Perkembangan teknologi informasi berwujud banyaknya platform media sosial belum sepenuhnya mampu diikuti kaum milenial di Kalteng. Terutama dari sisi pembuatan konten. Khususnya konten berbentuk animasi. Padahal pemerintah sedang kencang-kencangnya menerapkan transformasi digital di berbagai bidang.
ALBERT M SHOLEH, Palangka Raya
KOMPETISI Film Animasi Kalteng yang digelar Kemenag RI memberikan catatan dua sisi. Pertama, sepinya peminat atau peserta yang ikut. Kedua, tujuh peserta yang ikut Islamic Animated Short Movie Competition (IASMC) 2021 Kalteng, terbilang banyak. Lantaran di provinsi lain pesertanya tak lebih dari dua orang. Bahkan ada yang sama sekali tanpa peserta.
Kompetisi Film Animasi Pendek Islam Kemenag Kalteng 2021 menyisakan banyak catatan.
Baiknya, masih banyak peserta yang ikut dari kalangan pelajar dan siswa. Usia milenial menjadi bekal pembinaan agar lebih matang dan menghasilkan karya profesional.
Kurang baiknya, hingga saat ini, mahalnya biaya produksi serta keterbatasan peralatan dan sumber daya manusia sangat mengganjal kreator konten di Kalteng.
Kementerian Agama atau Kemenag Indonesia terus berupaya untuk digitalisasi pelayanan, syiar agama, dan lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan yakni menggali potensi kreator konten milenial melalui IASMC.
Terkait Lomba Film Animasi Pendek Islam Kemenag Kalteng, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Nuning Rodiyah selaku juri utama sangat mengapresiasi banyaknya peserta yang ikut.
Komisioner KPI yang membidangi pengawasan isi siaran tersebut pun memberikan banyak motivasi dan catatan, agar kreator konten Kalteng terus berkarya dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
“Membuat film animasi itu tidak mudah, perlu waktu lama. Apalagi peralatan atau perangkat komputer yang canggih masih mahal,” kata Nuning di Hotel Royal Global Palangka Raya, Selasa pagi (15/6).
Adanya peserta kelompok dan perorangan, kata dia, menjadi salah satu bukti nyata potensi milenial sebagai kreator konten keagamaan. Untuk itu, ia berharap adanya pembinaan dari Kemenag Kalteng, agar bakat mereka dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan kebaikan.
“Jangan berhenti sampai di sini. Yang juara di Jakarta adalah mereka dari daerah. Kini saatnya adik-adik terus berkarya,” ucap mantan aktivis perlindungan perempuan dan anak tersebut.
Kepala Kemenag Kalteng Abdul Rasyid juga menyampaikan apresiasinya. Ia menyadari banyaknya keterbatasan dalam pembuatan konten untuk syiar agama, dakwah, edukasi, dan lainnya. Namun ia berkomitmen bahwa lembaga pendidikan di bawah Kemenag Kalteng akan mendapatkan perbaikan fasilitas penunjang.
“Madrasah yang peserta didiknya berpotensi harusnya ditunjang fasilitas yang memadai agar menghasilkan karya yang baik pula. Kemenag Kalteng berupaya memastikan ini bisa terlaksana,” ungkap pria yang gemar membaca buku digital atau e-book tersebut.
Saat pembukaan dan penutupan kegiatan, Abdul menyampaikan bekal pengalaman dari lomba, koreksi, dan catatan juri. Kemenag Kalteng meyakini generasi milenial khususnya kreator konten keagamaan dapat terus bertumbuh dengan karya layaknya profesional.
“Satu sisi peserta tujuh orang ini terbilang banyak. Pada sisi lain, banyaknya catatan membuktikan kita harus terus belajar. Jangan pernah menyerah, kerja saja yang ikhlas, nanti Allah yang menentukan,” ungkapnya sembari menutup IASMC Kalteng 2021. (*/ce/ala)