PALANGKA RAYA-Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan Lilis Suriani mengatakan, bahwa jumlah produksi pangan saat ini tidak mengalami banyak perubahan dan masih dapat dikatakan stabil. Namun, permasalahan krisis pangan tetap dapat terjadi ke depannya.
Diungkapkannya, petani selaku kunci dari penyedia pangan selama masa pandemi ini diharapkan dapat tetap sehat dan bekerja dengan maksimal. Permasalahannya adalah sekarang ini jumlah petani banyak yang tergolong masuk ke usia tua, minim sekali jumlah petani yang berasal dari kalangan milenial.
“Hal ini dapat berpengaruh pada produktivitas pangan. Mirisnya, penggusuran dan kriminalisasi terhadap petani juga kerap terjadi, bahkan pada masa-masa pandemi seperti ini yang diharapkan masyarakat dapat saling berempati satu sama lain,” katanya, belum lama ini.
Dijelaskannya, permasalahan lain yang berkaitan dengan pangan adalah ketersediaan lahan. Lahan pertanian kerap kali dialihfungsikan untuk keperluan yang lainnya. Akibatnya, lahan untuk bertani menjadi semakin sempit.
“Pemerintah harus mengambil langkah dalam mencegah terjadinya krisis pangan. Dimulai dari menyejahterakan petani melalui bantuan dan fasilitas seperti misalnya bantuan relaksasi kredit kepada para petani kurang mampu,” jelasnya.
Ia memyebut, para petani juga sebaiknya dikenalkan dengan teknologi untuk membantu mereka dalam mendistribusikan serta menjaga kestabilan harga produk pangan dimasa pandemi seperti ini. Harapannya agar para petani lokal difasilitasi dengan menghidupkan lumbung pangan yang sudah terbangun dibeberapa wilayah agar produktifitas perekonomian petani kembali bergairah.
“Terlebih lagi dengan telah dicanangkannya Kalteng sebagai lumbung pangan nasional dengan adanya wilayah food estate, perlu mempersiapkan para petani milenial agar produksi pertanian bisa menjadi andalan dan benar-benar menyejahterakan masyarakat tani Kalteng,” ucapnya.
Selain itu, kata dia, pemerintah juga dianggap perlu untuk memetakan potensi-potensi pertanian yang ada, melakukan stabilisasi harga pangan, melakukan konsolidasi terkait lahan pertanian, dan juga membuat regulasi-regulasi yang berkaitan dengan permasalahan pangan yang ada.
“Masyarakat juga dapat ikut andil dalam menjaga ketahanan pangan untuk menghindari adanya krisis pangan. Masyarakat memiliki peluang untuk membangun kedaulatan dan kemandirian pangan,” tegasnya.
Ia menambahkan, dalam masa pandemi seperti ini, masyarakat cenderung menjadi lebih kreatif dan bisa berkreasi untuk mengakali situasi yang ada. Termasuk halnya dalam menjaga akses terhadap pangan.
“Walaupun telah ada program oleh Dinas Ketahanan Pangan seperti kegiatan wawasan rumah pangan lestari (KRPL), pekarangan pangan mandiri (P2L) dan kawasan mandiri pangan (KMP), namun masyarakat diharapkan memiliki kesadaran untuk melakukan penanaman mandiri minimal untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri,” ujarnya.
Ada banyak sekali cara untuk melakukan penanaman mandiri seperti misalnya urban farming dan juga melakukan penanaman dengan metode hidroponik dengan memanfaatkan lahan-lahan yang ada di rumah. (abw/uni)