SAMPIT– Ani, ibu kandung dari Iwan, pemuda yang diduga menjadi korban peradangan orang akhirnya melapor ke pihak kepolisian. Perempuan berusia 41 tahun itu bertolak dari Desa Patai menuju Mapolsek Cempaka, Kamis pagi (17/11/2022).
Meski sempat ditolak dan diarahkan melapor ke kantor Imigrasi, anggota polisi akhirnya menerima laporan yang bersangkutan. Laporan yang diterima adalah laporan orang hilang.
“Terhadap laporan ini akan dilakukan penyelidikan lebih lanjut,”kata anggota polisi yang menerima pengaduan kepada Kalteng Pos.
Usai melapor, Ani menyampaikan, awalnya ia tak mengetahui jika anak laki-lakinya itu telah berada di Malaysia. Sebab sebelumnya tidak pernah bercerita soal rencana menjadi tenaga kerja di luar negeri. Ani hanya melihat anaknya dijemput oleh travel pada Selasa lalu (8/11/2022).
“Saya tahunya dia ke Kalbar karena dijanjikan pekerjaan di kafe. Saya tidak tahu kalau dia berangkat ke Malaysia,” ucapnya.
Melalui pesan WhatsApp, Iwan mengaku tidak bisa keluar dari Malaysia karena tidak memiliki paspor. Karena mereka masuk ke Malaysia melalui jalur ilegal.
Saat ini tidak bisa berbuat apaapa. Apalagi selalu diawasi saat bekerja. “Dia bilang tidak bisa keluar karena tidak punya paspor. Kalau nekat, bisa ditangkap polisi Malaysia,” ujarnya.
Segala upaya telah dilakukan Ani. Di antaranya mengumpulkan uang dari kerabat Iwan untuk memulangkannya.
Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil, karena Iwan tidak punya paspor. “Saya harap anak saya secepatnya bisa kembali ke Indonesia,” harapnya.
Sementara itu, Nurjanah, kakak kandung Ani yang menemaninya melaporkan peristiwa ini mengatakan,
pihak Polsek Cempaga juga meminta mereka untuk datang lagi hari ini untuk bertemu kanit yang menangani laporan tersebut.
“Kata petugas yang menerima laporan kami tadi, kami disuruh datang lagi besok (hari ini, red),” ucapnya.
Terkait upaya lain, pihak keluarga juga akan berusaha meminta bantuan ke Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur.
“Rencananya kami akan ke kantor bupati meminta bantuan dan solusi agar bisa memulangkan Iwan,” tutur Nurjanah.
Dari keterangannya, diketahui Iwan merupakan anak tertua dan belum berkeluarga. Iwan juga merupakan tulang punggung keluarga. Sebelum berangkat, Iwan sudah satu bulan tinggal di rumah. Sebelumnya Iwan pernah bekerja di sebuah perusahaan perkebunan sawit.
“Dia dulu ikut pamannya bekerja di PT Agro Bukit, tapi sudah berhenti,” terangnya. Lebih lanjut dikatakannya, berdasarkan komunikasi terakhir, Iwan meminta agar secepatnya dijemput pulang ke Indonesia.
Iwan mengaku takut orang-orang di Malaysia, khususnya di tempat kerjanya, terlebih dahulu mengetahui perihal kasus ini.
“Dia takut kalau orang tahu dia ada melapor, terus ponselnya disita dan dipindahkan ke tempat yang dia tidak bisa menghubungi kami lagi,” kata Nurjanah.
Dari cerita keponakannya itu, pihak keluarga mengetahui bahwa Yuda, teman anaknya yang berasal dari Sampit, yang semula tinggal di bengkel tersebut, sudah dipindahkan ke tempat lain.
“Temannya yang dari Sampit itu sudah dibawa orang, jadi mereka sekarang lost kontak,” kata Nurjanah.
Nurjanah mengungkapkan, dari penjelasan Iwan, semua keluarga dari teman-temannya yang berangkat
ke Malaysia, tak ada yang tahu soal keberadaan mereka. Untuk itu, kemungkinan besar pihak keluarga dari rekan-rekan keponakannya itu tidak mengetahui kalau anggota keluarga mereka sudah menjadi korban perdagangan manusia.
“Coba saja bapak datangin rumah teman Iwan yang dari Sampit, atau rumah temannya yang bernama Tarung, kata Iwan orang Palangka, tinggalnya di Jalan Cempaka, mereka pasti enggak tahu kalau anaknya ada di Malaysia,” katanya.
Nrjanah sendiri mengharapkan bantuan dari pihak-pihak terkait untuk bisa membantu memulangkan Iwan dan teman-temannya.
Ketika Kalteng Pos mendatangi Kantor Perwakilan Kementerian Hukum dam Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Kalteng untuk menanyakan prosedur yang bisa ditempuh korban perdagangan orang untuk dipulangkan, sayangnya pimpinan sedang tidak berada di tempat.
“Maaf mas, pimpinan sedang padat jadwal, begitu juga dengan para bawahannya, mungkin bisa nanti mas,” ucap salah satu pegawai.
Begitu pun saat Kalteng Pos mendatangi Kantor Imigrasi Palangka Raya. “Pimpinan tidak ada di tempat mas, begitu juga dengan yang lainnya,” ucap seorang pegawai.
Diberitakan sebelumnya, Iwan mengaku menjadi korban perdagangan orang. Sejak 12 November lalu ia menginjakkan kaki di Negeri Jiran, Malaysia. Iwan tak sendiri. Ada lima rekannya yang juga mengalami nasib yang sama.
Mereka adalah Yuda, Sandy, Tarung, Juna, dan Ari. Iwan, pemuda asal Desa Patai, Kecamatan Cempaga ini sekarang bersama Yuda. Satu kamar. Dipekerjakan pada salah satu bengkel mobil di Sarawak, Malaysia. (bah/sja/irj/ce/uni/ram)