Site icon KaltengPos

Mantap Masuk Fakultas Kedokteran setelah Dirawat di Rumah Sakit

dr Santha Eliska Br Gurusinga

Semangat untuk menjadi seorang dokter ditunjukkan Santa Eliska Br Gurusinga. Meski gagal saat pertama kali mendaftar ke fakultas kedokteran, tak menyurutkan semangatnya untuk terus berjuang. Kegigihannya itu telah mewujudkan cita-citanya menjadi seorang dokter setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Palangka Raya (UPR).

 

MUTOHAROH, Palangka Raya

 

SANTHA Eliska Br Gurusinga resmi menyandang gelar dokter (dr), usai menyelesaikan studinya di FK UPR. Dokter muda itu lulus dengan predikat sangat memuaskan, dengan indeks prestasi komulatif (IPK) 3,68. Pelantikan dan pengambilan sumpah dokter angkatan XXV dilaksanakan di Aula Rahan FK UPR, Rabu (2/8).

Putri dari Sentosa Gurusinga dan Mars Mahdalena Kembaren ini mengakui profesi dokter bukanlah cita-citanya saat kecil. Sejak SD hingga SMP ia punya keinginan untuk menjalani studi bidang hubungan internasional atau teknik. Namun, sang ayah berkeinginan putri keduanya itu menjadi seorang dokter. Sang ayah yang merupakan seorang guru itu mengataan, ada banyak sekali pekerjaan yang merupakan perantara Tuhan dalam membantu masyarakat, tetapi seorang dokterlah yang secara langsung bekerja membantu, menjaga, dan mengobati orang sakit di tengah masyarakat melalui izin Tuhan.

Melihat keinginan ayahnya yang begitu besar, sejak SMA Santha mulai sungguh-sungguh menyiapkan diri untuk menempuh pendidikan dokter. Ia rutin mengikuti beberapa bimbingan belajar atau les. Namun hatinya baru mantap memilih cita-cita menjadi sebagai dokter ketika dirawat di rumah sakit.

“Dulu aku pernah sakit dan dirawat di rumah sakit, keluarga pasien sebelah aku selalu nanya ke perawat yang datang kapan dokternya datang, begitu lihat dokter datang, keluarga pasien seakan yakin keluarganya akan sembuh. Dari pengalaman itu aku berpikir hanya dengan kedatangan dokter bisa buat keluarga dan pasien yakin bakal ada kesembuhan. Sejak itulah tumbuh keinginan untuk belajar lebih giat agar bisa lolos tes masuk fakultas kedokteran,” kata dr Santha kepada Kalteng Pos saat ditemui di Kafe Yomi, Jalan G Obos, Palangka Raya, Selasa (8/8).

Perjuangan untuk masuk ke fakultas kedokteran pun dimulai. Pada 2016 lalu Santha mendaftar ke fakultas kedokteran. Sayangnya, belum beruntung. Justru ia diterima di jurusan biologi. Rasa kecewa tentu dirasakannya. Santha pun terpaksa menjalani hari-harinya sebagai mahasiswa jurusan biologi selama dua semester. Karena masih ada kesempatan untuk mendaftar lagi di fakultas kedokteran, Santha ingin mencoba peruntungan. Ia pun mendaftar ke jurusan kedokteran melalui jalur SBMPTN. Alhasil, tahun 2017 ia diterima di FK UPR.

“Aku lihat masih ada kesempatan buat kuliah di FK, makanya aku coba persiapkan diri lagi dengan lebih matang, syukurlah aku diterima pada tes kedua itu,” ungkapnya.

Menjadi mahasiswa perantau bukanlah hal yang mudah. Jarak yang jauh dari keluarga, kekhawatiran orang tua, serta stigma negatif yang juga bermunculan. Namun semua itu ditepis Santha. Ia memantapkan diri untuk merantau demi mengejar impiannya. Enam tahun pendidikan kedokteran ditempuhnya. Tepat tanggal 2 Agustus 2023, dengan meletakkan tangan di atas Alkitab, Santha mengambil sumpah dokternya.

“Saat mengambil sumpah dokter itu, aku sendiri yang pegang Alkitab, saat itu yang terlintas di pikiran, aku sudah sampai di titik ini, jika aku melakukan kesalahan saat bertugas, Tuhanlah yang menjadi saksi,” ucapnya.

Pengambilan sumpah dokter merupakan momen yang paling ditunggu dan bersejarah bagi seseorang mahasiswa kedokteran. Namun di hari itu, dr Santha hanya didampingi tante dan sahabatnya. Karena jarak tempuh dan biaya transportasi yang cukup mahal, orang tuanya tidak bisa hadir mendampinginya di hari bahagianya itu. Hanya bisa menyaksikan melalui siaran langsung pada kanal YouTube.

“Biayanya transpor pulang pergi untuk orang dua cukup mahal, bisa mencapai Rp10 juta, adikku juga enggak bisa ikut, aku pikir lebih baik uang yang ada dipakai buat biaya kuliah adik, karena kebetulan adikku baru masuk,” ujarnya.

Meski hanya menyaksikan melalui siaran langsung, tidak mengurangi rasa bangga Sentosa Gurusinga dan Mars Mahdalena Kembaren menyaksikan putri kesayangan mereka mengambil sumpah dokter. Menjadi lulusan dokter dengan predikat sangat memuaskan tentu menjadi hal yang membanggakan. Melalui sambungan telepon, sang ibu mengungkapkan rasa bangga dan bahagia atas kelulusan dan pencapaian putrinya. Bahkan sang ayah menyaksikan siaran langsung itu sembari menitikkan air mata bahagia.

Dokter yang saat ini tinggal di Jalan Nyai Undang itu kini tengah bersiap untuk kembali ke kampung halaman, sembari menunggu surat penempatan tugas atau internship. Selama menempuh pendidikan, dr Santha hanya dua kali pulang kampung, yakni saat libur panjang akhir semester dan libur Natal. (*/ce/ala)

Exit mobile version