PALANGKA RAYA-Beberapa peternak ikan keramba apung di pinggir Sungai Kahayan mengeluh kesulitan dalam menjual atau memasarkan hasil budi daya mereka. Harga jual ikan di tingkat pengepul seringkali tak menentu. Ditambah lagi makin turunnya permintaan konsumen. Peternak ikan keramba pun dibuat pusing tujuh keliling.
Sebagaimana yang dikatakan Sulaiman, peternak ikan keramba yang tinggal di Jalan Kalimantan. Ia mengaku sudah satu tahun mengalami kesulitan menjual ikan hasil budi daya keramba.
“Sudah setahun lebih ini menurun benar penjualannya,” kata pria yang mengaku memiliki 15 keramba yang diisi dengan ikan jenis nila dan baung.
Sulaiman yang juga merupakan ketua Kelompok Nelayan Keramba Beringin Jaya ini mengatakan, untuk kebutuhan budi daya 10.000 bibit ikan nila dalam satu keramba sampai panen, peternak ikan keramba memerlukan biaya mencapai Rp25 juta.
“Sedangkan harga ikan nila, kalau kami jual di bawah ini (dijual di tempat, red) cuman Rp28 ribu per kilogram, kalau satu keramba bisa panen satu ton, maka kami cuman dapat Rp28 juta,” kata pria yang sudah 10 tahun menjadi peternak ikan keramba itu.
Selain kesulitan pemasaran, Sulaiman juga mengatakan, di tengah turunnya harga jual ikan saat ini, para peternak ikan keramba juga harus dihadapi dengan naiknya harga pakan ikan.
“Dulu waktu harga jual ikan Rp30 ribu, harga pakan murah, sekarang harga ikan turun, malah naik harga pakan ikan,” beber Sulaiman seraya menyebut bahwa untuk membeli satu karung pakan ikan merek Apung, ia harus mengeluarkan biaya sebesar Rp330 ribu sedangkan kebutuhan pakan untuk satu keramba sampai panen, memerlukan 50 karung pakan.
Sulaiman mengaku, sampai saat ini kelompok peternak ikan keramba yang dipimpinnya belum pernah mendapat bantuan dari pihak pemerintah.
“Memang kami pernah dengar soal bantuan pakan ikan dari pemerintah, tapi yang dapat mereka yang di seberang sana saja, kami di sini belum pernah dapat sama sekali,” ungkapnya.
Keluhan serupa diutarakan peternak ikan keramba lainnya, Rullah. Menurutnya, pemasaran menjadi kendala yang dihadapi peternak ikan keramba saat ini.
“Harga ikan di pasar memang tidak karuan sejak pendemi melanda, kadang naik, kadang turun, itulah yang kami hadapi sekarang ini,” katanya.
Rullah mengatakan, harga ikan yang tak menentu menyebabkan banyak rekannya sesama peternak ikan keramba mengurangi aktivitas untuk menjalankan usaha sebagai peternak ikan keramba.
“Ada yang berhenti sementara sambil menunggu harga jual ikan normal lagi, tapi ada juga yang memang kekurangan modal karena harga jual ikan tidak sebanding dengan biaya pemeliharaannya,” sebutnya.
Rullah mengaku awalnya ia mempunyai 10 keramba yang diisinya dengan ikan jenis bawal, baung, dan nila. Namun, sekarang hanya satu keramba yang diisinya dengan ikan baung.
Terkait keluhan para peternak ikan keramba mengenai naik turunnya harga jual ikan di pasaran serta harga beli pakan ikan yang cukup mahal selama pandemi Covid-19, Kepala Dinas Perikanan Kota Palangka Raya Indriarti Rita Dewi menyebut hal itu terjadi karena daya beli masyarakat menurun seiring terjadinya pandemi Covid-19.
Pada sisi lain, ketersediaan ikan di Kota Cantik begitu melimpah dan merata untuk tiap jenis ikannya. Hal itulah yang menyebabkan harga ikan di pasaran tidak stabil. Ia mencontohkan, beberapa waktu laku stok ikan lele sempat menipis, sehingga harga ikan lele di pasaran mengalami kenaikan.
“Sudah menjadi hukum dagang, apabila permintaan banyak tapi barang sedikit, maka akan terjadi kenaikan harga, sebaliknya apabila permintaan sedikit tapi ketersediaan barang banyak, maka harga akan turun,” ucapnya.
Terkait mahalnya harga pakan yang dikeluhkan para peternak ikan keramba, menurutnya hal itu disebabkan tidak adanya industri pakan ternak ikan di Kota Cantik ini. Sejauh ini masih sangat bergantung pasokan dari luar. “Karena pakan ikan yang digunakan di sini, pasokannya dari luar daerah, makanya harga pakan pun dianggap mahal oleh para peternak ikan keramba,” tuturnya. (sja/ahm/ce/ram/ami)