Site icon KaltengPos

Keren! Siswa SMA Cover Lagu Populer Pakai Alat Musik dari Barang Bekas

Para siswa kelas XII SMAN 1 Palangka Raya bernyanyi dengan diiringi alat musik dari berbagai barang bekas ramah lingkungan untuk evaluasi akhir mata pelajaran seni budaya, Jumat (11/5).FOTO: FITRI SHAFA KAMILA/KALTENG POS

Kreativitas tanpa batas diperlihatkan siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Palangka Raya. Mereka menyulap barang-barang bekas menjadi alat musik sebagai unjuk kebolehan seni pada ujian akhir sekolah.

FITRI SHAFA KAMILA, Palangka Raya

SUASANA pagi bertema rintik air hujan mengawali hari sekolah dengan hawa keteduhan dan kesejukan. Atap sekolah dan lapangan yang digenangi air menjadi saksinya. Dari pintu lobi menuju sudut ruang kelas XII 1, sayup-sayup terdengar suara alunan musik. Makin dekat makin jelas. Sumber bunyinya dari selasar salah satu gedung bangunan sekolah yang dipenuhi siswa, dengan berbagai limbah hingga perlengkapan rumah tangga.

Mulai dari kaleng bekas cat rumah berukuran besar, ember, botol kaca bekas yang diisi beras, sepiring mangkuk bakso tanpa isi, hingga alat makan seperti sumpit, sendok, dan garpu. Ruang kelas mendadak penuh dengan semua barang-barang bekas. Bukan untuk pindah rumah. Ini merupakan rangkaian alat musik untuk penampilan mereka bertema musik kontemporer.

Alunan nada suara berirama, bersatu padu oleh tangan siswa yang tampak sedang mempersiapkan diri untuk tampil dalam evaluasi akhir mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 1 Palangka Raya, Jumat (11/4).

Lagu populer yang dibawakan berjudul Putri Iklan dari grup band ST12, yang kini sedang hangat di telinga para pengguna media sosial seperti Instagram dan Tik-Tok. Di-cover oleh salah satu kelompok anak didik kelas XII 1 yang beranggota enam orang, Rifki Ahmad Ramadan, Muhammad Raditya Q, Hartawan, Christian Charel, Ahmad Husaeni, dan Lana. Mereka menggunakan beragam peralatan. Untuk menghasilkan bunyi bass mereka menggunakan kaleng bekas cat lalu ditabuh dengan stik pukulan gendang. Ada pula kaleng makanan, potongan batang kayu sebagai stik, botol plastik berisi beras yang dikocok hingga terdengar gemericik, dan botol kaca yang dipukul menggunakan sumpit.

Saat ditanya berapa lama waktu persiapan untuk tampil, mereka kompak menjawab hanya butuh waktu sebentar, meski saat tampil muncul sedikit perasaan gugup dan malu.

“Latihannya tergolong singkat, hanya dalam semalam. Semua bahan dari alat sederhana yang mudah ditemui di tiap rumah, sehingga tidak memberatkan teman-teman mencari,” kata Rifki kepada Kalteng Pos, mewakili teman-temannya.

Bahan yang digunakan sebagai alat musik kali ini diperoleh mereka dari beberapa barang bekas yang sudah tidak dipakai. Sebagian lagi dari barang yang masih layak digunakan. Irama lagu yang dibawakan terdengar menyatu dengan alunan musik. Meski terlihat jelas agak malu-malu, tetapi mereka tetap berusaha memberikan penampilan terbaik hingga selesai.

Dari kelas XII 1, ada lima kelompok secara bergiliran tampil di depan kelas untuk menunjukkan kebolehan masing-masing. Sembari murid tampil di depan, ada Septina Wijayanti selaku guru Seni Budaya yang siap memberikan penilaian baik kelompok maupun individu.

Alat musik yang dipakai para siswa beragam macam dan bentuknya. Bahkan mereka memadukan alat musik dari peralatan rumah tangga dengan alat musik modern seperti gitar dan pianika.

Septina mengatakan, alasan memilih tema musik kontemporer, karena materi tersebut sudah pernah dipelajari para siswa pada semester enam atau sekitar bulan Januari lalu. Selain itu, ia juga telah memberikan beberapa contoh video musik kontemporer, sebagai bahan referensi para siswa dalam mempersiapkan penampilan mereka.

Ia menyebut, evaluasi akhir mata pelajaran Seni Budaya kali ini ditekankan pada penilaian berkelompok, agar para siswa tidak hanya fokus menampilkan musik dengan memanfaatkan peralatan ramah lingkungan, tetapi juga membangun karakter mereka, membangun rasa solidaritas, dan memupuk kemampuan bekerja sama, serta saling menghargai pendapat sesama dalam menentukan konsep hingga peralatan musik yang akan digunakan.

“Sekarang dibuat per kelompok supaya mereka bisa belajar lebih dari sekadar praktik musik dengan alat limbah, tetapi juga ada nilai sosial yang terbentuk selama proses panjang itu,” tuturnya.

Sebagai seorang guru, Septina menyadari betapa pentingnya membangun karakter anak didik, di samping kebutuhan akan ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui buku dan teori-teori.

Berkenaan dengan evaluasi akhir ini, di mana kali pertama menggunakan Kurikulum Merdeka sejak adanya perubahan kurikulum nasional, pelaksanaan evaluasi pun turut mengalami perubahan.

Praktik kali ini tidak memiliki jadwal khusus yang ditentukan harinya oleh pihak sekolah, melainkan menyesuaikan jam mata pelajaran. Sehingga para guru akan berupaya untuk memanfaatkan jam mengajar yang tersedia, sehingga lebih efisien dan efektif untuk diselesaikan dalam satu kali mengajar pada satu kelas.

“Setidaknya dari dua jam itu, ada waktu satu setengah jam bagi anak-anak untuk menyelesaikan ujian praktik dalam satu kelas,” terangnya.

Berdasarkan Kurikulum Merdeka, tidak ada lagi istilah ujian akhir sekolah sebagai penentu kelulusan siswa. Penilaian saat ini secara komprehensif. Pada akhir semester kelas XII, akan diadakan evaluasi akhir tiap mata pelajaran yang telah dipilih siswa.

Kerja sama dan kolaborasi antara guru, murid, dan orang tua diperlukan dalam proses pendidikan. Apalagi, dalam satu angkatan terdapat 12 kelas yang harus dievaluasi, sedangkan guru yang tersedia hanya dua orang, termasuk Septina Wijayanti. Sementara, jumlah murid dalam satu kelas mencapai 40-an orang.

Septina menyampaikan, evaluasi akhir mata pelajaran Seni Budaya sangat menyenangkan baginya dan para siswa. Walaupun cukup kewalahan harus mengajar dengan jadwal yang padat. Dalam sehari harus mengajar dua hingga tiga kelas.

Evaluasi akhir ini berlangsung 10-17 April, dengan waktu toleran yang berkala, apabila dalam praktik masih ada kelas yang siswanya belum menyelesaikan evaluasi akhir.

Sebagai seorang guru seni, Septina merasa bangga pada anak didiknya yang telah berupaya belajar dan berani menampilkan kreativitas. Sebab, praktik adalah langkah paling efektif bagi seseorang mendalami dunia seni, kendati teori tetap diperlukan. Kurikulum Merdeka menggabungkan penilaian ke dalam satu tata standar yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan pusat. Penilaian teori dengan praktik digabung menjadi satu dalam rapor siswa. (*/ce/ala)

Exit mobile version