Masalah sampah menjadi persoalan klasik di kota-kota yang sedang berkembang. Tidak terkecuali Kota Cantik– julukan Palangka Raya. Untuk meminimalkan dan mengurangi volume sampah, Pemerintah Kota melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menyediakan bank sampah. Seperti apa sistem kerja dan manfaat dari bank yang khusus mengumpulkan limbah masyarakat ini?
DENAR, Palangka Raya
KEBERADAAN Bank Sampah Jekan Mandiri di Jalan G Obos XII menjadi sarana untuk menyadarkan warga setempat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Keberadaan bank sampah tersebut juga bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah yang cukup menggiurkan bagi emak-emak yang mengurus rumah tangga.
Kini kebiasaan harian membuang limbah rumah tangga ke tempat pembuangan sampah (TPS) bisa dialihkan ke bank sampah. Pasalnya sampah-sampah tersebut dikumpulkan lalu ditimbang. Dan peserta yang tergabung menjadi anggota bank sampah mendapat uang dari jumlah sampah yang disetorkan.
Ketua Bank Sampah Jekan Mandiri Hormansyah mengatakan, keberadaaan bank sampah menjadi sebuah solusi bagaimana memilah sampah dari sumbernya, supaya saat sampah dibuang ke depo, hanya tersisa sampah yang dikategorikan layak dibuang ke TPA, dan sampah yang bisa didaur ulang akan disulap menjadi barang yang bernilai jual.
“Dengan adanya ini bisa mengurangi volume sampah, dengan tujuan agar masyarakat bisa menjaga lingkungannya dan mengajak masyarakat untuk menabung sampah yang ada nilai ekonomis, sekaligus mendukung dan menyukseskan program pemerintah supaya kota kita ini selalu bersih,” terang Hormansyah kepada Kalteng Pos, Kamis (10/6).
Ia mencontohkan di rumahnya, sepulang belanja biasanya ada banyak sampah yang dibuang tapi bernilai ekonomis, seperti botol plastik, kaleng bekas, kertas, dan lainya. Barang-barang itu dipilah dari sampah yang tidak bisa didaur ulang sebelum dibuang ke TPS terdekat. Diharapkan bisa menjadi budaya yang baik bagi masyarakat, yakni pentingnya memilah sampah rumah tangga.
Untuk harga per kilogram sampah yang bisa didaur ulang, menurut Hormansyah, tak jauh beda dengan harga beli para pengepul. Pihak pengelola bank sampah mempunyai daftar harga per kilonya untuk setiap jenis sampah. Seperti botol plastik yang sudah dibersihkan, kertas koran dan kardus, bisa dibeli dengan harga Rp2.000 rupiah per kilo.
“Memang masalah harga, ya cukup bersaing, ada beberapa jenis sampah yamg cukup bernilai bila dibersihkan dan disortir dengan baik, maka harga jual pun lebih baik, di mana nantinya saat penimbangan kami juga berikan catatan seperti buku tabungan untuk peserta, di mana saat penimbangan berapa kilogram dan total harganya sudah ada, kalau nanti mereka ingin mencairkan tabungannya, di situlah data-datanya sudah ada, kapan pun bisa cairkan dananya, totalnya ada 100 lebih anggota bank sampah yang kami bina,” beber Hornamsyah.
Salah satu pesertanya bernama Nurhasanah. Sudah setahun bergabung menjadi peserta bank sampah. Ia tidak hanya mengumpulkan sampah dari rumah, tapi juga mencarinya di depo sampah, karena di situlah banyak warga yang membuang sampah-sampah alumunium, plastik, hingga karton bekas yang bernilai jika disetor ke pengelola bank sampah. Uang yang didapatkannya itu ditabung.
“Ya harus telaten, namanya mencari barang bekas, ya langsung dekat dengan berbagai macam sampah, bau iya, kotor juga iya, tapi di balik itu, kalau sampah plastik botol bekas, kaleng bekas, alumunium, hingga kertas tentu ada nilainya sendiri,” ucapnya.
Tak hanya Nurhasanah yang mencari barang bekas untuk disetor ke bank sampah. Ada beberapa temannya yang ikut. Bahkan ada yang mengumpulkan dari rumah ke rumah. Meskipun jumlahnya tak banyak, tapi akan bernilai ketika ditimbang di bank sampah. Semua itu adalah uang. Hanya dengan mengumpulkan sampah tiap hari, dalam sebulan Nurhasanah bisa mendapatkan lebih Rp300 ribu dari hasilnya menabung di bank sampah.
“Kalau per bulan ada Rp300 ribu lebih, ya meskipun tidak tiap bulan, tapi itung-itung sambil menabung buat tambahan uang belanja, karena kalau ditimbang juga nunggu kalau sudah banyak,” pungkasnya. (*/ce/ala)