Site icon KaltengPos

Ciptakan Pembasmi Kecoa dari Limbah Daun Pandan dan Daun Jeruk

SMAN 2 UNTUK KALTENG POS BERPRESTASI: Joyce Hana Theresia, Audrey Michaelia Tiffany dan Rifa Azizah menyabet medali emas dan mengibarkan merah putih di ajang WICO yang dilaksanakan di Kota Seoul, Korea Selatan akhir Juli lalu.

Kreativitas anak-anak di Bumi Tambun Bungai tanpa batas. Buktinya bahan olahan alami untuk mengusir kecoa berhasil menyedot perhatian dunia. Pembasmi kecoa karya anak-anak SMAN 2 Palangka Raya berhasil menyabet medali emas pada ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) yang telah digelar di Kota Seoul, Korea Selatan (Korel) akhirnya Juli 2023. 

ILHAM ROMADHONA, Palangka Raya

JOYCE Hana Theresia, Audrey Michaelia Tiffany dan Rifa Azizah membawa medali emas ke Tanah Air pada ajang WICO di Korea Selatan. Tim yang berisi dari tiga siswa SMAN 2 Kota Palangka Raya ini membawa penelitian dengan tema H-Fierray Aromatic as Anti Cockroach.

Joyce Hana Theresia selaku ketua tim menjelaskan, mulai dari penentuan kelompok, pembentukan  hingga pendaftaran itu ditentukan oleh pembimbing. Pihaknya tinggal menunggu untuk satu tim dengan siapa saja.

“Jadi kami bertiga itu, tinggal menunggu keputusan dari pembimbing saja ka, untuk mengetahui siapa saja anggota kelompoknya,” bebernya pada Kalteng Pos belum lama ini

Gadis dengan sapaan akrab Joy ini mengatakan, karena sudah tergabung dalam satu komunitas Karya Ilmiah Remaja (KIR), menjadi lebih mudah menyatukan chemistry. Selanjutnya, dalam penentuan produk ilmiah yang ingin dibuat itu telah ditentukan juga dari pembimbing. Dengan diberikannya pilihan-pilihan yang ingin diteliti, lalu pihaknya diminta untuk memilih dan membuat produk penelitian.

“Akhirnya, kami memilih produk pembasmi kecoa. Mulai dari mencari bahannya hingga mencari kecoanya. Lalu, kami teliti,” katanya

Untuk pencarian bahan, itu sekitar satu hingga dua bulan, lanjut Joy. Waktu penelitian pun ditentukan oleh pelatihnya. Dan juga, harus dapat menyesuaikan waktu sehingga semua anggota kelompok dapat berhadir.

“Salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati adalah tanaman dengan aroma yang bersifat mengusir dan membunuh adalah limbah daun pandan dan daun jeruk purut. Kedua bahan alami ini dikolaborasikan dan difermentasi dengan menggunakan mikroba. Mikroba yang kami gunakan untuk fermentasi produk yaitu Lactobacillus sp., Rhodopseudomonas sp., Actinomycetes sp., Streptomyces sp., dan Saccharomyces sp,” ungkapnya

Terdapat pengalaman menarik dalam penelitian. Mereka menyatakan bahwa tidak ada kendala yang berarti dalam proses penelitian. Namun, hanya pada saat mencari objek penelitian untuk menguji keberhasilan produk yang mendapatkan sedikit persoalan.

“Soalnya nangkap hidup-hidup itu susah. Kecoanya itu harus kecoa rumahan yang besar-besar. Jadi kecoanya itu tidak beli. Karena apabila membeli, itu beda jenis dengan kecoa rumahan. Intinya geli ketika nangkapnya. Dan itu mencarinya di rumah saya sendiri,” jelas Joy sambil tertawa

Di waktu yang sama, Rifa Azizah yang merupakan salah satu anggota kelompok tersebut menuturkan, cara membuktikan produk tersebut dapat membasmi kecoa ialah menyemprotkan langsung ke kecoanya.

“Soalnya, kita harus menyiapkan kecoanya ka. Jadi, kami harus membawa kecoanya itu hidup-hidup ke rumah guru/pembimbing kami. Jadi di rumah tersebut itu memang ada lab. Di situ lah, kami mencoba menyemprotkan produknya ke kecoa. Terus dia mati hanya dalam hitungan menit setelah kami semprot. Jadi kami tahu kalau produk yang kami buat itu 100% berhasil. Soalnya dia langsung mati gitu” jelasnya

Rifa bercerita, bahwa dirinya mengetahui adanya perlombaan itu diberitahukan oleh gurunya. Terus ditanya mau ikut apa tidak. Kemudian, jika berkeinginan ikut dapat langsung mendaftar. Peserta lombanya, dari sekolah berbagai macam daerah di Indonesia. Bahkan bersaing dengan sekolah-sekolah luar negeri.

“Soalnya setau kami, sebelum kami berangkat kesana. Itu penelitiannya dilombakan terlebih dahulu. Jadi penelitiannya itu sudah dilombakan secara online terlebih dahulu. Kemudian, kami diminta untuk ke Korea Selatan dan mempresentasikan hasil penelitian kami,” ujarnya.

Di momen yang sama pula, Audrey Michaelia Tiffany mengatakan, di Korea Selatan selama lima hari. Mulai dari 26 Juli 2023 hingga 31 Juli 2023.

“Di sana, kami mendapatkan medali gold. Gold kan penghargaan tertinggi. Penilaiannya itu berdasarkan dari cara kami mempresentasikannya, hasilnya, produknya, dan standnya,” sebutnya.

Gadis yang saat ini duduk dibangku kelas X SMAN 2 Palangka Raya ini menceritakan, pihaknya mulai penelitian dari Januari. Kemudian, latihan presentasi selama dua bulan. Jadi dari Januari-Juli itu penuh dengan persiapan. Sampai pada akhirnya berangkat ke Korea.

“Perasaan kami yang jelas itu senang. Nggak nyangka juga bisa menang. Karena sambil gugup juga kan presentasinya. Takut-takut lupa karena berbahasa Inggris kan. Waktu diumumkan kami mendapatkan emas, langsung memberikan kabar ke orang tua yang ada di tanah air. Kami sudah kerja keras selama enam bulan masa ngga mendapatkan gold,” pungkasnya. (*/ala)

Exit mobile version