Site icon KaltengPos

Antraks dapat Menular dari Hewan ke Manusia

FOTO: dr Pande Putu Gina

PULANG PISAU-Kemunculan kembali antraks mendapat perhatian Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau dr Pande Putu Gina mengajak masyarakat untuk mengenali gejala antraks.

Pande mengungkapkan, ada beberapa gejala antraks pada hewan. Di antaranya, mati mendadak. Hewan berputar-putar dan gigi gemertak. Demam tinggi, tidak nafsu makan, gelisah, sesak napas, kejang. Keluar darah berwarna kehitaman dan encer dari lubang-lubang tubuh.

Terakhir, kata dia, pembengkakan di area leher, dada, sisi perut, pinggang dan kelamin luar. “Umumnya antraks menyerang hewan pemakan rumput. Seperti kambing dan sapi,” kata Pande.

Dia menambahkan, antraks pada hewan dapat dicegah. Yakni melalui vaksinasi hewan ternak secara rutin di daerah endemik, jangan memberi makan hewan dengan pakan yang berasal dari daerah yang memiliki riwayat kasus antraks.

Bersihkan kandang setiap hari. Pastikan luas kandang cukup untuk bergerak dan pisahkan hewan yang sakit dengan hewan yang sehat.

Apakah antraks bisa menular pada manusia dan bagaimana gejala yang timbul? Pande menjelaskan antraks dapat menular dari hewan ke manusia. “Namun antraks tak dapat menular dari manusia ke manusia,” jelas Pande.

Ada beberapa gejala antraks pada manusia. Di antaranya, infeksi melalui kulit. Yakni kelainan kulit biasanya terjadi di bagian tubuh yang terbuka. Seperti kaki, tangan, leher dan wajah. Selanjutnya munculnya eschar atau jaringan hitam pada kulit.

Gejala selanjutnya, infeksi melalui saluran pencernaan. Dengan ciri, demam, gangguan menelan, mual, diare, muntah. Pembengkakan pada leher dan dada. Sakit perut hebat dan bengkak. Mintan dan BAB darah.

Terakhir, kata dia, infeksi melalui pernapasan. Dengan ciri, demam, lemah, batuk kering, sesak napas, denyut jantung cepat. “Penularan antraks dapat terjadi melalui kontak hewan terinfeksi atau menghirup spora antraks,” jelas Pande.

Untuk mengantisipasi antraks, Pande mengimbau masyarakat tidak menyembelih, mengolah, dan mengonsumsi hewan yang sakit atau yang sudah mati. Mengonsumsi daging dari hewan yang sehat dan dimasak dengan sempurna/sampai matang.

Jika bergejala, sakit, dan atau mempunyai riwayat kontak dengan hewan yang sakit segera berkunjung ke fasilitas kesehatan. “Bila menemukan hewan yang sakit dan mati segera lapor ke dinas yang membidangi Kesehatan Hewan. Menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan sekitar,” tandasnya. (art)

Exit mobile version