Site icon KaltengPos

Pemuda Penjaga Budaya Nusantara

BAWI BALINGA MANAGEMENT UNTUK KALTENG POS

Milenial dan Kearifan Lokal

BANYAK jalan menuju Roma. Banyak pula cara menjaga budaya Nusantara khususnya Kalteng dengan julukannya Bumi Pancasila.

Semangat menjaga asa budaya, dibalut dengan ajang pemilihan Putra Putri Kebudayaan Nusantara (PPKN) Kalteng, pertama kalinya digelar tahun ini. Ajang pemilihan bakat dimotori Bawi Balinga Management, didukung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng, menjadi salah satu upaya milenial turut aktif meneladani kerifan lokal.

Malam penganugerahan 27 Juni 2021 di Hotel Aurilla Palangka Raya, menobatkan Doni Miseri Cordias Domini dan Cindy Destasya Masal, sebagai Putra Putra Kebudayaan Nusantara bakal mewakili Kalteng ke PPKN nasional November 2021 nanti.

“Ingat, kita Kalteng dijuliki Bumi Tambun Bungai, Bumi Pancasila, refleksi Indonesia harusnya ada di Kalteng. Ini yang harus dipegang bersama. Makanya kami berupaya hingga nasional, memperkenalkan budaya Kalteng ke Indonesia,” kata Doni mengawali percakapan di sebuah kedai kopi.

Unggul bersaing dengan 17 peserta (7 putra dan 10 putri), pasangan Doni dan Cindy kini memiliki tugas mempelajari, menjaga, mengajak generasi muda, hingga mengenalkan Budaya Kalteng nasional bahkan internasional.

Baru berusia 18 tahun, Doni yang baru lulus SMAN 4 Palangka Raya, pun memiliki banyak pemikiran saat pemilihan sampai menjalankan tugas dan seterusnya.

“Saya membawa advokasi budaya manjawet (menganyam, red) rotan dan purun,” ucap pemuda berpostur jangkung kelahiran Gohong, Pulang Pisau, 6 Mei 2003 tersebut, saat berbincang-bincang dengan Kalteng Pos, beberapa hari lalu.

Melanjutkan pemikiran kritisnya, menurutnya Kalteng sudah lama krisis pemahaman budaya. Alasan utama diungkapkannya, karena kebanyakan masyarakat khususnya pemuda, penggunaan bahasa lebih memilih Bahasa Banjar ketimbang Bahasa Dayak dalam bertutur sehari-hari.

“Pelaksanaan kegiatan pelestarian budaya juga kurang. Ini menjadi tantangan tersendiri,” lanjut anak pertama dari dua saudara pasangan Perianto dan Yulian Santie.

Pemuda hobi berorganisasi, basket, dan gabung sebagai Indonesia Scout Journalism (ISJ) atau Jurnalis Pramuka Indonesia, punya segudang ide untuk upaya milenial berdampingan dengan kearifan lokal.

Dicontohkannya, pemuda susah saatnya percaya diri pakai bahasa Dayak, gabung organisasi kebudayaan, dan ikut aktif kegiatan adat.

“Potensi wisata budaya ya harus dipromosikan dong. Misalnya, Riam Sandung Amui, Tumbang Manyan Kotim, ada arung jeram, di sana itu kawasan khusus, banyak yang belum tahu. Padahal potensi budaya luar biasa,” imbuhnya.

Sebagai jawara PPKN, Doni berharap pemerintah bisa memasukkan muatan lokal bahasa daerah sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Pemangku kebijakan lebih peduli dan mau melihat potensi ikon dan masyarakat budaya, sehingga semangat mengurus dan melestarikan senada dengan semangat para pemuda.

Belum lagi bicara Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) budaya, kata dia, pemerintah tidak hanya memberi imbauan saja tetapi dukungan nyata.

Pun begitu, Doni menyadari masih adanya pemuda yang lebih memilih bersenang-senang dengan gawai ketimbang memanfaatkannya untuk meningkatkn pengetahuan budaya dan pariwisata.

Senada, sang jawara PPKN Kalteng 2021, Cindy mengutarakan pemikiran dan upaya sebagai generasi muda aktif melestarikan budaya.

Gadis 19 tahun kelahiran Palangka Raya 15 Desember 2001 tersebut, meyakini banyak harapannya bakal terwujud seiring tugas dan kesempatannya sebagai perwakilan Kalteng.

“Tentu saja saya ingin upgrade (meningkatkan) pengetahuan dan wawasan kebudayaan maupun pariwisata melalui PPKN ini,” celetuk lulusan SMA Presiden Boarding School, Cikarang, Jabar tersebut.

Masih di kedai kopi yang sama, putri bungsu dari 5 saudara pasangan Sandra Jaya Masal dan Connie Relae itu, bertekad mengenalkan kekayaan budaya Kalteng ke seantero negeri hingga luar negeri.

Untuk itu, ia berharap penggunaan bahasa dan tari daerah terus abadi. Sehingga apresiasi dan rasa memiliki semakin tinggi, seiring memudarnya kesadaran mencintai budaya sendiri, khususnya di kalangan pemuda di Bumi Tambun Bungai.

“Sarana dan prasarana belajar bahasa dan tari misalnya, harus mendapat dukungan pemerintah. Sama dengan ide Doni tadi, muatan lokal bahasa dan tari sampai SMA bisa jadi upaya bersama,” ucap gadis yang hobi modelling dan sangat menggandrungi tari Dadas.

Mendukung UMKM, lanjut Cindy, bisa dengan promo dan membuat souvenir getah nyatu tentang ikon budaya Kalteng, mudah didapat dan ada di mana-mana.

Sementara itu, mendampingi Cindy dan Doni, Bawi Balinga Management Dessy menuturkan sejumlah persiapan bagi anak didiknya. Di antaranya public speaking hingga karantina sebelum ajang nasional November nanti.

“Harapannya tentu saja adik-adik kita ini khususnya dan semua pemuda pada umumnya, lebih semangat lagi menggelorakan budaya dan pariwisata. Karena saya rasa milenial banyak kurang peduli budaya. Semoga pemerintah mendukung setiap kegiatan seperti kami, tak hanya moril tetapi materil juga,” bebernya. (abe/ktv)

Exit mobile version