PALANGKA RAYA-Guna memperkuat ketahanan budaya dari desa, Sanggar Sumbu Kurung bersama Warga Desa Buntoi, akan menggelar Festival Kampung Bungoi pada Rabu (10/11) seara virtual. Warga yang ingin melihat festival ini bisa menyaksikan lewat Youtube di Chanel Festival Kampung Buntoi.
Buntoi adalah sebuah nama desa di pinggiran Sungai Kahayan, dan masuk wilayah Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalteng. Letaknya 15 Km dari Ibu kota Kabupaten Pulang Pisau.
“Festival ini akan diselenggarakan tanggal 10 November 2021, pukul 13.00 WIB. Kami sudah melaksanakan pra festival dengan melakukan pembuatan beberapa video yang nantinya ditampilkan,” kata Ketua Panitia Festival Kampung Buntoi, Restono, kepada Kalteng Pos, Senin (8/11).
Dalam festival itu, akan ditampilkan permainan rakyat, kuliner, obat tradisional, dan sanggar seni. Selain festival, juga akan dilakukan saling-silang ide dengan menghadirkan sejumlah pejabat kementerian, Wakil Gubernur H Edy Pratowo, angota DPD RI Teras Narang, kepala dinas pariwisata dan kebudayaan, abik tingkat provinsi maupun kabupaten, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya di Kalbar, jaringan Kampung Nusantara, Camat Kahayan Hilir, kepala desa dan Pembakti Kampung Nusantara.
“Durasi saling silang ide akan berlangsung 1-2 jam dengan topik kemajuan kebudayaan desa. Sementara durasi video rata-rata 5-10 menit. Ada juga yang lebih,”jelasnya.
Disampaikan Restono, yang ditampilkan adalah potensi yang ada seperti kuliner, obat-obatan, teknilogi tradisional, permainan rakyat, kerajinan tradisional, tari-tarian, karungut dan lainnya.
Sanggar yang akan tampil nanti antara lain dari pertunjukan dan musik tari dari Pulang Pisau, Kalteng, Kalimantan, Nusantara, ada maestro tari Indonesia Didi Ninitowo, dan beberapa dari mancanegara seperti Amerika, Taiwan dan lainnya.
“Cara menyaksikan festival ini adalah secara virtual melalui live streaming on Youtube channel FESTIVAL Kampung Buntoi. Kesenian yang akan ditampilkan berupa musik tari dan lainnya,” jelas pria yang juga sebagai pembakti kampung Nusantara dan Ketua Sanggar Sumbu Kurung tersebut.
Kegiatan ini merupakan program pemajuan kebudayaan desa sebagai rangkaian sejak Juni lalu. Kemudian melakukan analisa potensi desa, diverifikasi dari kementerian sehingga menjadi suatu festival yang digelar,” tegasnya.
Tujuannya, lanjutnya, antara lain; mengangkat kembali kejayaan budaya desa dari nenek moyang (mempalampang tarung budaya lewu tatuhiang itah). Selian itu, gelaran festival ini adalah yang ketiga. Festival pertama digelar tahun 2016. Festival kedua tahun 2018.
“Karena ada program pemajuan budaya maka dilaksanakan event dua tahunan ini. Untuk ketahanan budaya karena budaya di desa merupakan pertahanan terakhir untuk tetap melestarikan budaya daerah,”tutupnya. (nue/uni)