PULANG PISAU-Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah XVI Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mengungkap penyebab runtuhnya dermaga feri di Dusun Palambahen, Desa Pangkoh Hulu, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau. Sebagaimana diketahui, dermaga yang masih dalam proses pengerjaan itu ambruk pada Minggu (23/1).
Kepala BPTD Wilayah XVI Provinsi Kalteng Buang Turasno mengungkapkan, runtuhnya konstruksi dermaga feri itu berawal ketika terjadi air pasang sungai pada Sabtu malam (22/1). “Kondisi itu menyebabkan tanah yang baru ditimbun dipenuhi air dan menjadi jenuh,” kata Buang Turasno ATD MT saat dihubungi Kalteng Pos, Senin (24/1).
Selanjutnya, kata dia, pada Minggu pagi (23/1) hingga siang air mulai surut, sehingga tanah dan air mendorong sheet pile ke arah sungai. Karena volumenya sangat besar dan berat, mengakibatkan tiang pancang bagian depan terdorong. “Karena sudah menjadi satu kesatuan, maka tiang pancang lainnya ikut terdorong juga,” ujarnya.
Menurut dia, kedalaman tiang pancang juga sudah sampai pada titik dasar terpadat, karena sudah dilakukan tes pile driving analyzer (PDA) saat pemancangan. “Ini bisa terlihat dari sheet pile yang patah. Artinya, tiang pancang itu tidak bergerak,” sebutnya.
Selain itu, lanjut Buang, umur beton dermaga baru 14 hari, sehingga longsoran tanah yang mendorong sheet pile tidak dapat ditahan oleh konstruksi dermaga. “Karena umur beton baru 14 hari. Standar umur beton itu 28 hari, barulah benar2 kuat” ungkap Buang.
Saat kejadian, dermaga masih dalam proses pengerjaan alias belum selesai. Realisasi keuangan sudah 80 persen. Buang juga mengaku, selain telah menurunkan tim, sesaat setelah kejadian itu langsung dilakukan pemanggilan terhadap pihak pelaksana, yakni PT Gelora Megah Sejahtera. Buang memastikan bahwa pihak pelaksana siap bertanggung jawab penuh atas ambruknya dermaga itu.
“Pihak pelaksana siap untuk mengadakan perbaikan dan membangun kembali dermaga itu, sehingga dapat berfungsi kembali seperti semula,” tegas dia.
“PPK bersama pihak terkait juga sudah turun ke lapangan untuk melihat langsung kondisi. Selain itu, tim dari Jakarta juga akan segera turun untuk memantau langsung di lokasi,” katanya.
Buang mengaku, pengerjaan dermaga itu telah dilakukan sesuai dengan desain dan ketentuan. “Kami juga mendokumentasikan setiap tahap pekerjaan. Namun kondisi alam inilah yang di luar perkiraan,” ujarnya.
Dia menambahkan, dermaga yang mengalami longsor itu terletak di Dusun Palambahen, Desa Pangkoh Hulu. Biaya pembangunan untuk pembangunan dua dermaga, yakni dermaga di Palambahen dan Pangkoh sebesar Rp11.683.636.000. “Anggaran sebesar Rp11.683.636.000 untuk dua dermaga (sepasang) sisi kiri dan kanan DAS Kahayan,” tandasnya. (art/nue/ce/ala)