Site icon KaltengPos

Nenek Tewas Bersimbah Darah, Cucu Selamat meski Penuh Luka

ILUSTRASI (JAWAPOS)

KUALA KAPUAS-Sungguh tragis dialami SI dan cucunya MF (6). Keduanya diduga menjadi korban penganiayaan oleh pelaku dengan menggunakan senjata tajam. Nenek 63 tahun itu ditemukan tewas bersimbah darah, sedangkan cucunya mengalami luka-luka. Peristiwa itu terjadi di rumah korban, Desa Wargo Mulyo, Kecamatan Kapuas Kuala, Kabupaten Kapuas, Sabtu (29/5).

Perihal peristiwa berdarah tersebut dibenarkan oleh Kepala Desa Wargo Mulyo, Sukardi. Dikatakannya, peristiwa itu diperkirakan terjadi pada malam Sabtu sekitar 22.00-23.00 WIB, dan baru diketahui menjelang subuh.

Orang pertama yang mengetahui peristiwa tersebut, kata Sukardi, adalah anak korban berinisial SH. Kebetulan SH tinggal tak jauh dari rumah korban.

“Yang pertama menemukan adalah anak kandung korban yang tempat tinggalnya sekitar 30-40 meter dari rumah korban,” terang kades kepada kepada Kalteng Pos, kemarin (30/5).

Pria yang sejak tahun 2009 menjabat sebagai Kades Wargo Mulyo ini mengatakan, saat itu SH mendengar suara keponakannya yang meminta pertolongan. “Si anak kecil ini manggil-manggil, tolong pak lek, tolong dek, mbok-mbok,” ucap kades menirukan suara korban.

SH yang mendengar suara itu segera keluar dari rumahnya. Betapa terkejutnya tatkala melihat keponakannya itu sudah tergeletak di halaman rumah. Wajah dan tubuhnya bersimbah darah. Sontak SH berteriak meminta pertolongan warga sekitar.

Ketika ditemukan, korban MF dalam kondisi sangat parah. Pada wajahnya terdapat luka tebasan senjata tajam. “Saya putuskan supaya korban segera dibawa ke Puskesmas Lupak untuk diberi pertolongan medis, takutnya korban kehabisan darah,” kata Sukardi yang mengaku mendapat laporan dari warga soal peristiwa tersebut usai menunaikan salat subuh.

Ditambahkan lagi, saat tiba di Puskesmas Lupak, pihak puskesmas menyatakan tak sanggup melakukan perawatan dan menganjurkan untuk merujuk korban ke RS di Kota Kapuas. Sesampai di RS Kapuas, tim medis pun merekomendasikan agar korban segera dirujuk ke Palangka Raya dan menjalani operasi di RSUD Doris Sylvanus.

“Saat ini korban masih berada di RSUD Palangka Raya,” kata Sukardi yang saat ditelepon mengaku baru saja membuatkan surat keterangan domisili dan surat keterangan keluarga tidak mampu untuk urusan administrasi korban MF.

Menurut keterangan kades, pelaku pembunuhan diduga kuat berinisial IT yang merupakan menantu SI, sekaligus merupakan bapak tiri dari korban MF.

Menurut cerita yang dituturkan Sukardi, istri dari IT atau ibu kandung korban MF yang berinisial SS merupakan anak bungsu dari korban meninggal. Dugaan bahwa IT merupakan pelaku didasarkan pada penuturan korban MF yang masih sadar saat ditanya oleh pamannya sebelum dibawa ke Puskesmas Lupak.

“Anak yang menjadi korban, sebelum dibawa ke puskesmas, sempat ditanya oleh pamannya, siapa yang datang ke rumah, lalu dia bilang bapak,” tutur Sukardi.

Berdasarkan cerita Sukardi, sebelum menikah dengan IT, SS pernah menikah dengan seorang warga Lupak. Suami dari SS yang merupakan ayah kandung MF meninggal dunia akibat kecelakaan.

Kemudian SS bertemu dengan IT. Keduanya pun sepakat menikah dan menetap di Kecamatan Tamban. Dari pernikahan ini, SS melahirkan satu orang anak. Dari keterangan Sukardi, diketahui bahwa rumah tangga SS dan IT selalu bermasalah. Tak jarang SS mengadu kepada ibu dan keluarganya perihal IT yang sering memukulinya.

“Kata istrinya, suaminya ini ringan tangan, ada masalah sedikit, langsung mukul istrinya,” terang Sukardi.

Karena merasa tak tahan lagi atas perilaku IT, tahun lalu SS memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya di Desa Wargo Mulyo dan membawa serta MF.

“Awalnya masalah ini bisa diselesaikan dan didamaikan oleh pihak keluarga, IT sendiri sudah berjanji mengubah kelakuannya,” kata Sukardi .

Namun setelah rujuk, perilaku buruk IT justru terulang kembali. SS yang tak tahan akhirnya memilih kembali ke rumah orang tuanya. Bahkan ia meminta untuk menceraikan pernikahannya dengan IT.

“Tetapi kabarnya suaminya ini tidak mau cerai dan minta supaya istrinya itu pulang,” ucap Sukardi.

Karena tak mau rujuk lagi, SS memilih pergi mencari pekerjaan di Kota Palangka Raya. MF diserahkan kepada ibunya di Desa Wargo Mulyo, sedangkan anak buah perkawinannya IT diserahkan kepada salah seorang saudara suaminya untuk diasuh.

Menurut cerita dari pihak keluarga korban, IT beberapa kali datang ke Desa Wargo Mulyo untuk mencari SS. Bahkan pernah satu kali IT diketahui datang sambil mengancam akan membunuh korban MF dengan sebilah parang  apabila korban tidak memberitahu keberadaan ibunya.

“Korban anak kecil ini, waktu itu lari ketakutan karena diancam mau dibunuh pakai parang,” ujarnya lagi.

Sukardi mengatakan, warga desa menduga bahwa pada malam kejadian itu, IT datang lagi ke rumah SI untuk menanyakan keberadaan SS.

“Tetapi mungkin karena beliau (korban) ini tidak mau memberitahu dan dianggap menghalang-halangi untuk bertemu SS, maka terjadilah peristiwa itu,” kata Sukardi.

Sukardi mengaku mengenal baik korban tewas maupun keluarganya. Korban SI sudah tinggal di desa tersebut sejak tahun 1977. Dikenal merupakan warga yang baik dan tidak pernah mempunyai musuh. “Saya terakhir ketemu korban sewaktu ada acara kawinan di desa minggu lalu,” tuturnya.

Selaku Kepala Desa Wargo Mulio, Sukardi berharap dan meminta kepolisian secepatnya menemukan pelaku pembunuhan itu. “Karena saya anggap pelakunya begitu biadab dan tidak manusiawi,” tegas Sukardi. (sja/nue/alh/ce/ala)

Exit mobile version