SAMPIT – Harga cabai meroket di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). “Pedasnya” harga Lombok dikeluhkan. Pasalnya, kenaikan itu membuat para pedagang sepi pembeli.
Kondisi itu dikeluhkan oleh salah satu pedagang bernama Mala. Dia menduga kenaikan harga sejumlah bahan pokok termasuk cabai membuat pasar menjadi sepi.
“Saat ini, harga cabai yang kami jual masih tinggi. Rata-rata di atas Rp 150 ribu per kilogram,” ucapnya, Minggu (21/3).
Harga Lombok mengalami kenaikan dua hingga tiga kali lipat. Cabai rawit merah menjadi Rp180 ribu per kilogram dan cabai rawit hijau menjadi Rp150 ribu per kilogram.
Kenaikan harga fantastis itu dinilai jadi faktor sepinya pengunjung pasar. Hal tersebut juga diungkapkan Djoko, pedagang lainnya di Pasar Keramat yang juga menjajakan cabai rawit merah.
“Tiap hari perasaan naik terus harga cabai rawit, tapi enggak mau jualan enggak mungkin, jadi sedikit-sedikit saja (stok penjualan),” kata Djoko
Ia mengaku hanya berani menjual sebanyak satu kilogram cabai rawit merah dalam satu hari. Demikian pula yang dirasakan pedagang lainnya, yakni Suratini.
“Sedikit juga yang beli. Ini cuma nyetok setengah kilogram. Habis juga belum tentu,” kata Suratini.
Terlebih lagi, daya beli masyarakat telah turun dengan adanya pandemi Covid-19.
Para pedagang berharap segera ada intervensi dari pemerintah akan lonjakan harga cabai rawit merah selama beberapa hari terakhir ini.
Imbasnya dari meroketnya harga cabai ini para pengusaha harus mengeluarkan modal yang lebih besar dari biasanya. Pengusaha rumah makan lainnya juga mengeluhkan hal yang serupa.
“Ya pengeluaran kami jadinya naik, jadi lebih banyak sekarang,” kata pengusaha salah satu rumah makan padang di kawasan Jalan Mt Haryono.
Terlebih lagi, pemasukan para pengusaha juga menurun semenjak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.(nis/pk)