PALANGKA RAYA-Universitas Palangka Raya (UPR) menggelar peringatan hari lahir Pancasila di Aula Rahan Gedung Rektorat UPR, Selasa (1/6/2021). Dalam kesempatan itu, Rektor UPR, Dr. Andrie Elia Embang, S.E., M.Si. bertindak sebagai instruktut pada upacara yang diikuti oleh unsur pimpinan civitas akademi UPR. Hadir juga Anggota Komisi III DPR RI yang juga Dewan Penyantun UPR, Agustiar Sabran.
Pada upacara peringatan hari lahir Pancasila di lingkungan UPR ini terlihat berbeda. Karena para peserta upacara mengenakan kostum adat khas daerah-daerah yang ada di Indonesia. Suasana ini semakin menunjukkan keberagaman dan kekayaan budaya dan suku yang ada di Indonesia.
Pada upacara yang digelar secara daring dan luring tersebut, rektor mengatakan, ada lima asas dalam Pancasila yang dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan, sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.
“Sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,” ungkap rektor dihadapan peserta upacara yang juga diikuti oleh mahasiswa UPR secara daring. Kedua, menurutnya adalah homat menghomati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
“Saling hormat-menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Dan tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain,” tambahnya.
Kemudian sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, yaitu mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
Dengan saling mencintai sesama manusia, mengembangkan sikap terggang rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
“Kemudian berani membela kebenaran dan keadilan. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu kembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain,” lanjutnya.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia, yaitu mampu menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
“Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, cinta tanah air dan bangsa, bangga sebagai Bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-bhinneka tunggal ika,” ungkap rektor.
Pada sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikad Dalam Kebijaksaan Permusyawaratan / Perwakilan, yaitu dengan mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
“Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah, musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesual dengan hati nurani yang luhur. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan,” ungkapnya.
Terakhir adalah sila kelima, yaitu Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pengamalan Pancasila adalah dengan mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong, bersikap adil, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak-hak orang lain.
“Suka memberi pertolongan kepada orang lain, menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain, tidak bersifat boros, tidak bergaya hidup mewah, tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum, suka bekerja keras, enghargai hasil karya orang lain, bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial,” pungkasnya. (bud)