Pada usia 11 tahun, Yumna Fathi Azra telah menghafal seluruh surah dalam juz 30. Perjalanan ini tentu tidak mudah. Namun, dengan tekad kuat, kedisiplinan, dan strategi yang tepat, ia berhasil melewati berbagai tantangan dalam menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an.
DHEA UMILATI, Palangka Raya
SEJAK kecil, Yumna sudah akrab dengan bacaan Al-Qur’an. Ia mulai menghafal sejak masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK), meski saat itu masih sedikit-sedikit. Perjalanannya cukup panjang, hingga akhirnya ia berhasil menyelesaikan juz 30 saat duduk di kelas 6 sekolah dasar (SD).
Tantangan terbesar yang dihadapi bukan hanya pada mengingat ayat-ayat panjang, tetapi juga ayat-ayat yang mirip antara satu surah dengan surah lainnya. Tak jarang hafalan tertukar, sehingga ia harus mengulang hafalan berkali-kali.
“Kadang-kadang aku bingung karena ada ayat yang hampir sama di surah berbeda. Jadi, harus lebih sering mendengar ulang dan membaca ulang supaya hafalan lebih kuat,” ucap Yumna saat berbincang dengan Kalteng Pos, baru-baru ini.
Untuk memperkuat hafalan, Yumna punya strategi khusus. Ia sering mendengarkan rekaman suara atau video YouTube dari qari yang membacakan surah yang sedang ia hafal.
“Biasanya cukup diputar dua kali, langsung ingat di kepala,” katanya dengan percaya diri.
Waktu yang paling bagus bagi Yumna untuk menghafal adalah siang hari setelah mengaji. Menurutnya, saat itu pikirannya lebih fokus.
Meski terkadang ada suara berisik dari sekitar yang cukup mengganggu konsentrasi, tetapi ia berusaha untuk tetap fokus.
“Kadang kalau lagi ramai jadi susah fokus, tetapi aku coba ulangi lagi sampai benar-benar hafal,” ungkapnya.
Yang menarik adalah Yumna menghafal Al-Qur’an bukan karena paksaan orang tua, tetapi karena keinginannya.
Meski ayah dan ibunya adalah penghafal Al-Qur’an, mereka tidak pernah memaksa Yumna untuk mengikuti jejak mereka. Namun, justru karena melihat bagaimana orang tuanya selalu dekat dengan Al-Qur’an, Yumna pun terinspirasi dan ingin seperti mereka.
“Orang tuaku memang hafal Al-Qur’an, tetapi mereka enggak maksa aku. Aku sendiri yang mau, karena merasa ini penting,” tuturnya.
Saat mengulang hafalan di rumah, Yumna lebih sering melakukan sendiri tanpa didampingi orang tua. Ia menikmati proses tersebut. Menurutnya, sebagai seorang muslim, menghafal Al-Qur’an adalah bagian penting dalam perjalanan hidup.
Meski memiliki target menghafal Al-Qur’an, Yumna tetap menjalani kesehariannya seperti anak-anak lain. Ia tidak melulu belajar dan menghafal Al-Qur’an, tetapi juga menikmati waktu luangnya dengan bermain gadget, meskipun tidak sering.
“Kalau waktunya belajar dan menghafal, ya fokus. Kalau sudah senggang, baru main ponsel sebentar,” katanya dengan santai.
Orang tuanya juga membebaskannya untuk menikmati masa kecil, asalkan tetap bertanggung jawab dengan hafalan Al-Qur’an dan pelajaran sekolah.
Sejauh ini, Yumna belum memiliki cita-cita yang pasti. Namun, ia ingin terus menghafal Al-Qur’an sedikit demi sedikit.
“Kalau nanti mampu mencapai 30 juz, alhamdulillah. Kalaupun tidak sampai, juga enggak apa-apa. Aku tetap bersyukur karena telah berusaha sejauh ini,” ucapnya. (bersambung/ce/ala)