PALANGKA RAYA-Banjir musiman kian parah melanda berbagai daerah di Kalimantan Tengah (Kalteng). Palangka Raya yang merupakan ibu kota provinsi juga ikut terendam. Warga yang tinggal di bantaran Sungai Kahayan dan Rungan merasakan dampak. Hampir dua pekan sudah rumah-rumah warga di permukiman padat penduduk terendam. Bencana banjir bulan ini disebut-sebut lebih parah dibandingkan yang terjadi September lalu.
Status tanggap darurat sudah diberlakukan di Kota Palangka Raya. Pemprov Kalteng juga mengambil langkah tegas menyikapi banjir yang tak disangka-sangka lebih parah ini. Apalagi sampai melumpuhkan jalur trans Kalimantan, baik jalur Palangka Raya ke arah Kotawaringin, Barito-Kahayan, maupun menuju Banjarmasin.
Langkah pertama yang dijalankan pemprov adalah mengevaluasi perizinan korporasi yang mengeruk kekayaan alam di Kalteng. Menyikapi banjir yang melanda Kota Cantik –julukan Kota Palangka Raya, pemprov sudah menyiapkan beberapa rencana jangka panjang untuk pencegahan. Salah satunya, melakukan normalisasi sungai dan merelokasi tempat tinggal warga ke lokasi baru yang aman dari banjir.
“Kondisi ini (mencegah banjir) harus dipikirkan oleh pemerintah pusat maupun daerah, walaupun akan membutuhkan dana yang besar. Termasuk normalisasi sungai, penghijauan di sekitar sungai, dan lainnya. Dan, jika tidak ingin merasakan banjir lagi, maka harus mau direlokasi,” ucap Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran didampingi sang istri saat meninjau sejumlah lokasi banjir di Palangka Raya, Jumat (19/11).
Lokasi baru yang akan dijadikan tempat relokasi warga, kata gubernur, juga akan dipersiapkan dan dipertimbangkan secara matang, sehingga program tersebut bisa terlaksana dengan lancar.
“Ikhtiarnya adalah mengambil langkah-langkah penting. Tetapi yang perlu diketahui adalah adanya perusahaan yang kurang memikirkan kondisi dan dampak lingkungan, akan kami pertimbangkan ke depan bersama pemerintah pusat,” terang gubernur yang dalam kunjungan itu didampingi Wakil Gubernur H Edy Pratowo, Pj Sekda Kalteng H Nuryakin, Kadis PUPR H Shalahuddin, Kadis Perkimtan Leonard S Ampung, dan sejumlah unsur lainnya.
Terjadinya banjir ini, kata gubernur, karena adanya sungai-sungai kecil yang hilang dan terjadi pendangkalan sungai besar. “Kalteng ini berada di antara 11 sungai, sehingga jika tidak serius memperhatikan dampak lingkungan, maka akan mengakibatkan banjir dan lainnya,” kata gubernur.
Menurutnya, terjadi pendangkalan sungai disebabkan karena banyaknya perusahaan baik HTI maupun perkebunan sawit yang menanam sawit dan lainnya hingga ke bibir sungai, dengan jarak hanya 50-100 meter.
“Untuk itu saya minta kepada pemerintah pusat agar beri ketegasan kepada perusahaan. Jarak perkebunan sampai bibir sungai minimal 500 meter, untuk mencegah terjadinya abrasi sungai. Ini menjadi tugas bersama ke depan, baik legislatif maupun eksekutif,” tegasnya.
Termasuk ketegasan menangani aktivitas illegal mining, illegal logging, dan lainnya yang dapat mengakibatkan hilangnya sungai-sungai kecil. Begitu juga terhadap perusahan yang legal, tapi tidak menjaga dan merawat kelestarian lingkungan.
Sudah semestinya setiap korporasi yang beroperasi di wilayah ini tetap memperhatikan aspek kelestarian hutan dan lingkungan.
Kesadaran semua pihak harus digugah, karena alam dan manusia saling membutuhkan. Jangan sampai karena keserakahan manusia, lalu mengakibatkan lingkungan dan alam jadi rusak serta ekosistemnya menghilang.
Selain berkeliling memastikan kondisi banjir, gubernur bersama jajaran juga menyapa masyarakat. Bahkan memborong barang dagangan warga yang berjualan di area Pasar Kahayan, sebagai bentuk perhatian dan kepedulian terhadap sesama yang tengah kesulitan akibat dilanda bencana.
Sementara itu, mengenai wacana normalisasi sungai, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalteng H Shalahuddin mengatakan, sesuai Permen PU Nomor: 4/PRT/M/2015 tentang Kriteria Penetapan Wilayah Sungai (WS), maka wilayah Sungai Kahayan merupakan kewenangan Provinsi Kalteng.
“Terkait program pengelolaan Sungai Kahayan, PUPR sudah menyusun rencana pola pengelolaan wilayah sungai itu dan juga sudah ditetapkan oleh gubernur,” kata H Shalahuddin kepada Kalteng Pos, Jumat (19/11).
Menyikapi masalah banjir saat ini, menurutnya perlu dilakukan analisis mendalam terkait kondisi wilayah tangkapan air hujan, agar dapat mengetahui secara pasti sumber permasalahan. “Kedalaman Sungai Kahayan sangat bervariasi antara 2-20 meter, karena banyak mengalami kerusakan atau pendangkalan akibat kegiatan penambangan ilegal di sepanjang jalur sungai ini,” tambahnya.
Normalnya, kedalaman Sungai Kahayan adalah 8-20 meter. Karena Sungai Kahayan juga merupakan jalur pelayaran, maka diperlukan normalisasi di beberapa titik yang dangkal. Setelah tersusun pola WS Kahayan, akan disusun rencana pengelolaan WS Kahayan melalui tim koordinasi pengelolaan SDA yang akan disusun tim pengurus TKPSDA tahun 2022.
“Jadi, rencana pengelolaan itu akan disusun oleh tim TKPSDA bersama pemerintah dan unsur terkait,” jelas H Shalahuddin.
Penanganan banjir saat ini difokuskan pada penanganan aspek konservasi dan normalisasi sungai pada beberapa titik yang dangkal akibat penambangan ilegal. Karena itu, untuk saat ini pembuatan bendungan dianggap belum perlu.
Tetap Waspada, Curah Hujan Diperkirakan Masih Tinggi
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Palangka Raya memperkirakan hujan masih akan terjadi di wilayah Kalteng selama dua sampai tiga hari ke depan.
“Masyarakat diminta untuk mewaspadai potensi hujan intensitas sedang hingga lebat yang juga disertai petir dan angin kencang pada sebagian wilayah Kalteng,” kata prakirawan cuaca, Renianata kepada Kalteng Pos, Jumat (19/11).
Untuk hari Minggu nanti, potensi hujan intensitas sedang hingga lebat serta petir dan angin kencang diperkirakan terjadi di wilayah Kotawaringin Timur, Katingan, Gunung Mas, Barito Timur, Barito Selatan, Pulang Pisau, Kapus, dan Palangka Raya.
Mengingat saat ini curah hujan masih tinggi, maka masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang bisa ditimbulkan, seperti genangan air, banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang.
“Ketika sedang dalam perjalanan, lalu turun hujan lebat serta angin kencang, sebaiknya berteduh di bangunan permanen yang kokoh. Jangan berteduh di bawah pohon, papan reklame, atau baliho yang rawan roboh,” tutupnya. (nue/ce/ala)