Site icon KaltengPos

Melihat Aktivitas Pedagang di Pasar Kahayan Kala Banjir Melanda

ANISA/KALTENG POSTETAP BERJUALAN: Masrofah dan suaminya memutuskan tetap berjualan meski banjir telah merendam kompleks Pasar Kahayan, Rabu (17/11).

Banjir yang melanda sejumlah lokasi di Kota Palangka Raya, mengakibatkan lumpuhnya perekonomian masyarakat, khususnya di Pasar Kahayan. Sebagian besar pedagang memilih menutup lapak. Namun, ada pula yang tetap berjualan meski di tengah genangan.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

AIR menggenangi lorong-lorong pertokoan di Pasar Kahayan. Meski beberapa pedagang masih membuka lapak, tapi sebagian besar memilih untuk menutup toko mereka. Ada yang sebuk membersih toko dan mengamankan dagangan. Namun ada pula yang duduk manis bersila di atas kursi yang dikelilingi air. Mencoba memajang dagangan, dengan harapan ada yang datang berbelanja.Beberapa meter dari pintu utama pasar, seorang pria penjual pakaian menunggu pembeli di lapak dagangannya. Ia mengaku ,sejak banjir mulai merangsek masuk hingga area Pasar Kahayan, ia tak lagi membuka lapaknya.

Namun hari itu, Rabu (17/11), ia mencoba peruntungan dengan membuka kembali lapak. Berharap ada pembeli yang datang. Namun hingga menjelang siang harinya, tak ada satu pun dagangannya yang laku terjual.”Iya mbak mau tutup, hari ini pertama kali buka lapak, mencoba-coba mungkin ada yang laku, tapi tidak ada,” kata pria itu sembari memasukkan dagangannya.

Penulis mencoba memperhatikan toko-toko yang berjejer di lorong-lorong pasar. Lebih banyak yang tutup. Hanya ada satu lapak penjual bahan pokok. Lapak sepasang suami istri. Satu-satunya lapak yang dibuka di deretan itu. Namun mereka datang untuk mengamankan dagangan yang masih bisa diselamatkan.”Banjir mulai masuk ke pasar itu Minggu malam, kami sehari sebelumnya sudah mengungsi ke rumah orang tua di Kelurahan Panarung, karena rumah kontrakan saya di Jalan Mendawai sudah terendam banjir. Ketika pedagang lain mengamankan dagangan, kami tidak tahu,” kata Masrofah, pemilik Toko Opah ini.

Saat mendatangi lapaknya pada Senin (15/11), barang-barang dagangan sudah banyak yang terendam, seperti tepung, garam, kerupuk, kacang, dan bawang. Hari itu, ia bersama suaminya mencoba mengamankan barang dagangan yang masih bisa diselamatkan, sedangkan yang sudah terendam, terpaksa dibuang.”Terpaksa yang sudah terendam air dan rusak kami buang. Nilai kerugian belum kami hitung, karena saat ini kami masih mengamankan barang-barang lainnya,” ucapnya kepada Kalteng Pos.

Sejak senin hingga kemarin, ia masih datang ke pasar untuk mencoba menyelamatkan barang dagangan. Seperti bawang yang terendam dibersihkan, lalu dipilah antara yang rusak dan yang masih bisa diselamatkan. Tiga hari datang ke lapak, ia mengaku pendapatan sangat berkurang dibandingkan hari-hari sebelumnya.”Tentu pendapatan turun, ada saja orang datang belanja, tapi hanya hitungan jari saja,” sebutnya.”Kami hanya setengah hari saja, siang kami pulang, lalu sore kembali lagi untuk cek kondisi air dan barang-barang dagangan,” lanjutnya.

Beruntung, stok barang jualan di gudang sudah diamankan sebelum banjir datang. Minggu siang barang-barang di gudang sudah dinaikkan ke tempat yang tinggi.”Sabtu barang baru saja datang, kami naikkan ke posisi lebih tinggi, Minggu malam pasar sudah terendam,” ujarnya.

Barang-barang pesanan itu tidak semua datang hari itu. Terpaksa, ia harus membatalkan pemesanan barang yang lainnya. “Ada beberapa pesanan stok yang belum diantar, terpaksa kami batalkan,” jawab dia.Dengan kondisi seperti ini, ia tetap mengharapakan ada yang laku terjual meski tak banyak. Untuk menutup pembayaranan dagangan saja, tidak bisa dibayar sepenuhnya, hanya setengah.

“Belum lagi mikir untuk bayar utang, jadi kami hanya bisa membayar utang setengah saja, mau bagaimana lagi, kan tidak ada pemasukan seperti biasa,” ucapnya.

Perempuan berkerudung ini menyebut bahwa selama sepuluh tahun ia mencari rezeki di Pasar Kahayan, tidak pernah terjadi banjir hingga ke bagian dalam area pasar. Walaupun turun hujan air Sungai Kahayan meluap, tidak sampai masuk ke dalam pasar.

“Selama sepuluh tahun jualan di sini, baru kali ini pasar banjir, rumah kontrakan saya di Jalan Mendawai sudah terendam, sekarang malah dagangan juga ikut terendam,” katanya.Salah satu pembeli yang datang mengaku terpaksa harus ke pasar karena harus membeli keperluan makan. Padahal kondisi rumahnya saat ini juga tengah terendam.“Rumah kami di Jalan Pelatuk terendam banjir juga, kami menyewa di sana, bisa tidak bisa harus masuk,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Exit mobile version