PALANGKA RAYA- Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerja sama dengan International Tropical Timber Organization (ITTO) dan Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Kalimantan melaksanakan Bimbingan Teknis Pengendalian Karhutla.
Langkah itu sebagai kesiapsiagaan menghadapi bulan rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Bimbingan teknis yang dilaksanakan 25-27 Mei, diikuti oleh 105 personel Manggala Agni yang berasal dari Daops Kalimantan I-Palangka Raya dan Daops Kalimantan II-Kapuas.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Basar Manullang mengungkapkan pekerjaan pemadaman yang dilakukan Manggala Agni merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggi. Ancaman kecelakaan kerja yang berdampak terhadap kesehatan, cacat fisik, bahkan hilangnya nyawa dapat terjadi saat menjalankan aktivitas pengendalian karhutla di lapangan.
Untuk itu, kesiapan dan kedisiplinan anggota Manggala Agni dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja harus terus mendapatkan perhatian kita bersama dan sangat penting untuk dipatuhi pelaksanaannya.
“Bimbingan teknis ini benar-benar mampu memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi para anggota Manggala Agni. Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak hanya terkait dengan materi teoritis, namun juga dilengkapi dengan praktik langsung di bawah bimbingan para instruktur atau fasilitator yang sudah ahli di bidangnya,”ungkap Basar dalam rilis yang diterima Kalteng Pos, Kamis (27/5).
Basar menjelaskan kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan Manggala Agni dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3), evakuasi satwa korban karhutla, dan pengendalian karhutla dengan narasumber yang kompeten di bidangnya. Narasumber yang menjadi instruktur atau fasilitator berasal dari UPT Puskesmas Pulau Kupang, Detasemen Kesehatan Wilayah 12.04.02 Kesdam XII/Tanjung Pura, Manggala Agni dan BKSDA Kalteng.
“Saya berpesan agar Manggala Agni yang mengikuti bimbingan teknis bersungguh-sungguh dalam mengikuti rangkaian kegiatan bimbingan hingga selesai, sehingga akan memperoleh bekal pengetahuan dan keterampilan yang menyeluruh dan lengkap untuk melaksanakan tugas lapangan,” jelas Basar.
Basar berharap melalui penyelenggaraan kegiatan ini kompetensi dan profesionalitas anggota Manggala Agni dalam aktivitas pengendalian karhutla, sikap dan kedisiplinan penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja, kemampuan dalam melakukan evakuasi satwa terdampak karhutla, serta jiwa korsa dan kekompakan antar anggota Manggala Agni lebih meningkat dan dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di lapangan.
Sementara itu, Koordinator Kegiatan ITTO, Irfan Malik Setiabudi menambahkan, teknis pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara tatap muka dengan selalu mengedepankan penerapan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19.
“Sebelumnya, telah dipastikan bahwa ruangan yang digunakan untuk kegiatan bimtek juga telah disemprot dengan disinfektan, melaksanakan pemeriksaan suhu tubuh, serta menjalani tes pemeriksaan swab antigen Covid-19 terhadap seluruh pihak yang terlibat dengan hasil negatif,” jelas Irfan.
Lebih jauh, Irfan menjelaskan ITTO merupakan organisasi antarpemerintah yang mendorong konservasi sumber daya hutan tropis, termasuk dalam kegiatan pengelolaan, pemanfaatan, perdagangannya secara berkelanjutan.
Dampak karhutla baik secara langsung dan tidak langsung mengancam keberadaan dan keberlangsungan sumber daya hutan tropis. Melalui kerja sama KLHK-ITTO PP-A/56-340-1 “Capacity Building on Forest and Land Fire Management in Indonesia” menunjukan komitmen ITTO dalam upaya penanganan karhutla, khususnya di daerah tropis dan Indonesia.
Kegiatan kerja sama ITTO ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan upaya pencegahan karhutla melalui penguatan kapasitas teknik dan manajemen para pihak pada tingkat nasional dan tiga provinsi sasaran, yaitu Kalteng, Kalsel, dan Sumsel.
Terdapat tiga output yang ingin dicapai melalui kegiatan kerja sama ITTO. Meliputi implementasi praktik pengelolaan pertanian yang terbaik oleh masyarakat peduli api (MPA) atau masyarakat lokal, penguatan kapasitas manajemen untuk mendukung upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, dan penguatan kolaborasi dalam pencegahan karhutla di antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.(ram)