Bertepatan dengan momentum HUT ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), wajah baru menghiasi halaman Markas Korem 102/Pjg. Patung Panglima Jenderal Soedirman dan Garuda Pancasila menjadi ikon baru. Goniarto merupakan seniman di balik pembuatan dua patung yang diresmikan pada 17 Agustus lalu.
AGUS JAYA, Palangka Raya
SEMARAK HUT ke-76 Kemerdekaan RI begitu terasa di Markorem 102/Pjg. Bertepatan dengan hari bersejarah itu diresmikan patung Panglima Jenderal Soedirman dan Garuda Pancasila. Goniarto adalah seniman patung yang berhasil menyelesaikan pembuatan dua ikon di markas TNI-AD, Jalan Imam Bonjol, Palangka Raya.
Goniarto Jaya Santosa merupakan seniman patung yang ditunjuk pihak Makorem 102/Pjg untuk membuat dan merancang kedua patung tersebut. Goniarto mengaku sangat tersanjung melihat dua patung karya tangannya itu berdiri gagah di depan halaman Makorem 102/ Pjg.
“Saya senang melihat patung buatan saya bisa menjadi ikon dan kebanggaan di Korem 102/Pjg, sangat tersanjung,” kata Goniarto saat ditemui Kalteng Pos di kediamannya, Jalan Piranha XIX Nomor 30, Kota Palangka Raya, Senin (23/8 ).
Kepada Kalteng Pos Guniarto menceritakan keterlibatannya dalam pembuatan dua patung ini. Berawal sekitar awal tahun 2021 lalu, muncul ide dari Danrem 102/Pjg Brigjen TNI Purwo Sudaryanto untuk membuat monumen patung Panglima Besar Jenderal Soedirman di depan Markas Makorem 102/Pjg.
Untuk merealisasikan itu, pihak Korem 102/ Pjg kemudian mencari seniman pembuat patung di wilayah Kalteng dan Kota Palangka Raya. Setelah menyaring informasi dari berbagai sumber, pihak Korem 102/Pjg memutuskan untuk memilihnya.
Goniarto mengaku bahwa dirinya memang dikenal sebagai seniman pembuat patung. Dan ia sering mendapat pesanan membuat berbagai patung untuk keperluan hiasan taman ataupun keperluan lain.
“Dulu saya sering dapat order membuat patung kijang atau binatang lainnya untuk hiasan di taman pesananan instansi, dinas, maupun perorangan. Termasuk patung pak polisi yang dipasang di perempatan-perempatan jalan, juga patung empat kesatria Dayak yang dipasang di daerah perbatasan Kalbar,” tutur Goniarto.
Singkat cerita, Goniarto pun dipanggil pihak Korem/102 Pjg untuk menemui danrem dan kasrem.
“Saya dipanggil, disuruh menghadap dan bertemu langsung orang nomor satu dan nomor dua di korem ini,” ujar Guniarto sambil tertawa.
Dalam pertemuan bertiga itu, Danrem Brigjen TNI Purwo Sudaryanto menyampaikan keinginannya untuk membuat monumen patung Panglima Besar Jenderal Soedirman di depan Markas Korem 102 /Pjg. Goniarto pun menyanggupi permintaan danrem.
“Saya ditanya sama Pak Danrem, tiga bulan bisa selesai, saya jawab siap” ujar pria yang akrab disapa pak Goni ini.
Kemudian Goniarto membuat sketsa patung Panglima Besar Jenderal Soedirman. Berbagai data yang diambil dari foto-foto dokumen Jenderal Soedirman saat memimpin perjuangan dikumpulkannya. Menurut keterangan Goniarto, awalnya ia mengusulkan posisi patung Jenderal Soedirman dibuat dalam posisi berdiri memberi hormat.
Namun karena sudah ada banyak patung Jenderal Soedirman dalam posisi seperti itu, Danrem 102/Pjg pun mengusulkan untuk membuat patung dalam posisi lain. Akhirnya disepakati membuat patung Jenderal Soedirman dalam posisi berdiri gagah sambil memegang tongkat kayu.
“Patung Jenderal Soedirman dalam posisi itu sebagai penyemangat, maksudnya supaya masyarakat Kalteng selalu bersemangat dalam menghadapi kondisi apapun, meniru semangat Jenderal Soedirman yang pantang menyerah,” terang Goniarto menjelaskan filosofi patung Jenderal Soedirman itu.
Sesudah konsep patung disetujui, Goniarto pun mulai mengerjakan patung itu di rumahnya, Jalan Piranha Nomor 30 yang sekaligus merupakan sanggar miliknya. Dalam pembuatan patung yang memakan waktu sekitar 3 bulan itu, Goniarto dibantu beberapa tukang. “Untuk awalnya saya dibantu tukang untuk pengecoran dengan konstruksi berdasarkan petunjuk saya, terus untuk finishing-nya saya sendiri yang kerjakan,” ucapnya.
Patung itu selesai dikerjakan pada akhir Mei 2021. Goniarto menyebut, tinggi patung dari sepatu hingga kepala mencapai 3 meter, dengan tambahan alas sekitar 15 cm. Bahan yang digunakan untuk membuat patung itu adalah campuran semen serta kerangka besi dengan kawat ram.
“Untuk patung Jenderal Soedirman beratnya kira-kira dua sampai tiga ton,” katanya yang mengaku memerlukan bantuan forklif untuk mengangkat dan memindahkan patung tersebut dari rumahnya ke truk.
Rupanya Danrem 102/Pjg cukup puas dengan patung buatan Goniarto. Jenderal bintang satu itu kemudian memanggil Goniarto dan memintanya untuk membuat satu patung lagi, yakni patung Garuda Pancasila.
“Pak Danrem kepingin buat ikon pemersatu yaitu Garuda Pancasila dengan teks semboyan Bhinneka Tunggal Ika, supaya masyarakat yang hidup dan tinggal di Kalteng ini selalu ingat bahwa walaupun berbeda beda etnis, agama, dan lainnya, tapi tetap satu bangsa,” ujar Goniarto menirukan ucapan danrem kala meyampaikan permintaan untuk pembuatan patung Garuda Pancasila.
Goniarto pun menyanggupi permintaan tersebut. Pembuatan patung Garuda Pancasila berhasil diselesaikan sekitar 3 hari sebelum diresmikan pada 17 Agustus 2021.
“Kami harus kerja sampai sore untuk mempercepat penyelesaian patung itu supaya bisa diresmikan tepat pada 17 Agustus,” ujarnya.
Goniarto mengaku bahwa kerampilan membuat patung sudah dimilikinya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Diakuinya bahwa memang sejak SMP ia sudah tertarik dengan dunia seni ukir-ukiran. Kala itu Goniarto masih tinggal di kampung halamannya di Yogyakarta.
“Saya mulanya belajar ukir-ukiran khusus ukiran jepara, karena kebetulan saya dekat dengan guru saya yang merupakan orang Jepara, terus waktu mau masuk di SMA, saya juga mulai membuat patung,” ujar Goniarto yang mengaku sudah sering ikut pameran patung dan ukiran sejak duduk di bangku SMA.
“Bahkan itu jadi pengalaman pertama saya mendapat penghasilan sendiri. Ya, dari menjual patung dan ukiran. Kebetulan patung pak tani buatan saya habis diborong saat pameran,” kata Goniarto.
Ia mengaku saat ini sedang menggarap dan menyelesaikan beberapa pesanan pembuatan patung.
“Ini ada patung kuda dan macan pesanan perorangan, sedang saya selesaikan,” katanya sembari menunjuk ke arah patung yang dimaksud.
Selain sebagai seniman patung, Goniarto juga dikenal sebagai perajin berbagai kerajinan tangan. Bersama sang istri Diah Purwati MJ ST MSi yang merupakan pegawai di lingkup Pemprov Kalteng sering diminta memberi pelatihan kerajinan.
Goniarto menuturkan, sejak dilanda pandemi Covid-19, kehidupan para seniman patung di Kota Cantik ini sangat terdampak. Sebab, daya beli masyarakat menurun seiring kemunduran ekonomi di masa pandemi.
“Terlebih lagi saat ini ke mana-mana dibatasi, ngumpul juga dilarang, jadi orang pada jarang jalan-jalan untuk melihat patung yang dibuat perajin patung,” ucapnya.
Goniarto berharap agar pemerintah daerah melalui dinas terkait memberi perhatian kepada para seniman atau perajin patung yang ada di Kalteng ini.
“Kami berharap segera ada perhatian dari pemerintah, mungkin bantuan dari pemerintah untuk para perajin secara umum sudah ada, tetapi kalau khusus untuk seniman patung belum ada sampai sekarang,” pungkasnya. (*/ce/ala)