Site icon KaltengPos

Kisah Pelaku UMKM Hijab Batik Khas Kalteng

MOTIF ULAR DAN ROTAN: Ken Raras Hemas tampak anggun mengenakan hijab khas Kalteng bermotif ular dan rotan. DOKUMEN PRIBADI UNTUK KALTENG POS

Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menggeluti usaha membatik motif khas Kalteng cukup banyak di Palangka Raya. Produknya pun beraneka ragam. Mulai dari kemeja hingga hijab. Batik khas Kalteng pun makin dikenal di berbagai penjuru Tanah Air. Salah satunya milik Ken Raras Hermas.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

BERBEDA dari ruang tamu pada umumnya. Hiasan kain batik yang tersusun rapi berwarna-warni itu menghiasi ruang tamu rumah Ken Raras Hemas di Jalan Kecipir, Lewu Tatau 7, Nomor 22, Kota Palangka Raya. Tumpukan kain bermotif khas Kalteng itu bukan hiasan ruang tamu, tapi produksi hijab miliknya. Ruang tamu itu seakan jadi galeri pemajangan produk.

Batik Kalteng merupakan satu dari bagian warisan kekayaan kesenian Tambun Bungai. Sudah banyak produk berciri khas Kalteng yang sudah dikenalkan melalui karya-karya putra-putri daerah. Kini, salah satu putri daerah juga mencoba mengenalkan batik Kalteng yang diaplikasikan pada kerudung atau hijab.

Sehari-hari ia biasa disapa Ken. Bawi dayak berhijab ini ingin menjadikan perempuan-perempuan berhijab bangga mengenakan hijab dengan bermotif kesenian daerah. Membanggakan seni batik Kalteng yang menghias indah di kerudungnya. Borneo Hijab, nama brand yang ia bangun pada awal 2020 yang lalu, sebelum pandemi Covid-19 melanda Kalteng.

Termotivasi dari kesehariannya sebagai pembawa acara pada beberapa kegiatan, ia dituntut harus tampil cantik dan menarik. Dari situlah ia merasa bahwa akan makin tampil cantik dengan batik yang menghias pada kerudungnya.

“Sebelumnya saya sudah termotivasi pada 2017 hingga 2018, selanjutnya saya tekuni dengan mencoba membuat desain batik Kalteng, riset kain, hingga tempat produksi percetakan, pada awal 2020 siap me-launching brand Borneo Hijab ini,” kata Ken saat diwawancarai, Jumat (1/10).

Tekad mewujudkan keinginannya menciptakan hijab bernuansakan khas Kalteng akhirnya terwujud, meski usaha yang ia rilis hampir bertepatan dengan awalnya pandemi Covid-19 di Kalteng.

“Iya, jadi saya memulai usaha ini memang di awal pandemi Covid-19, tapi alhamdulillah usaha saya masih bisa berjalan hingga saat ini,” ucapnya kepada Kalteng Pos.

Usahanya terus berlanjut, dimulai dari launching lima desain hijab bernuansa kan khas Kalteng yang kemudian terus ia perbaharui dengan berbagai motif khas Kalteng lainnya. Bahkan ia juga menciptakan motif-motif khas sebagian besar kabupaten/kota yang ada di Kalteng ini.

“Saya ingin semua corak khas Kalteng tertuang pada hijab yang saya produksi,aAlhamdulillah saat ini motif hampir seluruh kabupaten/kota sudah mulai tergambar dan menjadi kerudung Kalteng khususnya kabupaten/kota tersebut,” ujar perempuan yang sehari-harinya juga sebagai pembawa acara.

Ken makin semangat mendesain untuk menciptakan produk Borneo Hijab dengan berbagai macam motif. Di sisi lain ia pun juga menerima pesanan hijab secara eksklusif. Hijab yang ia produksi ini terus diperbarui model desainnnya. Bahkan beberapa konsumen juga memesan secara eksklusif.

“Saya tidak hanya melayani pemesanan dalam jumlahbesar, tapi juga melayani pemesanan desain hijab oleh perorangan bahkan dengan satuan lembar. Biasanya yang memesan eksklusif ada beberapa untuk seragam dan berbagai kegiatan, untuk perseorangan biasanya memilih dari salah satu desain yang sudah saya ciptakan dengan sedikit perubahan,” beber perempuan yang lahir 16 Oktober 1989 lalu.

Ditegaskannya, memang bukan hal yang mudah memulai usaha di saat pelaku usaha yang lainnya terjatuh akibat pandmei Covid-19. Namun hal itu tidak membuat Ken berkecil hati. Justru sebagai penyemangat baginya untuk membuat inovasi-inovasi baru dalam mempromosikan produk-produk hijabnya.

“Pertama kali saya mempromosikan hanya mengenalkan melalui teman dan beberapa kontak di ponsel saya,” beber perempuan yang akan berulang tahun beberapa hari ke depan.

Bahkan Ken yang sebelumnya jarang aktif di media sosial akhirnya dituntut aktif di media sosial demi mempromosikan produk-produknya. Setiap hari ia harus mengunggah foto-foto hijab pada akun media sosialnya. Di sisi lain, ia juga memasarkan ke teman-teman dan instansi pemerintahan.

Usahanya pun membuahkan hasil. Seiring waktu jumlah konsumen terus bertambah. Saat ini sudah banyak pemesanan dari luar Palangka Raya, bahkan luar Kalteng hingga luar Pulau Kalimantan. Produk-produknya pun sudah pernah dikirimkan ke Kaltim, Jakarta, Malang, Palembang, hingga NTB.

“Saya juga sudah membuka reseller untuk mempermudah para konsumen mendapatkan produk-produk hijab saya,” tuturnya.

Ken menyebut, di setiap kabupaten/kota di Kalteng sudah ada reseller, minimal dua orang. Karena ia memulai usaha di awal pandemi Covid-19, hingga saat ini ia belum memiliki galeri khusus untuk produk hijabnya. Hanya bisa dipajangkan di ruang tamu rumahnya.

“Berharap ke depan bisa punya galeri khusus. Selain di rumah, saya juga sudah mendisplay di Dekranasda Kalteng, bahkan saat ini saya sedang membangun kerja sama dengan BUMN PT Sarinah,” tutur perempuan berparas ayu ini.

Dalam rangka mempromosikan produknya dan memperkenalkan hijab khas Kalteng ini, ia selalu aktif mengikuti berbagai event. Perempuan asli Kota Palangka Raya ini mengaku pada dasarnya memang tidak memiliki keahlian dalam hal menggambar. Hanya karena termotivasi menciptakan hijab yang cantik dengan motif khas Dayak, ia pun mulai belajar autodidak dengan memanfaatkan gadget.

“Saya itu tidak bisa menggambar, tapi karena saya ingin menciptakan sesuatu hal yang cantik dan menarik, terlebih mengenalkan kekhasan Kalteng, maka saya terinspirasi, sampai saat ini saya terus belajar menggambar,” beber Ken.

Ditanya mengenai produksi, Ken mengaku saat ini percetakan masih dilakukan di luar Kalteng, yakni di Kota Bandung. Ia sendiri yang mendesain, lalu hasil desain ia kirimkan ke Bandung. Bahan dan proses produksinya dilakukan di Bandung.

“Memang sebelumnya saya sudah riset terkait bahan baku kain dan lain sebagainya, saya sudah menemukan yang terbaik, jadi saya hanya mengirimkan file desain, sementara produksinya dilakukan di sana (Bandung, red),” sebutnya.

Sejak awal hingga kini, hijab desainnya dijual dengan harga Rp220 ribu. Saat ini produknya tidak hanya terbatas pada hijab, tapi juga mukenah hingga kain batik. “Penghasilan bersihnya dalam sebulan sekitar Rp10 hingga Rp15 juta,” tutupnya. (*/ce/ala)

Exit mobile version