Site icon KaltengPos

Gelontor UMKM Dana Rp161,2 Triliun

TERDAMPAK PANDEMI: Pemerintah menganggarkan ratusan triliun dana pemulihan ekonomi nasional untuk UMKM. Salah satu pelaku UMKM di Pasar Kahayan Palangka Raya, menjualkan obat herbal tradisional, baru-baru ini. (FOTO: PATHUR RAHMAN/KALTENG POS)

JAKARTA–Persebaran SARS-CoV-2 sangat berdampak terhadap bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tidak sedikit pelaku usaha yang merogoh kocek sendiri untuk menutup biaya operasional. Bahkan, ada yang terpaksa menutup usahanya.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop-UKM) Teten Masduki menyatakan, sinergi dan dukungan pemerintah sangat dibutuhkan pelaku UMKM. Oleh karena itu, dia mengajak seluruh stakeholder bergandengan, berurun rembuk, berurun daya, dan berkonsolidasi membangkitkan UMKM.

“Mari berjuang beriringan demi pahlawan ekonomi bangsa, para UMKM,’’ ucap Teten dalam peringatan Hari UMKM Nasional secara virtual Kamis (12/8).

Di sisi lain, pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi pengusaha kecil bertransformasi ke arah yang lebih baik. Meningkatkan kreasi, inovasi, dan kolaborasi untuk bisa beradaptasi. Meskipun, hal tersebut juga tidak mudah. Sebab, 99 persen pelaku UMKM didominasi usaha mikro skala kecil yang informal.

Total ada 64 juta UMKM di Indonesia. Sekitar 30 juta pelaku usaha bangkrut. Per 30 Juni 2021, tercatat baru 2,6 juta UMKM yang terdata di sistem perizinan online terpadu. Selain itu, masih 22,7 persen atau sekitar 14,6 juta pelaku usaha yang go digital.

Teten menyebutkan, pemerintah telah menganggarkan Rp 161,2 triliun dari dana pemulihan ekonomi nasional untuk UMKM. Di antaranya, bantuan presiden untuk 12,8 juta UMKM. Tambahan subsidi bunga kredit usaha rakyat (KUR) 3 persen dengan alokasi anggaran Rp 3,45 triliun. ’’Itu upaya pemerintah untuk meredam tantangan pandemi,’’ terangnya.

Sementara itu, pada Hari UMKM Nasional, para pelaku industri e-commerce juga ikut menyampaikan semangat mereka untuk mendorong pelaku usaha kecil di Indonesia. Digitalisasi dianggap sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan akses pasar secara signifikan.

Head of New Retail Tokopedia Karina Susilo menyatakan bahwa jumlah mitra di Tokopedia mencapai jutaan di 500 kabupaten dan kota seluruh Indonesia. ’’Angka tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan dua tahun yang lalu,’’ ujarnya Kamis (12/8).

Tren positif penambahan mitra juga dirasakan Bukalapak. Perusahaan yang baru-baru ini melantai di bursa tersebut mencatatkan mitra sebanyak 8 juta. Emiten berkode BUKA itu mengklaim bahwa pangsa pasar warung digitalnya mencapai 39 persen di Indonesia. Total nilai proses bisnis mitra agen dan warung pun rerata tumbuh 105 persen per tahun sejak 2018.

President Director Bukalapak Rachmat Kaimuddin menyatakan bahwa salah satu strategi pihaknya adalah mendorong warung, pasar di daerah, dan aplikasi super (superapp) untuk mendongkrak keuntungan. ’’Kami fokus memperkuat UMKM, khususnya di luar lima kota besar di Indonesia. Ini karena kami melihat di situ pasar yang paling membutuhkan layanan seperti Bukalapak. Kami menjadi pemain teknologi terbesar di segmen ini,’’ ujarnya.

Ketua Indonesian E-Commerce Association (idEA) Bima Laga menegaskan bahwa pada masa pandemi, mitra baru e-commerce tumbuh pesat. ’’Mereka yang sebelumnya menjalankan usaha secara konvensional atau offline, kini mau tidak mau, untuk bisa bertahan, akhirnya beralih ke online,’’ ucapnya. Selain untuk menekan biaya operasional, misalnya sewa tempat, mitra penjual tersebut mencoba meraih pasar baru yang ditawarkan industri digital. Belum lagi pekerja yang terkena pemutusan kerja, mereka juga mencoba mencari pendapatan dari berjualan online. ’’Mendorong pelaku usaha untuk onboard ke platform e-commerce sebagai salah satu upaya menyelamatkan dan mengembalikan perekonomian Indonesia, terutama para pelaku UMKM yang menjadi pihak paling terdampak pandemi,’’ tambahnya. (han/agf/c12/dio/jpg/ala)

Exit mobile version