Site icon KaltengPos

Reza Rasenda, Desainer Kalteng Pemenang Lomba Logo Kementerian Kebudayaan RI

Reza Rasenda, seorang desainer grafis muda asal Kalimantan Tengah (Kalteng) yang berhasil harumkan nama daerah, lewat kemenangannya dalam sayembara mendesai logo Kementerian Kebudayaan.

Reza Rasenda, seorang desainer grafis muda asal Kalimantan Tengah (Kalteng) yang berhasil harumkan nama daerah, lewat kemenangannya dalam sayembara mendesai logo Kementerian Kebudayaan.

MUTOHAROH, Palangka Raya

KEMENTERIAN Kebudayaan baru saja dibentuk di masa pemerintahan Presiden Prabowo Gibran, sehingga belum memiliki logo. Karena itu, dilakukan sayembara atau lomba membuat logo Kementerian Kebudayaan RI.

Tanpa disangka, pemenang sayembara pembuatan logo Kementerian Kebudayaan ini adalah Reza Rasenda, seorang desainer grafis asal Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Saat dihubungi Kalteng Pos, Selasa (17/12/2024), pria yang akrab disapa Reza itu, berbagi cerita menarik di balik kemenangannya. Ia mengaku awalnya tahu tentang lomba ini dari Instagram.

“Teman-teman desainer banyak yang kasih info, bahkan ada yang ngajak bareng-bareng ikut, karena memang biasanya akhir tahun saya istirahat dari kegiatan saya bikin font, saya pikir kenapa enggak coba ikut,” ujarnya santai.

Tema lomba ini Merajut Budaya, Membangun Bangsa, yang menjadi inspirasi utama Reza. Ia mengungkapkan, kata merajut membawanya pada motif kain nusantara seperti tenun, songket, ulos, dan batik.

Sementara membangun digambarkannya lewat elemen arsitektur tradisional, seperti candi dan rumah adat.

“Awalnya saya kumpulkan semua referensi, riset, lalu coba cari benang merahnya, setelah itu saya mulai sketsa hingga menghasilkan beberapa opsi logo,” cerita Reza.

Dari beberapa opsi, terlahir logo yang kaya akan filosofi. Di antaranya lima helai ekor melambangkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Empat helai sayap menggambarkan keberagaman budaya dari empat penjuru Indonesia.

Anyaman dan tenunan menjadi simbol semangat gotong royong. Mahkota, pita, dan daun melambangkan kejayaan, cinta budaya, serta harapan generasi penerus.

Simbol tak terhingga mencerminkan keabadian budaya Indonesia. Sedangkan warna kuning keemasan dipilih karena mencerminkan kejayaan dan kemuliaan Indonesia.

“Awalnya saya pakai emas kecokelatan, tetapi pihak kementerian meminta warna yang lebih terang,” tambah Reza.

Reza sengaja menciptakan logo yang inklusif, tidak hanya mencerminkan budaya dari daerah tertentu saja.

Ia menginginkan masyarakat Indonesia dapat merasakan dan melihat betapa kayanya kebudayaan negeri ini melalui logo tersebut.

Dan ketika logo tersebut dipublikasikan, banyak pengguna media sosial Instagram menghubunginya, karena merasa bahwa daerah asal mereka telah terwakili dalam logo yang dibuat itu.

“Saya memasukkan berbagai motif dari Jambi, Bangka, hingga Papua. Setelah diumumkan, banyak yang DM di Instagram ngucapin terima kasih, karena mereka merasa daerahnya sudah diwakili melalui desain saya,” ungkapnya.

Meski hasilnya tampak terlihat sempurna, akan tetapi pada kenyataannya proses lahirnya logo ini tidaklah semulus itu. Pria berusia 31 itu mengakui masih banyak hal yang kurang, terutama dalam pengetikan proposalnya. Ia mengaku hanya memiliki waktu delapan hari untuk menyelesaikan logo dan proposal.

“Mulai dari riset, sketsa, sampai nulis proposal itu tantangan besar, karena waktunya tidak panjang, sehingga proposal saya ada typo, tetapi tidak apa-apa itu menjadi bahan perbaikan untuk saya ke depannya,” ungkapnya sambil tertawa kecil.

Kemenangan Reza tentu tidak disangka banyak pihak, karena pemenang bukan berasal dari Jawa, melainkan putra Kalimantan.

Sebagai anak muda, Reza mengajak generasi muda Kalimantan untuk terus mengukir prestasi setinggi-tingginya.

“Kalau aku mungkin dengan cara desain grafis, tetapi mungkin yang lain bisa dengan tarian atau musik. Intinya jangan pernah berkecil hati, karena kita jarang dipandang. Mungkin dahulu kita sering dianggap tertinggal. Namun dengan kemajuan teknologi saat ini, kita bisa bersaing. Mari angkat nama Kalimantan di level nasional hingga internasional,” pungkasnya. (*/ce/ala)

 

Exit mobile version