Selasa, Maret 25, 2025
32.5 C
Palangkaraya

Farhana Almahira, Hafal Al-Qur’an Sejak TK, Kini Bertekad Jadi Hafizhah

BAGI Farhana, menghafal Al-Qur’an bukanlah hal baru. Sejak kecil, ia sudah terbiasa mendengar lantunan ayat suci di rumahnya. “Awalnya aku menghafal karena orang tua.

Aku sering dengar mereka ngajarin abang baca Al-Qur’an, membacakan ayatnya buat abang, dan aku mendengarkan terus. Lama-lama aku jadi ikut hafal juga karena sering mendengar,” ujarnya saat berbincang dengan penulis, Jumat (6/3/2025).

Perjalanan hafalannya dimulai sejak taman kanak-kanak (TK). Kala itu, ia mulai menghafal ayat-ayat pendek. Memasuki kelas 1 SD, hafalannya sudah mencapai Surah Al-Lail. Ia menghafal sedikit demi sedikit, dengan pengulangan rutin setiap hari agar tetap melekat dalam ingatan.

Saat duduk di kelas 4 SD, ia berhasil menyelesaikan hafalan Juz 30. Namun bagi Farhana, menghafal bukan sekadar mengingat, tetapi juga memastikan ayat-ayat tersebut tertanam kuat di dalam hati. “Aku harus terus mengulang-ulang supaya hafalannya semakin bagus dan mantap,” katanya.

Kini, tekadnya semakin besar. Jika sebelumnya ia menghafal karena dorongan orang tua, kini motivasi itu datang dari dalam dirinya sendiri. Farhana bercita-cita menghafal minimal 10 juz, bahkan ingin menyelesaikan hafalan 30 juz secara lengkap.

Baca Juga :  Menambah Pengalaman, Uang Tabungan, dan Keperluan Harian

Setiap hari, bocah kelahiran 2013 ini selalu meluangkan waktu untuk menambah hafalan. Dalam sehari, ia bisa menghafal lima ayat baru. Jika ayatnya lebih pendek dan mudah, ia bahkan bisa menambah hingga 10 ayat dalam sehari.

“Paling enak itu menghafal pas malam hari karena waktunya panjang dan lebih tenang,” ujarnya.

Peran orang tua, terutama sang ibu, sangat besar dalam perjalanan hafalannya. Saat di rumah, ibunya selalu setia mendampingi, mendengarkan, dan menyimak hafalannya.

Kehadiran orang tua sebagai support system menjadi motivasi besar bagi Farhana untuk terus bersemangat menghafal.

Namun, bukan berarti perjalanan hafalannya selalu mulus. Tantangan kecil kerap datang dari sang kakak yang suka menggodanya.

“Yang bikin susah menghafal itu hampir enggak ada sih, tapi paling kalau lagi hafalan terus abang ngajak bercanda,” katanya sambil tersenyum.

Di usianya yang masih belia, Farhana sadar bahwa menghafal Al-Qur’an membutuhkan fokus dan konsistensi. Demi mencapai target hafalannya, ia rela mengurangi aktivitas bermain, termasuk bermain game.

“Dulu aku sempat main game, keasikan, terus jadinya hafalan nggak maksimal. Jadi akhirnya aku sekarang nggak main game lagi supaya bisa lebih fokus menghafal, termasuk juga main HP,” jelasnya.

Baca Juga :  Bilal Bercita-cita Jadi Pilot yang Hafal 30 Juz Al-Qur’an

Meski begitu, ia tetap memiliki waktu untuk menikmati hiburan digital. Orang tuanya menerapkan aturan ketat terkait screen time, di mana ia hanya diperbolehkan menonton di laptop selama dua jam sehari.

Dengan cara ini, ia tetap bisa menikmati hiburan tanpa mengganggu fokus utamanya dalam belajar dan menghafal.

Saat ini, Farhana tengah bersiap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia berencana masuk ke SMP Darussalam, sekolah yang diharapkannya dapat mendukung perjalanan akademik sekaligus hafalan Al-Qur’annya.

Namun, cita-citanya tidak berhenti di situ. Selain ingin menjadi hafizhah, Farhana juga memiliki impian besar untuk menjadi seorang dokter.

“Aku ingin jadi dokter biar bisa bantu orang sakit, tapi tetap menghafal Al-Qur’an juga,” ungkapnya penuh semangat.

Ia juga berharap, dengan hafalan yang dimilikinya, ia bisa mendapatkan kesempatan memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan. “Siapa tahu ada beasiswa yang diberikan untuk penghafal Al-Qur’an,” tambahnya.(*)

BAGI Farhana, menghafal Al-Qur’an bukanlah hal baru. Sejak kecil, ia sudah terbiasa mendengar lantunan ayat suci di rumahnya. “Awalnya aku menghafal karena orang tua.

Aku sering dengar mereka ngajarin abang baca Al-Qur’an, membacakan ayatnya buat abang, dan aku mendengarkan terus. Lama-lama aku jadi ikut hafal juga karena sering mendengar,” ujarnya saat berbincang dengan penulis, Jumat (6/3/2025).

Perjalanan hafalannya dimulai sejak taman kanak-kanak (TK). Kala itu, ia mulai menghafal ayat-ayat pendek. Memasuki kelas 1 SD, hafalannya sudah mencapai Surah Al-Lail. Ia menghafal sedikit demi sedikit, dengan pengulangan rutin setiap hari agar tetap melekat dalam ingatan.

Saat duduk di kelas 4 SD, ia berhasil menyelesaikan hafalan Juz 30. Namun bagi Farhana, menghafal bukan sekadar mengingat, tetapi juga memastikan ayat-ayat tersebut tertanam kuat di dalam hati. “Aku harus terus mengulang-ulang supaya hafalannya semakin bagus dan mantap,” katanya.

Kini, tekadnya semakin besar. Jika sebelumnya ia menghafal karena dorongan orang tua, kini motivasi itu datang dari dalam dirinya sendiri. Farhana bercita-cita menghafal minimal 10 juz, bahkan ingin menyelesaikan hafalan 30 juz secara lengkap.

Baca Juga :  Menambah Pengalaman, Uang Tabungan, dan Keperluan Harian

Setiap hari, bocah kelahiran 2013 ini selalu meluangkan waktu untuk menambah hafalan. Dalam sehari, ia bisa menghafal lima ayat baru. Jika ayatnya lebih pendek dan mudah, ia bahkan bisa menambah hingga 10 ayat dalam sehari.

“Paling enak itu menghafal pas malam hari karena waktunya panjang dan lebih tenang,” ujarnya.

Peran orang tua, terutama sang ibu, sangat besar dalam perjalanan hafalannya. Saat di rumah, ibunya selalu setia mendampingi, mendengarkan, dan menyimak hafalannya.

Kehadiran orang tua sebagai support system menjadi motivasi besar bagi Farhana untuk terus bersemangat menghafal.

Namun, bukan berarti perjalanan hafalannya selalu mulus. Tantangan kecil kerap datang dari sang kakak yang suka menggodanya.

“Yang bikin susah menghafal itu hampir enggak ada sih, tapi paling kalau lagi hafalan terus abang ngajak bercanda,” katanya sambil tersenyum.

Di usianya yang masih belia, Farhana sadar bahwa menghafal Al-Qur’an membutuhkan fokus dan konsistensi. Demi mencapai target hafalannya, ia rela mengurangi aktivitas bermain, termasuk bermain game.

“Dulu aku sempat main game, keasikan, terus jadinya hafalan nggak maksimal. Jadi akhirnya aku sekarang nggak main game lagi supaya bisa lebih fokus menghafal, termasuk juga main HP,” jelasnya.

Baca Juga :  Bilal Bercita-cita Jadi Pilot yang Hafal 30 Juz Al-Qur’an

Meski begitu, ia tetap memiliki waktu untuk menikmati hiburan digital. Orang tuanya menerapkan aturan ketat terkait screen time, di mana ia hanya diperbolehkan menonton di laptop selama dua jam sehari.

Dengan cara ini, ia tetap bisa menikmati hiburan tanpa mengganggu fokus utamanya dalam belajar dan menghafal.

Saat ini, Farhana tengah bersiap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia berencana masuk ke SMP Darussalam, sekolah yang diharapkannya dapat mendukung perjalanan akademik sekaligus hafalan Al-Qur’annya.

Namun, cita-citanya tidak berhenti di situ. Selain ingin menjadi hafizhah, Farhana juga memiliki impian besar untuk menjadi seorang dokter.

“Aku ingin jadi dokter biar bisa bantu orang sakit, tapi tetap menghafal Al-Qur’an juga,” ungkapnya penuh semangat.

Ia juga berharap, dengan hafalan yang dimilikinya, ia bisa mendapatkan kesempatan memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan. “Siapa tahu ada beasiswa yang diberikan untuk penghafal Al-Qur’an,” tambahnya.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/