PENCURIAN anjing peliharaan marak terjadi di Kota Palangka Raya. Modusnya ada dua. Pelaku menjerat leher anjing dengan kawat seling, atau dengan meracuni menggunakan bubuk potasium. Perilaku keji terhadap hewan ini sudah terjadi satu lustrum terakhir.
Aksi itu makin liar dan menjadi-jadi dalam setahun belakangan. Entah sampai kapan kejahatan terhadap hewan ini bisa diakhiri. Sejauh ini belum ada tindakan dari polisi untuk menghentikan aksi senyap para pelaku.
Informasi yang didapat Kalteng Pos dari Rumah Singgah Anjing Telantar (RSAT) Palangka Raya, kasus kehilangan dan peracunan anjing peliharaan bisa dibilang sangat rawan. Hampir tiap pekan selalu ada warga yang melapor. “Laporan itu biasanya kami terima melalui Instagram RSAT Palangka Raya,” ujar pendiri RSAT Palangka Raya, Agung Priantoko kepada Kalteng Pos, baru-baru ini.
Agung sudah memetakan lokasi permukiman warga yang berulang kali menjadi sasaran empuk para pelaku. Mulai dari kompleks Unkrip, Kelurahan Kereng Bangkirai, permukiman Jalan Tingang, Jalan Badak, Jalan Galaxy, hingga Jalan G Obos.
Relawan pencinta anjing yang selalu mengikuti isu ini, sering melihat pemilik anjing sedih dan menangis. Bahkan mereka dan dirinya mengecam aksi jahat para pelaku.
Masih adanya permintaan konsumen akan daging anjing di Kota Cantik, sebutan Kota Palangka Raya, juga menjadi pemicu para pelaku untuk membunuh anjing-anjing peliharaan tanpa pandang bulu.
“Hasil investigasi saya, para pengepul itu membeli anjing hasil curian seharga Rp300 ribu per ekor. Itu sudah bersih, siap dijual,” bebernya.
Bubuk potasium dipakai oleh para pelaku untuk menghentikan denyut nadi anjing. Hal itu diketahui Agung, lantaran pernah melihat langsung daging ayam bercampur racun yang ditemukan di lokasi.
“Bentuknya itu berupa daging ayam masak dicampur dengan bubuk potasium, lalu diikat dengan tisu,” sebutnya.
Para pelaku melemparkan umpan itu ke halaman rumah calon korban saat larut malam atau menjelang subuh. Karena anjing adalah hewan yang memiliki hampir 220 juta sel penciuman dan sangat peka dengan bau, sudah tentu akan mencari sumber bau itu ketika terendus.
“Otomatis anjing akan keluar dari rumah empunya, lalu memakan umpan itu. Nah, para pelaku itu biasanya akan kembali lagi selang beberapa jam kemudian. Jika melihat anjing sudah terkapar, langsung dimasukkan ke dalam karung. Mereka (pelaku, red) juga berani sampai lompat pagar lho,” ucapnya.
Apakah ada yang tahu ciri-ciri pelaku? Agung tidak menyebut secara gamblang. Namun ia pernah menerima rekaman CCTV dari korban. Ada dua orang. Mengendarai sepeda motor jenis matik. Dari kesaksian para korban yang pernah memergoki aksi pelaku, ciri-cirinya pun sama.
“Tahun 2018 lalu ada yang ditangkap warga, tapi saya enggak tahu ujungnya, apakah berakhir di penjara atau tidak,” sebutnya seraya berharap polisi bisa mengungkap aksi kejahatan yang sudah merugikan banyak pemilik anjing.
Kalteng Pos juga mengumpulkan kesaksian para korban dari beberapa lokasi rawan pencurian anjing. Orang pertama yang ditemui adalah Yustina. Perempuan paruh baya ini mengaku sudah kehilangan 10 ekor anjing dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Warga Jalan Tingang XXI itu tak tahu persis, apakah anjingnya hilang karena diracun atau dijerat. Tiba-tiba hilang begitu saja pada pagi hari.
“Saya tidak tahu apakah diracun atau dijerat,” tuturnya.
Di kompleksnya, bukan rahasia umum lagi soal pencurian anjing. Para tetangga pun mengalami yang sama. “Kami mau melapor, tapi enggak punya bukti,” ucapnya.
Masih di sekitaran Jalan Tingang, wartawan Kalteng Pos menelusuri permukiman warga di Jalan Tingang VII. Bertemu dengan Deasy, salah satu warga pemelihara anjing. Deasy mengaku sudah dua kali menjadi korban pencurian anjing. Hewan peliharaannya itu hilang entah ke mana. Yang terlihat hanyalah jejak ceceran makanan bercampur racun, tak jauh dari pelataran rumahnya.
Setelah dua kali berhasil, para pelaku mencoba mengulangi aksi serupa. Kali ini anjing peliharaannya bernama Milo menjadi korban. Anjing jantan itu ditemukan sekarat di semak-semak yang tak diketahui pelaku. Mulutnya berbusa. Tak berdaya. Untungnya Milo masih bisa diselamatkan. Tak jauh dari lokasi itu, ditemukan daging ayam cincang bercampur racun.
“Saya kasih susu saat itu. Saya paksanya untuk memuntahkan, sebelum saya bawa ke dokter,” ucap gadis kelahiran 1996 ini.
Jika Deasy menemukan bukti racun, Nova justru menemukan kawat seling yang dipakai pelaku untuk menjerat leher anjingnya. Ibu rumah tangga yang tinggal di Jalan Pemandu Raya, kompleks Unkrip, Kelurahan Kereng Bangkirai menyebut bahwa pelaku mencoba mencuri anjing peliharaannya pada siang bolong. “Saya temukan kawat seling menempel di leher anjing saya, bersyukur masih bisa selamat,” ucapnya sembari memperlihatkan kawat seling yang masih disimpannya.
“Daerah sini (kompleks Unkrip, red) sudah tak terhitung lagi warga yang kehilangan anjing. Saya sudah dua kali kehilangan,” timpal Imelda, tetangga Nova.
“Kami tahu dari rekaman CCTV warga di perumahan ini, ciri-ciri pelaku memakai sepeda motor jenis matik, ada dua orang, mereka mengenakan jaket gelap,” tambahnya.
Dokter hewan sekaligus pemilik Klinik Hewan Paws Health Palangka Raya, drh Dinda Rahma Hadiputri membagikan pengalamannya dalam menangani anjing korban peracunan. Ditemui Kalteng Pos di tempat praktiknya, dokter hewan bergelar magister sains ini menyebut pernah mengurus anjing yang dalam kondisi lemah. Racun yang ditemukan pada muntahan anjing adalah daging ayam yang sudah dicampurkan potasium.
“Saat itu anjing dibawa pemilikya ke klinik sekitar pukul 11.00 WIB. Suhu tubuh normal dan responsnya bagus. Sebelum dibawa, memang sudah muntah banyak. Setelah itu kami upayakan untuk membuat anjing itu terus memuntahkan makanan sampai kondisinya membaik,” ujarnya.
Ibu beranak satu itu membagikan sedikit tips pertolongan terhadap anjing yang keracunan. Hal pertama yang perlu diketahui adalah gejala. Anjing yang keracunan biasanya akan tampak gelisah, sering muntah, dan kejang-kejang.
Yang harus dilakukan adalah berusaha semaksimal mungkin agar anjing bisa terus memuntahkan makanan. Bisa juga diberi susu dan membersihkan sisa makanan atau racun yang menempel pada bulu anjing. “Pemiliknya harus berusaha membuat anjing itu memuntahkan makanan. Kemungkinan selamat memang tipis karena racun sudah menyebar, tapi tidak ada salahnya terus mencoba memberi pertolongan,” jelas lulusan Universitas Airlangga ini.(sja/ram)