MESKIPUN risiko penularan wabah Covid-19 di Kalteng sudah rendah, tapi ancaman tersebut masih ada jika masyarakat melonggarkan protokol kesehatan (prokes) dan mengabaikan vaksinasi. Pasalnya, dua indikator tersebut menjadi kunci keberhasilan daerah menurunkan level PPKM. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pakar Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Kalteng dr Rini Fortina kepada Kalteng Pos, kemarin (7/12).
Menurut dr Rini, kepatuhan terhadap pelaksanaan protokol kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat, memengaruhi hasil perhitungan penilaian dari indikator kesehatan yang menjadi penentu penilaian zona level PPKM.
“Kembali ke strategi penerapan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan 3T (testing, tracing, treatmeant) dan juga vaksin, jika semuanya sudah konsisten dilakukan di suatu daerah, maka maka berpengaruh terhadap penilaian indikator kesehatan tersebut,” kata Rini.
Rini menerangkan bahwa pemerintah pusat menentukan zona PPKM suatu daerah berdasarkan nilai indikator kesehatan masyarakat. Adapun indikator kesehatan masyarakat meliputi Indikator epidemiologi, indikator surveilans kesehatan masyarakat, dan indikator pelayanan kesehatan.
Indikator epidemiologi meliputi penurunan jumlah kasus positif & probable pada minggu terakhir, jumlah kasus aktif dalam sepekan, penurunan jumlah meninggal kasus positif pada minggu terakhir, penurunan jumlah meninggal kasus suspek pada minggu terakhir, jumlah kasus positif yang dirawat di RS pada minggu terakhir, penurunan jumlah kasus suspek yang dirawat di RS pada minggu terakhir, persentase kumulatif kasus sembuh dari seluruh kasus positif, insiden kumulatif kasus positif per 100.000 penduduk, serta tingkat kematian yang disebabkan oleh Covid-19.
Penilaian indikator surveilans masyarakat meliputi jumlah pemeriksaan sampel diagnosis mengikuti standar WHO (1 orang diperiksa per 1.000 penduduk per minggu) pada level provinsi dan positivity rate rendah (target ≤5% sampel diagnosis positif dari seluruh kasus yang diperiksa) – merujuk pada angka provinsi. Sedangkan penilaian indikator pelayanan kesehatan masyarakat mencakup dua hal. Yakni rata-rata angka keterpakaian TT Isolasi (% BOR TT Isolasi) dalam satu minggu terakhir pada RS rujukan Covid-19 cukup untuk menampung pasien Covid-19 di wilayah tersebut dan rata-rata angka keterpakaian TT Intensif (% BOR TT Intensif) dalam satu minggu terakhir pada RS rujukan Covid-19 cukup untuk menampung pasien Covid-19 di wilayah masing-masing.
“Setiap penilaian dari indikator tersebut mempunyai bobot nilai yang nanti menentukan skor zonasi risiko suatu daerah,” kata Rini.
Rini juga mengatakan bahwa dimungkinkan level PPKM suatu daerah dinaikan atau diturunkan statusnya oleh pemerintah pusat bila terjadi perubahan angka hasil perhitungan zonasi. “Jika dalam dua minggu itu dalam penilaian dilihat ada penurunan, konsisten, atau malah naik, tentu akan berubah pula levelnya,” ujarnya.
Terkait kondisi di 14 kabupaten/kota di Kalteng, dikatakan Rini, masih belum aman. Sebab, penilaian indikator kesehatan oleh pemerintah masih fluktuatif dan tidak konsisten. “Selama tiga indikator itu nilainya masih fluktuatif dan tidak konsisten, jadi kita belum aman,” ucapnya.
Rini merujuk Kota Palangka Raya yang saat ini masih berada di zona level 2. Dia menyebut, meski diakui terjadi peningkatan jumlah masyarakat yang divaksinasi, tapi tetap saja muncul kasus baru positif Covid-19.
“Selain itu kita bisa lihat juga kepatuhan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan, area-area mana yang tidak patuh, seperti di pasar atau di kafe, orangnya pakai masker semua enggak, kita lihat saja di situ,” katanya.
Sementara, terkait Kabupaten Kapuas yang merupakan satu-satunya wilayah di Kalteng yang masih berada di level 3, dikatakan Rini, salah satunya alasannya karena tingkat pelaksanaan vaksinasi belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah daerah.
“Padahal vaksinasi jalan terus, tapi ketika mereka menambah target, otomatis capaian menjadi tidak tercapai,” terangnya.
Selain itu, faktor mobilitas masyarakat dan kepatuhan, penerapan menerapkan protokol kesehatan, jumlah pasien baru positif Covid-19, serta pelaksanaan testing dan tracing juga menjadi faktor yang menentukan Kabupaten Kapuas masih berada di level 3.
Karena itu pihaknya mengingatkan masyarakat Kalteng untuk tidak terbuai euforia penurunan kasus Covid-19, karena sejauh ini masih berada dalam kondisi pandemi. Karena itu, masyarakat harus tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. “Adanya varian baru (Covid-19) mengingatkan kita untuk tidak boleh lengah,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng dr Suyuti Syamsul mengatakan, sejauh ini vaksin yang tersedia di Kalteng mencukupi. “Kalau secara khusus, saya tidak punya datanya. Sebaiknya dikonfirmasi langsung ke Kapuas saja. Dari sisi vaksin sudah tersedia sangat mencukupi,” ucapnya kepada Kalteng Pos via pesan whatshapp, Senin (6/12). (sja/nue/ce/ala)