan mendatang atau bahkan dalam beberapa hari ke depan. ”Yang pasti, itu semua ada dalam kajian Ibu Ketua Umum dan beliaulah yang akan menyampaikan hal itu,” urainya.
Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Bidang Politik Puan Maharani menyampaikan, sampai saat ini partainya belum membicarakan tokoh yang akan diusung sebagai Calon Presiden (Capres) maupun Calon Wakil Presiden (Cawapres) untuk Pemilu 2024. Menurut Puan, saat ini lebih mementingkan jaga kekompakan di internal.
“Tapi Ibu Ketua Umum mengatakan sesuai dengan amanat Kongres, Ketua Umum PDI-Perjuangan mempunyai hak prerogatif untuk menentukan siapa Capres dari PDI-Perjuangan,” kata Puan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6) malam.(jawapos)