Site icon KaltengPos

Catatan Kalteng Pos Liputan PON Papua (3/selesai): Noken Cendera Mata, Ekonomi Warga Bergeliat

Mama-mama dari UMKM Sersa memamerkan kerajinan tangan Pon XX Papua 2021 di Venue Layar Pantai Hamadi, Komplek TNI AL, Kota Jayapura. Rabu (6/10/2021). (Foto : PB PON XX PAPUA 2021/ Nicklas Hanoatubun)

PON XX yang dilaksanakan di Provinsi Papua berdampak positif bagi perekonomian masyarakat lokal. Pesta olahraga empat tahunan ini menjadi pintu rezeki yang menambah pendapatan mereka.

EMANUEL LIU, Jayapura

KESUKSESAN penyelenggaraan PON XX Papua 2-15 Oktober menjadi bukti kemajuan Papua. Tak hanya setara dengan kota-kota lain di Indonesia, tapi juga sama dengan negara-negara di Asia Pasifik. PON XX ini mempertandingkan 37 cabang olahraga, yang diikuti oleh lebih dari 10.000 atlet dan ofisial dari 34 provinsi di Indonesia. Lebih dari dua minggu puluhan ribu orang datang dan tinggal di tanah Papua. Tentu berefek positif bagi perekonomian. Perputaran uang di Bumi Cendrawasih langsung meningkat. Masyarakat lokal merasakan dampak positif yang luar biasa.

Ditunjuknya Papua sebagai tuan rumah penyelenggara PON tahun ini disambut bahagia oleh masyarakat setempat. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa PON XX Papua merupakan bukti kemajuan Papua. Mereka punya kesiapan infrastruktur serta sumber daya masyarakat. Merupakan suatu kebanggaan, karena ini merupakan PON pertama yang diselenggarakan di tanah Papua.

“Perasaan saya dan perasaan saudara-saudara pasti sama. Kita bangga berada di tanah Papua dan kita bangga berada di stadion terbaik di Asia Pasifik ini. Kita bangga membuka PON XX, PON yang pertama kali diselenggarakan di tanah Papua,” ucap Presiden Jokowi.

Penyelenggaraan PON XX ini langsung mendongkrak perekonomian masyarakat lokal. Terlebih ketika noken (tas khas Papua) dipilih sebagai cendera mata. Noken merupakan ikon kearifan lokal Papua. Punya fungsi sebagai alat untuk membawa barang-barang. Juga telah diakui UNESCO sebagai warisan kebudayaan.

Sebanyak 25.000 noken menjadi cendera mata resmi PON XX Papua bagi atlet maupun ofisial. Cendera mata ini terwujud berkat kolaborasi BP PON dengan mama-mama Papua, yang diberi lokasi khusus untuk menjual noken ini.

Noken terbuat dari serat kulit kayu. Fungsinya sama dengan tas pada umumnya. Yakni digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari. Perbedaannya hanya pada cara memakainya. Masyarakat Papua biasa menggantung tali noken di kepala. Berbeda dengan tali tas pada umumnya yang digantung orang-orang di bahu.

Noken terbuat dari anyaman tali. Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian, seperti sayur dan umbi-umbian. Juga sering dipakai untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar. Karena keunikannya itu, noken didaftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia.

Tempat jualan noken tak hanya ditemukan di venue pertandingan atau perlombaan setiap cabang olahraga, tapi juga dijual di pinggiran jalanan, pasar, pertokoan, dan tempat lainnya. Mama-mama Papua tampak setia menjajakan dagangan mereka, walau terkadang tak laku dan harus dibawa pulang ke rumah.

Diakui mereka bahwa momen pelaksanaan PON XX kali ini membuka pintu rezeki. Hasil penjualan mereka naik sampai tiga kali lipat. Bukan hanya dibeli oleh para kontingen, atlet, dan pejabat., tapi juga Presiden Joko Widodo saat pembukaan PON awal Oktober lalu.

Hasil penjualan noken tersebut dipergunakan untuk membiayai sekolah anak-anak mereka, belanja keperluan sehari-hari, serta belanja untuk kebutuhan lainnya.

“Memang harga jualnya bervariasi, mulai dari Rp50 ribu hingga Rp300 ribu. Bahkan ada yang lebih mahal lagi. Tergantung bahan dan kesulitan anyamannya,” kata Mama Esi saat dibincangi Kalteng Pos di Papua, beberapa waktu lalu.

Mereka berharap perhatian pemerintah pusat untuk masyarakat Papua tidak hanya saat penyelenggaraan pesta olahraga nasional ini. Harus berlanjut dan berkesinambungan, guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Karena penasaran, saya (wartawan Kalteng Pos) bersama rekan wartawan tertarik untuk membeli tas khas Papua itu, walaupun dengan jumlah terbatas, karena khawatir kelebihan muatan bagasi saat penerbangan pulang ke Kalteng.

Ada beberapa pedagang yang manjual dagangannya tanpa ingin ditawar pembeli, karena menurut mereka harga jual itu sudah cukup murah. Namun ada juga yang bersedia ditawar, walau selisih harganya sangat tipis.

Sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan atas semangat mama-mama Papua yang tak kenal lelah, beberapa pembeli langsung memborong tanpa menawar. Ada yang beli 5, 10, bahkan 20 noken untuk dijadikan buah tangan atau oleh-oleh.

Beberapa pace dan mace yang dibincangi, berharap bukan hanya PON saja yang digelar di Bumi Cendrawasih, tapi juga event olahraga lainnya.

Sementara itu, Ketua Umum KONI Kalteng H Eddy Raya Syamsuri menyebut bahwa Papua memiliki keindahan alam yang eksotik. Kontingen semua provinsi, termasuk Kalteng, sangat bangga bisa berada di tanah Papua.

“Ini sebagai bukti bahwa kita semua cinta Papua dan Papua merupakan bagian dari NKRI. Kita berterima kasih kepada pemerintah pusat yang telah memilih Papua sebagai tuan rumah penyelenggaraan PON XX. Karena kecintaan kita dan rasa persatuan dan kesatuan, walaupun jarak tempuhnya jauh, kita nikmati perjalanan maupun selama berada di Papua,” tuturnya.

Pelaksanaan PON XX Papua kiranya menjadi bahan evaluasi bagi semua daerah dalam upaya pembinaan olahraga dan mencetak bibit-bibit atlet berbakat yang dapat dipercayakan membela Merah Putih di ajang olahraga internasional. Sampai jumpa di PON XXI Provinsi Aceh dan Sumatera Utara pada 2024 mendatang. (*/ce/ala)

Exit mobile version