Site icon KaltengPos

Ingin Mengabdi di Tanah Kelahiran Kuala Kurun

dr. Ibra Hafish Bagaskara

Ibra Hafish Bagaskara merupakan salah satu dokter muda yang lulus dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Palangka Raya (UPR) dengan predikat sangat memuaskan. Ia dan teman-teman seangkatan baru saja menyatakan sumpah dokter beberapa waktu lalu. Sejak kecil Bagas punya mimpi menjadi seorang dokter yang mengabdi di tanah kelahiran.

 

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

 

IBRA Hafish Bagaskara berhasil meraih predikat sangat memuaskan (cum laude) usai melewati pendidikan yang sangat berat di FK UPR. Ia mendapatkan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,68. Itu merupakan angka yang sulit diraih bagi mahasiswa yang kuliah di jurusan kedokteran. Suatu prestasi membanggakan yang didapat dari proses belajar panjang dan menguras pikiran, tenaga, serta biaya.

“Tidak ada perasaan lain yang saya ingin utarakan selain rasa syukur kepada Allah Swt dan ucapan terima kasih kepada guru-guru dan teman sejawat,” tutur Bagas saat berbincang-bincang dengan Kalteng Pos via WhatsApp, Rabu malam (9/8).

Pemuda kelahiran 27 Oktober 1999 itu mengaku tidak ingin merasa bangga berlebihan, karena ia menyadari masih memiliki banyak kekurangan dan perlu terus belajar.

“Dalam menjalani pendidikan, saya tidak menganggap sebagai terbaik di antara yang lain. Sejujurnya saya tidak terlalu memperhatikan nilai dan pencapaian. Saya hanya menjalani kehidupan pendidikan profesi dokter dengan memegang prinsip bekerja dengan tulus dan ikhlas serta berniat untuk terus belajar mencari ilmu agar benar-benar menjadi dokter yang baik,” tuturnya.

Perjuangan menyelesaikan sekolah kedokteran tidaklah mudah. Bagi Bagas, tuntutan studi sangat banyak, baik dari sisi akademis maupun humaniora. Tak hanya itu, calon dokter juga harus menjadi perfeksionis, karena profesi dokter memiliki ruang toleransi kesalahan yang sangat sempit.

“Jadi perjuangan untuk memenuhi semua tuntutan itu memang agak berat, tetapi kalau dilakukan dengan niat ikhlas untuk ibadah dan mencari ilmu, berkurang juga beban. Intinya kembali lagi ke niat. Kalau niat kita baik dan ikhlas, maka perjuangan terasa enggak terlalu berat,” kata pemuda kelahiran Kuala Kurun itu.

Meski penuh perjuangan berat, Bagas justru mendapat banyak pengalaman unik selama menjalani studi. Salah satunya saat menjalani koas di RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya. Itulah pertama kalinya ia menangani pasien lahir spontan di IGD sewaktu stase obgyn. Sebelumnya ia belum pernah melihat orang lahir spontan.

“Kebetulan ibu hamil itu datang ke IGD beberapa menit sebelum melahirkan, jadi sempat sibuk banget sama kakak-kakak bidan IGD, tapi alhamdulilah bayinya lahir normal dan sehat, langsung dibersihkan, diperiksa, dan dihangatkan dalam infant warmer,” tutur jebolan SMAN 1 Kuala Kurun itu.

Ditanya soal tempat tujuannya mengabdi usai menyandang gelar dokter, Bagas mengaku belum tahu. Namun ia berharap bisa bekerja dan melayani masyarakat di daerah asalnya.

“Masih belum tahu dapat rezekinya di mana kalau soal pekerjaan, tapi saya berharap bisa bekerja di Kalimantan Tengah, khususnya di daerah asal saya, Kuala Kurun, Kabupaten Gunung Mas,” ungkapnya.

Menjadi dokter merupakan impian masa kecilnya. Bagas mengaku dirinya merupakan tipe orang yang sewaktu kecil selalu menjawab ingin menjadi dokter kala ditanya mengenai cita-cita.

“Waktu masih kecil dulu, simpelnya mikir kalau dokter itu hebat, karena bisa menyembuhkan orang sakit, tetapi kenyataannya tidak semudah itu, alhamdulillah setelah tahu lebih dalam, motivasi dan semangat saya masih tetap sama,” ucap putra pasangan Yasik dan Wartini itu.

Bagas merasa bersyukur, selama menjalani proses studi, selalu didukung oleh keluarga, para dosen, dan teman-teman. Orang tuanya pun selalu menjadi pendorong terbesar.

“Ke depan saya akan selalu berusaha agar membaktikan hidup saya bagi mereka, walaupun saya tahu sampai kapan pun jasa mereka tidak akan bisa terbalaskan sepenuhnya,” tutur pemuda berusia 23 tahun itu.

Bagas berharap dirinya dan teman-teman seangkatan selalu dalam lindungan dan bimbingan Allah Swt, sehingga apa pun yang dilakukan ke depan menjadi ibadah di jalan Allah Swt.

“Saat mengerjakan sesuatu dengan niat ikhlas beribadah, Allah Swt akan mempermudah urusan seseorang, termasuk dalam hal karier,” ucapnya.

Ia juga berpesan kepada adik-adik tingkat untuk tetap berusaha yang terbaik dan tidak lupa berdoa. Karena menurutnya, tidak ada yang namanya orang pintar atau orang bodoh. Yang ada hanyalah orang yang sudah belajar dan belum belajar.

“Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha. Faktor utama yang menentukan baik buruknya kualitas seorang dokter bukanlah tempat belajarnya, tetapi keinginan yang bersangkutan untuk selalu belajar dan meningkatkan kualitas diri,” tandasnya. (*/ce/ala)

Exit mobile version