Tak terasa, cerita tentang generasi muda yang mencintai Al-Qur’an sudah memasuki edisi ke-21. Pada edisi kali ini, Kalteng Pos mengajak pembaca mengenal sosok penghafal Al-Qur’an bernama Najma Nadhirotul Ibad Nugraha.
FITRI SHAFA KAMILA, Palangka Raya
MASIH dengan seragam sekolah lengkap, Najma duduk di sudut ruangan kantor. Dia tersenyum simpul ketika dipanggil gurunya untuk bertemu dengan penulis. Matanya bulat bersih. Dengan badan mungil yang tertutup baju panjang, ia tampak nyaman.
Saat penulis menyapa, gadis muda ini menyapa balik dengan malu-malu. Dia mulai memperkenalkan diri dengan dan mulai bercerita tentang kisahnya menghafal Al-Qur’an maupun tentang keluarganya.
Murid Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Asy Syaamil ini mengatakan, saat ini ia tengah berjuang untuk menghafal semua ayat Al-Qur’an, karena cita-citanya menjadi seorang hafizah. Ia tahu bahwa menghafal Al-Qur’an butuh waktu, kesabaran, dan ketekunan.
Di sela-sela menghafal, ada kalanya Najma lupa dan sulit mengingat kembali. Meski begitu, ia tidak patah semangat.
Ia tekun untuk menghafal ketika berada di rumah ataupun saat murajaah bersama teman-temanya di sekolah. Sejauh ini ia telah berhasil menghafal dua juz.
Di samping menghafal Al-Qur’an, kegiatan belajar di sekolah juga tetap dijalani. Najma memiliki seorang ibu yang berprofesi sebagai dokter pada salah satu rumah sakit di Palangka Raya, sedangkan ayahnya merupakan pegawai pajak.
Kehidupan keluarganya turut membentuknya menjadi pribadi mandiri dan berpikiran dewasa, dengan memahami pekerjaan dan kesibukan orang tua.
Ia mengaku sering belajar sendirian. Sesekali ditemani ibunya jika sedang tidak berdinas. Begitu pula dengan sang ayah. Setelah pulang kerja, mereka akan bersama menghafal Al-Qur’an. Itu merupakan wujud dukungan kepadanya.
Memang awalnya menghafal Al-Qur’an bukanlah keinginan Najma. Namun setelah menjalani itu, ada kesenangan dan kebanggaan yang dirasakan ketika mampu menghafal ayat-ayat suci. Dengan lancar dan runut ia bercerita tentang semua aktivitasnya ketika berada di sekolah.
“Pagi dimulai dari salat Duha, tahfiz, hafalan, lalu makan dan tidur siang,” ungkapnya kepada Kalteng Pos, Kamis siang (11/3/2025).
Anak sulung dari pasutri Wima dan Luisa ini juga menggemari olahraga panahan, selain belajar dan menghafal. Jika tiba hari Jumat, ia bersama teman-temanya mengikuti berbagai eksktrakurikuler secara bergantian.
Di bidang keagamaan, mata pelajaran tauhid menjadi pilihan favoritnya, karena secara praktik dan ilmu lebih mudah diingat.
“Ada belajar tata cara salat, wudu, dan istiqamah,” terangnya.
Bila libur sekolah tiba dan ibunya sedang tidak berdinas, mereka akan bepergian ke kolam renang untuk bersenang-senang bersama adik. Jika semua anggota keluarga sedang berkumpul, bepergian ke pasar menjadi pilihan bagi mereka untuk cuci mata sekaligus berbelanja.
Najma yang kini duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar (SD), juga pandai memainkan alat musik. Salah satunya piano.
Hal ini diketahui ketika ia menceritakan kegiatan di rumah neneknya saat libur panjang. “Najma suka main musik. Apalagi di rumah nenek ada piano. Kakek yang ajarin saya bermusik,” bebernya.
Dari caranya berbicara dan menyikapi keadaan, menggambarkan bagaimana Najma tumbuh dan dididik dengan baik oleh keluarga.
Meski di rumahnya ada yang membantu. Meski begitu, ia tetap berupaya melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anak, yaitu belajar dengan tekun dan mengerjakan sesuatu sendiri jika mampu.
Pada usianya yang masih belia, Najma sudah bisa memahami kondisi orang tuanya yang berjuang untuk dirinya dan sang adik.
Selain itu, ia juga pandai menjaga dirinya. Ia pun berjanji dan bertekad menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu. (*/bersambung/ce/ala)