Makam sepanjang empat meter menjadi pertanda. Ukurannya yang tak biasa, jelas menggambarkan bahwa keberadaan makam ini bukanlah milik sembarang orang. Apalagi masih dilengkapi dengan sepasang nisan dari batu ukir yang menjadi petunjuk pasti bahwa itu merupakan makam orang yang dihormati.
RUSLAN, Pangkalan Bun
PADA masa kerajaan, ada beberapa metode dalam menetapkan status seseorang ketika sudah wafat. Salah satunya yakni melalui batu nisan. Makam seorang tokoh atau saudagar kaya biasanya memiliki ciri berbeda dengan makam warga biasa.
Jika makam pada umumnya hanya diberi nisan dari kayu ulin, maka pada makam seseorang yang dianggap tokoh terkenal atau penting biasanya akan dibuatkan nisan khusus dari batu yang diukir. Pada zaman dahulu, nisan yang terbuat dari batu sangat sulit didapatkan. Hanya bisa dipesan khusus oleh kalangan bangsawan maupun orang kerajaan yang memilih akses dengan wilayah luar.
Hal tersebut dikarenakan masih minimnya alat dan teknologi untuk membentuk/mengukir batu menjadi sebuah nisan. Inilah yang kemudian menjadikan nisan dari batu terlihat istimewa dan memiliki nilai seni tinggi. Karena itulah hanya dipasangkan pada makam orang dari kalangan tertentu saja, seperti petinggi kerajaan, tokoh, ataupun saudagar kaya.
Penjaga makam Kiai Gede, Jambri mengatakan, berdasarkan sejarah yang ia ketahui, batu nisan yang dipasang di makam Kiai Gede ini menjadi bukti nyata bahwa sosok Kiai Gede merupakan orang terpandang atau tokoh yang dihormati pada masa itu. Karena zaman dahulu hanya makam orang-orang tertentu saja yang dipasang nisan terbuat dari batu.
Apalagi besarnya makam tersebut yang mencapai panjang empat meter. Keyakinan masyarakat zaman dahulu, makam sorang tokoh sengaja dibuat dengan ukuran besar agar bisa menampung banyak benda berharga.
Benda berharga biasanya akan dikuburkan bersama jenazah tokoh atau orang penting yang meninggal. Karena itu mengharuskan makam dibuat dengan ukuran lebih besar agar bisa menampung banyak benda berharga. Tradisi ini diyakini sebagai bentuk penghormatan dan tanda terima kasih atas jasa dan pengorbanan seseorang semasa hidupnya.
Jambri menambahkan, keaslian makam Kiai Gede sejauh ini masih terjaga. Artinya hampir 90 persen benda yang terdapat di makam Kiai Gede merupakan peninggalan sejarah. Termasuk tanah makam Kiai Gede yang sengaja tidak diganti sampai saat ini.
“Hampir semua yang ada di makam Kiai Gede itu asli, sejak awal tidak diganti, mulai dari batu nisan hingga tanah makam, semuanya asli peninggalan sejarah, yang diganti hanya kotak makam saja (kijing makam),” pungkasnya. (bersambung/ce/ala)