Site icon KaltengPos

Titi Wati, Penderita Obesitas Itu Berpulang

SUKA BERCANDA DAN HOBI MENYANYI : Titi Wati, semasa hidup. Ibu satu anak itu biasa menghabiskan hari-harinya di atas kasur dengan berkaraoke.DOK AGUS PRAMONO/KALTENG POS

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PALANGKA RAYA – “Kami terpaksa mengiris bagian atas kasur untuk memudahkan mengevakuasi ke dalam mobil,”ucap Sugeng Wahono, anggota Tagana Provinsi Kalteng. Saat itu, Sugeng dan teman-teman Tagana dihubungi keluarga Titi Wati. Mereka meminta bantuan untuk membawa ke rumah sakit. Kondisi kesehatannya memburuk pada Minggu (29/1) malam. Tak sadarkan diri. Posisi tengkurap.

Sugeng putar otak untuk mengangkat perempuan berbobot lebih 200 kilogram itu ke RSUD dr Doris Sylvanus dari kediamannya di Gang Aman, Jalan G Obos  XIXB Palangka Raya. Mengangkat tubuhnya langsung tidak mungkin. Memindahkannya ke tandu juga sama. Akhirnya dilakukan langkah yang tak biasa itu.

Ada 16 orang yang membantu mengangkat. Penuh kehatih-hatian saat dibawa menuju pikap yang dijadikan moda untuk membawa ke rumah sakit. Setiba di rumah sakit, Titi Wati langsung mendapat perawatan medis. “Sekitar pukul 23.30 Wib kami bertolak dari rumah menuju rumah sakit. Tubuh Titi Wati kami bawa dengan pikap,”tambahnya.

Kemarin (30/1) pukul 06.00 Wib, kabar duka itu datang. Perempuan yang menarik perhatian publik pada tahun 2019 lalu itu menghembuskan napas terakhir. Jenazah Titi Wati dimandikan di Ruang Kamboja.  Isak tangis anak perempuan satu-satunya tak terbendung. Ada delapan petugas perempuan membantu proses penyucian itu. Jenazah juga disalatkan di ruangan itu juga sebelum dimakamkan di TPU Muhammadiyah Jalan Surung, Kelurahan Sabaru, Palangka Raya.

Proses pemakaman sendiri berjalan lancar. Mobil pengantar pengangkut jenazah milik RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya diupayakan bisa terpakir sedekat mungkin dengan liang makam tersebut. Akhirnya mobil pengantar jenazah dapat masuk ke area makam dan kemudian terpakir  sekitar 20 meter dengan liang makam.

TENAGA EKSTRA: Jenazah Titi Wati ketika akan disalatkan sebelum dimakamkan di di TPU Muhammadiyah Jalan Surung, Senin (30/1).ARIEF PRATHAMA/KALTENG POS

Proses pengangkatan jenazah dari mobil ke liang makam dilakukan oleh belasan orang warga dan petugas Tagana. Para petugas mengangkat alas tikar yang berada di bawah jenazah dan menggotongnya secara beramai ramai  ke arah makam.

Sebuah tenda berwarna biru telah terpasang di atas liang tempat peristirahatan terakhir almarhum. Tidak berapa lama setelah pemakaman selesai dilaksanakan, hujan pun mengguyur dengan cukup lebat.

Menantu almarhum, Suratno menerangkan bahwa kondisi almarhum mulai mengalami penurunan sejak satu bulan belakangan ini. Almarhum disebut Suratno tidak mengonsumsi makanan sama sekali. “Makannya sedikit sekali, minumnya juga seteguk,”katanya kepada awak media.

Kondisi wanita berbobot lebih 200 kilogram itu semakin  memburuk empat hari belakangan. Puncaknya, almarhum kondisi kesadaran menurun dan kemudian koma.

Beberapa minggu yang lalu sempat dibawa ke rumah sakit. Mengeluh tak bisa buang air besar. Opname 10 hari. Tim medis sempat melakukan pemeriksaan rontgen. Namun, dokter mengatakan tidak menemukan adanya penyakit  serius pada organ tubuh almarhum. “Terakhir, kami meliaht ibu masih bisa gembira dan bisa duduk itu waktu saya menikah dengan anaknya pada November 2022 lalu,”ucapnya.

Kepala Bidang Hukum dan Humas RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya Hairil Anwar mengatakan, Titi Wati masuk dengan kondisi penurunan kesadaran. Tim medis langsung melakukan tindakan sesuai SOP di ruang Edelweis. “Kami sudah mengusahakan semaksimal mungkin, namun akhirnya beliau dinyatakan meninggal dunia,” katanya saat dihubungi Kalteng Pos.

Hairil menyebut, berdasarkan hasil pemeriksaan, selain penderita obesitas yang dideritanya, Titi Wati juga menderita penyakit diabetes dan infeksi saluran kemih (ISK). “Memang beliau ada diabetes karena obesitas yang dideritanya, selain itu ia juga menderita ISK,” sebutnya.

Sebelumnya, Titi Wati sudah beberapa kali dirawat. Mengingat, kondisi badan yang cukup besar, hanya ruang Edelweis yang memungkinkan untuk perawatan, karena pintu dan ruangan cukup luas.

“Selama ini sering dirawat di sini, ruangan Edelweis ini sebenarnya ruang bedah, namun karena pintu masuknya cukup lebar menjadi alasan beliau di rawat di ruangan ini, peralatan yang dibutuhkan dibawa ke ruangan ini,” jelas Hairil.

Rumah sakit memiliki tim khusus untuk memberikan pelayanan Titi Wati saat memerlukan pelayanan medis. Bahkan malam sebelum meninggal ada yang berangkat menuju rumahnya.

“Selama ini sering dirawat di sini, jika kondisi sudah stabil kami pulangkan. Kemarin pun demikian, kami menjemput untuk mendapat pelayanan di RSDS,” tegasnya.

Ditambahkannya, proses pemulasaran sepenuhnya dilaksanakan di RSDS hingga pengantaran jenazah ke makam. “Pihak keluarga menyerahkan kepada rumah sakit berkenaan pemulasaran hingga keberangkatan jenazah ke makam,” tutupnya.(sja/abw/ram)

 

 

 

 

 

Exit mobile version