SAMPIT–Meski Hari Raya Idulfitri masih cukup lama, ribuan pemudik di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mulai meninggalkan Kota Sampit pada Rabu (12/3/2025).
Para pemudik tersebut merupakan perantau asal Surabaya, Jawa Timur. Sejak pagi, Pelabuhan Sampit mulai dipadati calon penumpang yang bersiap pulang ke kampung halaman.
Para pemudik ini berangkat menggunakan KM Lawit yang bertolak dari Pelabuhan Sampit menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, pada pukul 13.00 WIB.
Marsono, salah seorang pemudik, mengaku memilih mudik lebih awal untuk menghindari kepadatan penumpang menjelang Lebaran.
Sebagai seorang penjual pentol, ia merasa pekerjaannya cukup fleksibel sehingga bisa mudik kapan saja.
“Saya memang tiap tahun mudik lebih awal, biar tidak terlalu padat saat mendekati Lebaran. Kebetulan pekerjaan saya juga tidak terikat, jadi lebih leluasa menentukan waktu mudik,” ujarnya kepada Kalteng Pos.
Ia juga mengatakan bahwa mudik lebih awal membuatnya lebih tenang karena tidak khawatir kehabisan tiket. Selain itu, ia bisa menghabiskan waktu lebih lama di kampung halaman.
“Saya dan istri asli Surabaya. Tiap tahun pasti pulang untuk berkumpul dengan keluarga. Sekalian bisa berpuasa di kampung halaman,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Pelni Cabang Sampit, Siti Nafillah, mengungkapkan bahwa lebih dari seribu penumpang berangkat dalam perjalanan ini.
“Ada 1.134 penumpang yang berangkat hari ini dengan tujuan Surabaya,” katanya.
Pelni telah menyiapkan tiga kapal untuk menghadapi arus mudik Lebaran tahun ini guna mengurangi risiko penumpukan penumpang saat puncak arus mudik.
“Tiga kapal yang disiapkan adalah KM Lawit serta dua kapal bantuan dari pusat, yaitu KM Lauser dan KM Kelimutu,” sebutnya.
Terkait tarif, Siti memastikan bahwa harga tiket kapal tidak mengalami perubahan karena Pelni mengikuti kebijakan dari Kementerian Perhubungan.
“Harga tiket tetap sama. Terakhir ada penyesuaian tarif tahun lalu, tetapi untuk tahun ini tidak ada perubahan,” jelasnya.
Ia memperkirakan jumlah pemudik tahun ini akan meningkat sekitar 30 hingga 50 persen dibandingkan tahun lalu. Periode angkutan Lebaran akan berlangsung selama 15 hari sebelum Lebaran dan 15 hari setelahnya untuk arus balik.
“Peningkatan pasti ada. Saya memperkirakan jumlah penumpang naik sekitar 30 hingga 50 persen dibanding tahun lalu,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Seksi Lalu Lintas Angkutan Laut dan Usaha Pelabuhan KSOP Kelas III Sampit, Gusti Muchlis, menjelaskan bahwa proyeksi kenaikan penumpang tahun ini tidak akan sebesar tahun sebelumnya.
“Kami memperkirakan kenaikan penumpang hanya sekitar 10 hingga 15 persen. Apalagi, saat mudik Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 lalu, target kenaikan 10 persen pun tidak tercapai,” jelasnya.
Muchlis menyebut ada beberapa faktor yang memengaruhi tren ini. Salah satunya adalah bertambahnya rute penerbangan baru yang membuat sebagian calon pemudik beralih ke moda transportasi udara.
Selain itu, kondisi cuaca ekstrem juga menjadi pertimbangan utama masyarakat dalam menentukan perjalanan.
“Banyak yang lebih memilih tidak bepergian karena faktor cuaca. Selain itu, sebagian penumpang juga lebih memilih berangkat melalui Pelabuhan Kumai karena frekuensi pelayaran ke Pulau Jawa lebih banyak dibandingkan dari Sampit,” tambahnya.
Pada arus mudik Lebaran tahun lalu, jumlah penumpang naik-turun di Pelabuhan Sampit mencapai sekitar 9.800 orang, melampaui prediksi awal yang hanya 20 persen. Lonjakan itu terjadi karena cuaca yang mendukung serta jumlah kapal yang lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, KSOP tetap melakukan berbagai persiapan agar arus mudik berjalan lancar, termasuk koordinasi dengan instansi terkait untuk memastikan keamanan dan kenyamanan para penumpang. (mif/ala)