Karnaval Budaya menjadi salah satu agenda yang dinantikan tiap tahun. Masyarakat selalu membeludak menyaksikan gelaran bertajuk Festival Budaya Isen Mulang (FBIM). Kegiatan ini digelar dalam rangka memeriahkan hari jadi Provinsi Kalteng.
WULAN SARI-MUTOHAROH, Palangka Raya
RABU pagi (24/5), ribuan warga tumpah ruah memadati ruas Jalan Yos Sudarso, Palangka Raya. Kesemarakan karnaval terlihat dari kostum yang dikenakan peserta serta kendaraan hias. Masyarakat antusias menyaksikan karnaval yang menampilkan kesenian, budaya, potensi pariwisata, serta berbagai atraksi menarik lainnya. Karnaval budaya tahun ini disaksikan langsung Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran, Wagub Kalteng H Edy Pratowo, dan jajaran forkopimda.
Sesaat sebelum melepas pawai peserta karnaval, Wagub Kalteng H Edy Pratowo yang membacakan sambutan tertulis Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran mengungkapkan kebahagiaan, karena bisa berbaur dalam suasana kegembiraan dan rasa syukur merayakan hari jadi ke-66 Provinsi Kalteng, serta rasa cinta dan bangga akan kejayaan, kekayaan budaya, dan keberagaman di Indonesia dan Kalteng khususnya.
“Apa yang diselenggarakan ini terus berkembang dari tahun ke tahun, berinovasi dengan adanya sentuhan industri kreatif yang memadukan unsur tradisional kearifan lokal dan kreativitas modern. Kami harap momentum budaya ini tentunya bukan sekadar hiburan dan tontonan, tetapi juga tuntunan untuk mengedukasi masyarakat Kalteng agar lebih peduli, bangga, dan mencintai budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang,” ujarnya.
Wagub mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan nilai-nilai seni dan keunikan budaya yang ada di Kalimantan Tengah tanpa memandang perbedaan suku, ras, agama, bahasa, dan perbedaan lainnya.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan karnaval budaya ini sebagai salah satu bentuk komitmen Pemprov Kalteng untuk terus mendukung setiap kegiatan yang bertujuan menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya, memperkokoh ketahanan budaya, dan semangat nasionalisme,” ucapnya.
Setelah lomba karnaval budaya resmi dibuka, ada pertunjukan tari kolaborasi dari sanggar-sanggar yang ada di Kota Palangka Raya yang menggambarkan keanekaragaman budaya Indonesia, dengan tema Keberkahan Dalam Keberagaman. Dilanjutkan pertunjukan mobil hias oleh 81 peserta yang terbagi dalam tiga kategori, yakni kategori organisasi perangkat daerah (PD) 46 peserta, kategori pemerintah kabupaten/kota 14 peserta, dan kategori umum 22 peserta.
Keramaian karnaval memuncak saat pertunjukan kostum peserta dan kendaraan yang dihiasi dengan berbagai keunikan yang melambangkan kekhasan kebudayaan daerah masing-masing. Selain itu, ada beberapa komunitas yang turut meramaikan karnaval kai ini, seperti komunitas sepeda tua dan komunitas mobil tua.
Kesemarakan karnaval terlihat dari kostum peserta dan uniknya kendaraan hias. Tidak hanya menampilkan mobil yang sudah dihiasi, para peserta juga membawa maskot yang melambangkan tema yang dibawakan. Seperti peserta dari Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) mengusung tema Istana Kuning, yang merupakan bagian dari Kobar yang paling dikenal masyarakat luas. Selain itu, kontingen Kobar juga hadir dengan membawa maskot burung Garuda yang merupakan salah satu simbol dari Kobar.
“Kami ngambil ikon dari Kobar yaitu burung Garuda yang ada di Bundaran Pancasila. Untuk pembuatannya sekitar dua bulan. Mulai dari pembuatan motif, pemotongan busanya, hingga proses mewarna. Kami juga membawa miniatur dari Istana Kuning yang juga merupakan ikon dan tempat wisata di Kobar. Dengan itu kami berharap bisa menjadi juara. Kami sangat mengapresiasi panitia yang bisa menyelenggarakan acara sebesar ini. Tidak hanya masyarakat Kalteng yang berkumpul, tapi juga dari luar Kalteng pun turut berpartisipasi,” ucap perwakilan Kobar, Miftahul Syarif.
Sementara peserta dari Kabupaten Barito Utara (Batara) hadir dengan mengusung tema legenda Tiung Gomba. Mengisahkan seorang raja yang membuat perjanjian dengan sosok buaya yang memiliki kekuatan. Apabila terkabul, sanga raja akan menumbalkan anaknya. Namun ketika keinginan sudah terpenuhi, sang raja justru tidak mengingkari janjinya dan melarikan diri beserta keluarganya. Meski sudah melarikan diri hingga ke pegunungan, sang buaya tetap bisa menculik putri sang raja, Putri Ayang Sari. Dari kisah legenda ini, kita diingatkan untuk meminta pertolongan hanya kepada Yang Mahakuasa.
Kontingen ini membuat persiapan selama dua bulan penuh. Mereka juga menampilkan sebuah tarian lengkap dengan peran buaya yang diperlihatkan kepada Gubernur Kalteng Sugianto Sabran saat melintasi panggung kehormatan.
“Tema yang kami angkat ini adalah legenda Tiung Gomba, yang mana menceritakan raja yang memiliki putri cantik yang diculik oleh buaya, meski sudah berusaha menghindari, tetapi sang putri tetap saja tertangkap, kisah legenda ini bermakna janganlah kita meminta pertolongan selain dari Yang Mahakuasa, dan segala hal yang menyangkut legenda itu sudah menjadi tempat wisata di Barito Utara, untuk penampilan hari ini, kami membutuhkan waktu persiapan sekitar dua bulan, jadi dipersiapkan secara perlahan. Kami juga berharap bisa terus berpatisipasi dan berkontribusi dalam memeriahkan peringatan HUT Kalteng,” ucap salah satu peserta dari Batara, Waway.
Kontingen Kabupaten Lamandau mengusung tema Namburau, suatu ritual adat kematian yang sudah turun-temurun diwariskan masyarakat setempat. Kebudayaan ini berasal dari suku Dayak di wilayah pedalaman Lamandau. Secara konsep, Kabupaten Lamandau sudah bersiap jauh-jauh hari sebelum FBIM ini diumumkan. Proses pengerjaannya memakan waktu hampir satu bulan lamanya. Selain menampilkan mobil yang dihiasi secara unik, juga ditampilkan tarian topeng khas Lamandau dan babukung.
“Kami berharap melalui gelaran FBIM ini, dapat memperlihatkan keunikan budaya kami yakni babukung, kemenangan merupakan nomor dua, yang terpenting adalah memperkenalkan kekhasan budaya daerah,” ujar Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamandau Hidayat Erikson
“Yang paling terkenal di Kabupaten Lamandau adalah babukung, jadi apa yang kami tampilkan kali ini tidak jauh dari konsep babukung itu sendiri, kami ada bawa dua contoh babukung, ada babukung kelelawar dan babukung burung. Penarinya merupakan siswa-siswi dari sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Lamandau,” tambahnya. (*/ce/ala)