PALANGKA RAYA-Anggota Komisi III DPR RI Daerah Pemilihan Kalimantan Tengah (Dapil Kalteng) H Agustiar Sabran mengatakan, solidaritas bangsa melewati tahun yang telah berlalu (2021, red) merupakan modal besar untuk menapaki tahun baru 2022.
“Tahun 2021 telah ditinggalkan dan jejak pertama tahun 2022 mulai kita jalani. Perjalanan baru dan sejumlah harapan serta optimisme membuat kita tidak menjadi tertunduk menatap tahun 2022 yang akan dilalui,” kata H Agustiar Sabran kepada Kalteng Pos, Minggu (2/1).
Dampak pandemi Covid-19 begitu terasa menekan seluruh aspek kehidupan bangsa. Sejauh ini pandemi belum berakhir. Karena itu sangat diharapkan agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes), seperti selalu menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, serta mengurangi mobilitas dan interaksi langsung.
Dalam menghadapi situasi ini, maka perlu untuk terus meningkatkan optimisme dan kreativitas, sehingga tetap menjadi energi positif dalam membangun bangsa dan daerah.
Ditambahkan Ketua Umum Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng tersebut, inovasi dan kreativitas tidak berhenti dihasilkan. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia (SDM) adalah tantangan agar bisa lepas melesat menjadi negara yang terus bersaing dengan negara lainnya.
“Pandemi tidak menjadi alasan untuk tidak berinvestasi pada sektor pendidikan dan pengembangan SDM andal serta mengedepankan kesehatan. Kemajuan teknologi digitalisasi terus berkembang dan harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kreativitas dan optimisme untuk mewujudkan mimpi yang masih tertunda,” ucapnya.
Tahun 2021 juga memberikan optimisme karena Indonesia tidak mengalami kontraksi ekonomi bahkan tidak melakukan lockdown menyelamatkan ekonomi dari keterpurukan yang besar. Pemerintah terus mengupayakan peningkatan dan pertumbuhan ekonomi melalui inovasi dan kreativitas, sehingga bangsa dan negara ini tetap bertahan meski dilanda pandemi.
Dengan semangat tahun baru 2022, politikus PDIP tersebut mengajak semua pihak, baik pemerintah, unsur forkopimda, masyarakat, dan pihak lainnya untuk tetap fokus bekerja keras, berinovasi, dan berkreasi, serta bergandengan tangan dan bahu-membahu dalam semangat NKRI dan Huma Betang dalam solidaritas tanpa berhenti.
“Dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika dan isen mulang maka diyakini semua persoalan dapat dituntaskan secara bersama. Persatuan dan kesatuan harus terus dipupuk dan ditumbuhkembangkan kapanpun dan di manapun,” tegasnya.
Ditambahkannya, arus globalisasi berpengaruh pada kehidupan masyarakat dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, kebudayaan, dan lainnya. Pengaruh tersebut dapat membawa nilai positif dan negatif.
Dampak negatif dari globalisasi seperti rendahnya apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, kebudayaan, dan lainnya. Terutama generasi muda yang cenderung terbawa arus globalisasi.
Globalisasi juga dapat menimbulkan hilangnya budaya asli, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong, hilangnya kepercayaan diri. Budaya barat diterima begitu saja oleh masyarakat khususnya generasi muda, sehingga mudah terpengaruh dan lupa akan kebudayaan sendiri. Globalisasi telah merasuki berbagai nilai-nilai sosial dan budaya timur.
Karena itu H Agustiar mengajak masyarakat berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing dan budaya bangsa pada umumnya. Menyeleksi berbagai informasi dan hiburan agar tidak menimbulkan pergeseran tradisi dan budaya.
“Tidak mudah terjebak dalam pengaruh narkotika, hoaks, radikalisme, dan hal lainnya yang dapat menimbulkan turunnya optimisme dan kreativitas masyarakat, khususnya pemuda sebagai generasi penerus bangsa,” tutupnya. (nue/ce/ala)