Selama musim hujan, relawan dari tim Emergency Response Palangka Raya (ERP) cukup dibuat sibuk. Banyak laporan warga terkait kemunculan hewan melata. Jenisnya pun beragam. Dari yang biasa sampai yang paling berbisa.
DENAR, Palangka Raya
SAAT memasuki musim hujan, relawan ERP banyak mendapat laporan dari masyarakat terkait kemunculan ular. Pagi, siang, malam, bahkan dini hari. Setiap mendapat laporan, tim langsung merespons dan segera terjun ke lokasi. “Setiap musim hujan kami selalu dapat informasi dari warga soal adanya ular masuk ke permukiman, mau tidak mau kami respons meski pada jam istirahat,” ungkap Ketua ERP Palangka Raya Jean Steve, Rabu malam (1/9).
Menurut Jean, dari banyaknya laporan itu, tidak semua ular bisa ditangkap dan diamankan. Kadang saat tim sampai di lokasi, ular yang dilaporkan tak ada lagi. “Kadang-kadang saat kami ke lokasi, ular bisa kabur mencari tempat persembunyian, apalagi keberadaanya sempat terusik oleh manusia, tapi tim kami tetap melakukan penyisiran sekitar lokasi untuk memastikan bahwa ular tak lagi di tempat itu,” tutur Jean yang saat itu didampingi Yustinus Exaudy selaku koordinator lapangan.
Ditanya mengapa ular sering memasuki permukiman, Jean menyebut bahwa ular sering mencari makan dengan memangsa tikus. Biasanya ular mengejar mangsanya hingga ke rumah warga atau bangunan tempat persembunyian mangsanya. “Ular jenis kobra pun akan mengejar mangsanya hingga ke sarangnya,” ucapnya. Ia menambahkan, ular yang ditangkap dalam kurun waktu seminggu ini bervariasi dalam ukuran dan panjangnya. Dari yang panjang 1 meter hingga 4 meter lebih. Untuk meminimalkan kontak langsung dengan ular saat penangkapan, tim biasanya menggunakan tongkat khusus.
“Kami lakukan sesuai dengan SOP yang sudah kami pelajari supaya meminimalkan salah prosedur di lapangan, apalagi bukan hanya ular biasa yang sering kami tangani, tak sedikit juga laporan adanya ular berbisa. Setelah kami tangkap, ular tersebut langsung kami serahkan ke pihak BKSDA, meskipun sebenarnya tidak wajib untuk kami serahkan, bisa saja kami kembalikan ke habitatnya yang jauh dari permukiman,” ujarnya.
Dalam sepekan terakhir banyak laporan masuk dari warga kepada tim relawan ERP perihal ular memasuki kawasan perumahan hingga memangsa hewan ternak warga. Laporan-laporan itu direspons langsung oleh Unit Animal Resque ERP. Setidaknya lima ekor ular yang telah ditangkap, di antaranya piton, kobra, serta jenis ular yang jarang dijumpai dengan nama Latin Macropistodon (ular yang sering dijumpai di area sedikit berair).
“Dari tiga jenis itu, paling banyak kami tangani adalah piton dengan nama Latinnya Reticulatus, baik yang muncul di dalam rumah, di halaman rumah, hingga yang kedapatan sedang memangsa hewan ternak warga, karena pada musim seperti ini ular sedang dalam masa kawin dan mencari makan di sekitar habitatnya untuk bertelur,” katanya. Pada Rabu malam (1/9), tim ERP menerima laporan tentang keberadaan ular piton dari Tommy Djantan, warga Jalan Bukit Keminting. Tim pun bergegas ke lokasi untuk mengamankan ular tersebut.
“Saat itu saya sedang santai bersama keluarga, lalu saya lihat dahan sawit bergerak, ternyata muncul kepala ular piton, saya langsung menghubungi ERP supaya menangkap ular itu, memang tidak besar, tapi panjangnya 2 meteran, takutnya masuk ke rumah, itu yang membahayakan,” terang Tomy. Tomy mengaku bahwa bukan piton saja yang pernah dijumpainya. Apalagi ada banyak semak dan pepohonan di belakang rumahnya. “Kalau sudah musim hujan, sering saya lihat ular, macam-macam lah, bahkan biawak juga pernah masuk dapur saat hujan dan air di irigasi depan meluap, maklum saja di belakang rumah banyak pepohonan yang lebat yang jadi habitat ular,” tutupnya. (*/ce/ala)