KUALA KURUN – Tahun 2022, ada 100 hektare lahan dialokasikan untuk pengembangan tanaman jagung hibrida di Kabupaten Gunung Mas (Gumas). Lahan tersebut tersebar di Kecamatan Sepang yakni lima hektare, Mihing Raya 10 hektare, Kurun 48 hektare, Tewah 12 hektare, Rungan Hulu lima hektare, dan di Kecamatan Manuhing 25 hektare.
“Salah satu kelompok tani (poktan) yang berhasil mengembangkan tanaman jagung hibrida adalah Poktan Katur 1 di Desa Sepang Kota, Kecamatan Sepang. Lahan siap panen seluas lima hektare sesuai luasan alokasi lahan,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gumas Letus Guntur, Kamis (19/1).
Meski baru pertama kali, menurut dia, Poktan Katur 1 dinilai berhasil mengembangkan tanaman jagung hibrida. Berdasarkan hitungan ubinan atau perkiraan hasil panen, setiap lahan seluas satu hektare akan didapat hasil produktivitas sebanyak 8,8 ton jagung pipil kering panen. “Ke depan kami ingin Poktan Katur 1 juga dapat memanfaatkan lahan dengan menerapkan pola pertanian terpadu,” ungkapnya.
Dalam pengembangan jagung hibrida, dari Dinas Pertanian memberikan bantuan sarana produksi pertanian (saprodi), berupa benih jagung hibrida, pupuk dan obat-obatan. Sedangkan pada proses pembukaan lahan, sepenuhnya dilakukan secara swadaya oleh Poktan Katur 1.
“Kami ingin Poktan Katur 1 dapat meningkatkan luasan lahan tanaman jagung hibrida, sehingga bisa menjadi pusat pemberdayaan masyarakat berbasis pertanian. Mari tingkatkan indek pertanaman yang dilakukan dua sampai tiga kali dalam satu tahun,” ujarnya.
Letus mengakui, memang ada beberapa kendala di lapangan dalam pengembangan tanaman jagung hibrida, diantaranya curah hujan yang cukup tinggi, serangan hama penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan tingginya harga saprodi.
“Dengan kendala tadi, kami berharap itu bukan menjadi penghalang seluruh poktan untuk terus menggeluti usaha tanaman jagung hibrida. Harus selalu semangat,” tegasnya.
Sejauh ini, tambah dia, dinas pertanian akan tetap konsisten lakukan pembinaan dan pengembangan komoditas jagung hibrida. Kalau dari sisi luasan, memang mengalami penurunan, tetapi kalau dari sisi prm,oduktivitas ada kenaikan.
“Penurunan luasan ini berkaitan dengan kebijakan teknis yang dilakukan, dengan pemilihan dan penetapan petani yang ikut serta pengembangan jagung hibrida melalui monev,” tandasnya. (okt)